Sukses

Mengajak Anak-Anak Memanfaatkan Sampah Plastik di Lokasi Wisata Wakatobi

Puluhan bocah di Tomia Wakatobi diajar membuat 'ecobrick', bata ringan anti gempa berbahan baku sampah plastik untuk meminimalisasi sampah di lokasi wisata.

Liputan6.com, Kendari - Sejumlah lokasi wisata Wakatobi, kerap mendapat sorotan soal pencemaran sampah plastik. Salah satu spot andalan di Kecamatan Wangi-wangi, seperti Pantai Cemara, tidak luput dari banyaknya sampah plastik yang mengotori pemandangan.

Pemandangan serupa juga terjadi di sejumlah lokasi wisata lainnya. Wisatawan luar kerap mengeluhkan sampah bertebaran di sepanjang pasir pantai.

Berbagai upaya meningkatkan kesadaran warga dan wisatawan sudah banyak dilakukan, mulai dari aksi bersih-bersih laut hingga sosialisasi pemerintah dan kelompok pemerhati lingkungan.

Salah satu upaya kampanye bahaya sampah plastik, kini tengah gencar dilakukan terhadap anak-anak di bawah umur. Harapannya, generasi muda di Wakatobi bisa lebih peduli sampah sejak usia dini.

Baru-baru ini, salah satu komunitas pemerhati lingkungan, menggelar lomba ecobrick bagi pelajar sekolah dasar dan menengah pertama di Desa Kulati, Kecamatan Tomia, Kabupaten Wakatobi. Ajang ini, memberikan kesadaran baru bagi anak usia dini bahwa sampah plastik bisa didaur ulang menjadi barang berguna.

Ecobrick secara sederhana berarti bata ramah lingkungan. Sering disebut-sebut sebagai seni, ecobrick berasal dari sampah plastik yang dipadatkan dalam wadah botol.

Ecobrick terbuat dari potongan-potongan kecil sampah plastik. Dimasukkan satu persatu ke dalam botol air mineral bekas. Sampah yang sudah ada di dalam botol, dipadatkan dengan cara ditekan menggunakan tongkat kayu kecil hingga plastik tidak berbunyi ketika ditekan.

Ecobrick selanjutnya bisa dijadikan sebagai batu bata untuk kebutuhan tembok rumah. Ecobrick ini dianggap sebagai bata anti gempa, tetapi belum banyak digunakan untuk kebutuhan pembangunan rumah.

"Momen ini, agar mengampanyekan bahaya sampah plastik dan cara penanganannya bagi anak usia dini hingga ke pelosok, apalagi mereka yang berada di lokasi wisata yang benar-benar butuh perhatian soal sampah plastik," ujar Nuhada, Ketua Kelompok Ekowisata Poassa.

Dia menjelaskan, anak-anak usia dini bisa dengan mudah membuat ecobrick. Ke depan, mereka bisa memilah sampah plastik yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa dimanfaatkan kembali.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sampah di Lokasi Wisata

Banyaknya sampah di lokasi wisata pantai Wakatobi, kerap menjadi perhatian serius pemerintah dan kelompok pemuda. Sejumlah kegiatan, sudah banyak dilakukan untuk meminimalisasi sampah di sejumlah spot.

Ardian, salah seorang warga mengatakan, sampah di sejumlah lokasi, dibawa oleh wisatawan. Ada juga sampah yang berasal dari limbah rumah tangga.

"Padahal, di sejumlah lokasi wisata sudah ada tong sampah dan larangan membuang sampah sembarangan," ujar Ardian.

Wakatobi mengandalkan lokasi wisata pantai sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi banyak lokasi pantai tercemar sampah plastik. Plastik botol bekas, bungkus makanan ringan hingga limbah rumah tangga, sering tampak tersapu ombak hingga di pinggir pantai.

Salah satu wisatawan, Ferdi mengatakan, sejumlah spot wisata pantai Wakatobi indah untuk dinikmati. Memiliki view yang bagus, banyak lokasi yang bisa dijadikan sebagai spot foto.

"Namun, masih ada saja sampah plastik, kadang kami ikut bantu-bantu bersihkan tapi karena terlalu banyak jadi ya mau diapakan, perlu perhatian memang," kata Ferdi.

 

Saksikan juga video pilihan berikut:

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.