Sukses

Detik-Detik Sepasang Muda Mudi Ditelan Ganasnya Ombak Pantai Selatan Garut

Selain derasnya terjangan ombak, posisi keduanya yang berada di dekat bibir muara, memudahkan sapuan ombak membawa mereka hingga terpeleset jatuh tenggelam.

Liputan6.com, Garut - Keganasan pantai selatan Garut, Jawa Barat mulai memakan korban saat liburan Idul Fitri 1443 H kali ini. Terbaru, dua orang pengunjung asal Garut dan Sumedang menjadi korban terserat ombak pantai Sayang Heulang, Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk.

Satu korban Risa Ditiya (21), warga Kecamatan Selaawi, Garut berhasil diselamatkan di lokasi kejadian, namun Bayu Aditya (21) warga Jaya Mekar, Cibugel, Sumedang, masih hilang.

Kepala Pelaksana BPBD Garut Satria Budi mengatakan, kejadian yang menimpa pengunjung dari dua kabupetan berdekatan itu, berlangsung sekitar pukul pukul 11.30 WIB siang kemari.

Saat itu, keduanya tengah melintasi Curugan pantai Sayang Heulang menuju penginapan di Pulo Santolo. “Tiba-tiba datang arus air Curugan pantai Sayang Heulang yang sangat deras dan menghantam kedua korban,” kata dia.

Selain derasnya terjangan ombak, posisi keduanya yang berada di dekat bibir muara, memudahkan sapuan ombak membawa mereka hingga terpeleset jatuh tenggelam.

“Korban Risa dapat diselamatkan oleh perahu penyeberangan nelayan, sementara Bayu hilang,” kata dia, di Garut.

 

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wabup Minta Evaluasi Keamanan Tempat Wisata

Kondisi serupa ditemukan di lokasi wisata air hangat Darajat di Kecamatan Pasirwangi. Enyang (57) pengunjung dari Desa Bojong, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, meninggal dunia setelah tenggelam di salah satu area wisata air hangat Darajat.

Wakil Bupati (Wabup) Garut, Helmi Budiman yang langsung meninjau lokasi perkara berang atas kejadian tersebut. Menurutnya, hal itu takan terjadi jika sistem pengamanan yang diberikan pengelola sesuai dengan prosedur.

“Seharusnya di setiap tempat wisata ada petugas keamanan khusus, ini kan bagaimana?,” tanya dia.

Helmi mengakui hal itu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah untuk selalu mengingatkan seluruh pengelola agar menerapkan standar pengamanan yang tepat bagi pengunjung.

Untuk mengungkap kasus itu, Helmi meminta petugas kepolisian melakukan penyelidikan secara lengkap, termasuk menutup sementara lokasi kejadian bagi pengunjung selama proses penyelidikan berlangsung.

“Tapi itu kepolisian yang berwenang menutupnya,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.