Sukses

Air Laut Teluk Bima NTB Mendadak Jadi Cokelat Keruh, Ikan-Ikan Mati Nelayan Merana

Air laut Teluk Bima yang selama ini dikenal sebagi ‘rumah’ bagi beragam biota laut, airnya kini berubah warna menjadi cokelat keruh. Ada apa?

Liputan6.com, Bima - Keindahan Teluk Bima NTB yang selama ini menjadi destinasi wisata unggulan di kawasan tersebut seketika runtuh. Video singkat yang menggambarkan dugaan pencemaran mencengangkan banyak mata yang melihatnya. Bagaimana tidak, bawah laut Teluk Bima yang selama ini dikenal sebagi ‘rumah’ bagi beragam biota laut, airnya kini berubah warna menjadi cokelat keruh.

Pemandangan nahas itu sudah terjadi sejak kemarin hingga hari ini, Rabu (27/4/2022). Dari video yang beredar, selain air berubah menjadi cokelat keruh, ikan-ikan di lokasi juga banyak yang ditemukan mati.

Video yang diduga pencemaran itu pertama kali diunggah akun @mbojoinside. Dalam unggahannya akun tersebut menuliskan, “Teluk Bima yang tercemar limbah misterius, sejak Selasa hingga Rabu 27 April hari ini kian parah. Ragam jenis ikan sekitar teluk pun mati.”

Pencemaran laut yang terjadi di teluk Bima, Kota Bima, itu sangat berdampak bagi nelayan sekitar yang biasa menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan laut.

Ibrahim, seorang nelayan Teluk Bima mengatakan, hari ini dirinya terpaksa tidak melaut karena laut tempatnya mencari ikan sekitar teluk Bima sudah tercemar parah. Padahal, kata dia, cuaca hari ini sangat bagus untuk mendapatkan ikan yang banyak. Dirinya juga mengatakan, peristiwa seperti ini baru kali ini terjadi di Teluk Bima.

"Terpaksa hari ini saya nganggur dulu mencari ikan karena air lautnya begitu (tercemar, red). Saya juga kaget ko tiba-tiba laut berubah seperti itu padahal selama ini tidak pernah," ujar Ibrahim, Rabu (26/4/2022).

Sejauh ini belum ada yang mengetahui secara pasti dari mana datangnya cairan kecokelatan yang memenuhi Teluk Bima sejak kemarin itu. Namun seorang warganet mengatakan, yang terjadi di Teluk Bima saat ini namanya ‘sea snot’ atau lendir laut dan biasa juga disebut ingus laut. Hal itu terjadi karena adanya beberapa faktor, antara lain efek rumah kaca dan pemanasan global.

Hal senada juga dikatakan Abdul Haris Dinata, pegawai dinas Lingkungan Hidup Kota Bima yang mengatakan, apa yang terjadi di Teluk Bima adalah fenomena air laut di mana sedimentasi bergerak keluar kepermukaan air laut akibat dibawah oleh arus dan gelombang.

Namun perlu diketahui di sekitar lokasi ada depot Pertamina. Minyak dari depot itui disalurkan ke Kabupaten Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diperparah Adanya Pencemaran

Menurut penjelasan Professor Huseyin Erdugan dari Departemen Biologi, Universitas Onsekiz Mart yang dikutip dari laman fdcunhas, Kamis (27/4/2022), lendir laut atau sea snot pada dasarnya adalah massa mikroorganisme yang diperkaya oleh komponen limbah yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.

Lendir sebenarnya adalah eksopolisakarida (biomakromolekul yang terdiri dari residu karbohidrat yang dipancarkan oleh mikroorganisme) dan meskipun polusi memperburuk masalah lendir laut, hal itu pada akhirnya disebabkan oleh mikroorganisme itu sendiri. Lendir memiliki banyak komponen, termasuk berbagai mikroorganisme seperti virus dan prokariota, serta senyawa eksopolimer dengan sifat koloid.

Lendir laut adalah lumpur yang berbentuk agar-agar berwarna krem, ​​umumnya tidak berbahaya, tetapi dapat menarik virus dan bakteri, termasuk E. coli, sehingga dapat menjadi selimut yang mencekik kehidupan laut yang mengancam flora dan fauna laut, serta manusia jika terpapar air yang terkontaminasi.

Lendir laut sebenarnya terbentuk secara alami ketika alga atau ganggang di laut dipenuhi nutrisi akibat iklim hangat dan pencemaran air. Pengamat lingkungan menyatakan bahwa sampah rumah tangga dan industri menyebabkan fitoplankton membludak. Dengan kata lain, perubahan iklim dan pencemaran ini telah berkontribusi pada proliferasi bahan organik, yang mengandung berbagai macam mikroorganisme dan dapat berkembang ketika limbah yang kaya nutrisi mengalir ke air laut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.