Sukses

Resensi Babad Banyumas, Belajar Sejarah dengan Cara Asyik Melalui Komik

Babad Banyumas: Adit Menyusur Lorong Waktu merupakan komik yang didasarkan pada kisah Raden Joko Kaiman, pendiri Kabupaten Banyumas.

Liputan6.com, Jakarta Judul : Babad Banyumas: Adit Menyusur Lorong Waktu

Penulis : Tim Comic House

Tahun Terbit : 2022

Jumlah Halaman : iv+ 186 halaman

 

Babad menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah riwayat; sejarah; tambo; hikayat. Sementara babad dalam arti karya sastra adalah ‘kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura yang berisi peristiwa sejarah; cerita sejarah’.

Babad biasanya berupa tulisan dalam aksara lokal setempat, berbentuk syair atau tembang-tembang dan ditulis oleh sastrawan istana, sejarawan yang dipercaya, ataupun tokoh pelaku itu sendiri.

Dalam babad banyak tersimpan sejarah mengenai riwayat berdirinya suatu daerah atau tempat, atau tokoh-tokoh penting dan peristiwa penting yang perlu diketahui khalayak. Salah satunya, Babad Banyumas, yang mengisahkan berdirinya Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah. Berdasarkan asal-usulnya, Kabupaten Banyumas sebelumnya merupakan  bagian dari Kadipaten Pasirluhur dan Kadipaten Wirasaba.

Adapun Babad Banyumas memiliki beberapa versi. Patih Santadiredja adalah penulis dari Babad Banyumas Mertadiredjan. Meski demikian, masih banyak beberapa versi lainnya, mulai dari versi Kalibening, Mertadiredjan, Jayawinata, Adimulya, Wirjaatmadjan, hingga Danuredjan.

Belajar sejarah pada umumnya dianggap membosankan. Padahal, sejarah sangat penting sebagai pijakan jati diri. Orang bijak mengatakan, sejarah harus dipahami ke belakang dan dipakai sebagai pedoman untuk masa depan. Barangkali, pesan itulah yang hendak disampaikan oleh tim penggagas dan penyusun komik Babad Banyumas: Adit Menyusur Lorong Waktu.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sejarah bukan berarti membosankan

Komik kekinian ala webtoon ini hadir sebagai upaya untuk menarik minat generasi muda belajar sejarah dengan cara yang tidak membosankan. Sentral cerita berpusat pada Raden Bagus Mangun atau Joko Kaiman, sang pendiri Kabupaten Banyumas.

Meski demikian, cerita dibuka dengan cara yang tidak biasa. Cerita justru bergerak dari masa kini melalui tokoh Adit—yang digambarkan seperti anak muda kebanyakan. Adit tak peduli pada sejarah dan sering bertindak semaunya. Namun, saat sedang mengikuti kunjungan ke pendopo Bupati, Adit terlempar ke masa lalu, sekitar abad ke-16.

Cara Adit memasuki masa lalu ini agak mirip dengan plot cerita The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe karya penulis Inggris CS Lewis. Jika dalam Narnia, tokoh utama terlempar ke masa lalu setelah memasuki sebuah lemari, maka Adit memasuki masa lalu setelah melewati sebuah pintu berukir yang misterius.

Melalui mata tokoh ketiga inilah, yaitu tokoh bernama Salam (yang sebenarnya adalah Adit), kita menyaksikan kisah Joko Kaiman sejak kecilnya hingga diasuh oleh paman dan bibinya di Kejawar, yakni Kiai dan Nyai Mranggi. Beranjak dewasa, Joko Kaiman memenuhi pesan kakeknya, yakni Raden Baribin, agar mengabdi di Wirasaba.

Cerita ini sangat kental dengan dunia batin dan kepercayaan orang Jawa. Salah satu contohnya, ketika Adipati Warga Utama I menyaksikan cahaya putih masuk ke tubuh Joko Kaiman yang sedang tertidur. Konon, itu adalah tanda bahwa orang yang dimasuki cahaya itu akan memiliki masa depan yang cerah. Atau, ketika Joko Kaiman bermimpi dan mendengar suara agar memindahkan pusat pemerintahannya dari Wirasaba ke sebelah barat di wilayah Kejawar. Joko Kaiman menganggap itu petunjuk dari Tuhan yang harus dipatuhi agar kekuasaannya langgeng dan keturunannya bisa terus berkuasa.

3 dari 3 halaman

Mengambil teladan dari Joko Kaiman

Bupati Banyumas Achmad Husein dalam peringatan Hari Ulang Tahun Banyumas ke-451 mengatakan, Joko Kaiman yang juga dijuluki Adipati Mrapat memiliki sifat-sifat luhur yang patut diteladani. Menurut Bupati, Banyumas bisa seperti sekarang ini berkat pengabdian, perjuangan, dan kerja keras pada bupati terdahulu. Terutama Raden Joko Kaiman karena mempunyai jiwa yang kesatria dan tidak mementingkan diri sendiri.

Raden Joko Kaiman dijuluki Adipati Mrapat karena membagi kekuasaannya menjadi 4, yakni wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kiai Ngabei Wirayuda, wilayah Merden diberikan kepada Kiai Ngabei Wirakusuma, wilayah Wirasaba diberikan kepada Kiai Ngabei Wargawijaya, dan wilayah Kejawar dikuasai sendiri oleh Bagus Mangun.

Meski berupa komik, tidak berarti isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Walaupun ada tambahan tokoh fiksi bernama Salam, selebihnya kisah-kisah dalam Babad Banyumas: Adit Menyusur Lorong Waktu dapat dipertanggungjawabkan sumbernya.

Maria Rengganis sebagai Head Project Tim Comic House sangat jeli karena melibatkan sejarawan dan meneliti berbagai pustaka sebagai dasar penyusunan ceritanya. Oleh sebab itu, penerbitan buku sejarah berupa komik ini sangat penting sebagai upaya mengenalkan sosok pendiri Kabupaten Banyumas dengan cara yang diminati generasi kiwari.

Selain itu, komik ini juga tidak mengabaikan plot atau susunan cerita. Alurnya sederhana dan mudah dipahami, serta tiap bagian dibuat dalam babak-babak sesuai dengan kejadian penting dalam kehidupan Joko Kaiman, si tokoh utama. Bahkan, pembaca awam pun yang sama sekali tidak mengetahui sejarah Banyumas, sama sekali tidak akan merasa kesulitan memahami isi buku ini.

Meski demikian, buku ini memang hanya berfokus pada kisah masa kecil dan kehidupan Joko Kaiman hingga saat membangun pemerintahan baru di Kejawar. Alangkah lebih greget lagi jika ke depan komik ini dibuat berseri dengan kisah adipati-adipati yang lain. Apalagi, akhir ceritanya juga masih memungkinkan adanya pengembangan cerita dan petualangan baru dari Adit, sang pengkisah dari masa depan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.