Sukses

Bubur Banjar Samin, Tradisi Berbuka Warga Solo dari Perantau

Tradisi menikmati buka puasa dengan bubur samin diadakan di Masjid Darussalam untuk masyarakat sekitar dan para musafir.

Liputan6.com, Solo - Usai ditiadakan selama dua kali Ramadhan akibat pandemi Covid-19, tradisi membagikan bubur Banjar Samin di Masjid Darussalam, Jayengan Kota Solo, akhirnya kembali digelar. 

Tradisi bubur Samin Banjar itu diadakan setiap Bulan Puasa sejak hari pertama hingga hari terakhir, panitia akan menyiapkan kurang lebih 1.000 porsi bubur samin untuk jamaah masjid dan masyarakat sekitar. Berawal dari kegiatan yang diadakan oleh para perantau asal Kalimantan, tradisi itu kini malah terus dilakukan hingga turun temurun.

Ketua Panitia Pembagian Bubur Samin Banjar, Noor Cholish mengatakan tradisi bubur Banjar Samin itu menghabiskan 40 kilogram beras, radisi itu disiapkan untuk jamaah yang hadir di masjid.

"Tradisi ini sempat ditiadakan selama dua tahun Covid-19. Tahun ini diadakan kembali menerapkan protol kesehatan," katanya kepada awak media di Solo, Selasa (19/4/2022).

Ia menyebut sekitar 300 porsi bubur samin disiapkan untuk jamaah atau takmir dan selebihnya disiapkan untuk peduduk sekitar. Caranya, masyarakat harus membawa rantang untuk bisa mengambil bubur Samin Banjar yang enak tersebut.

"Bubur dari bahan beras 40 kilogram ikut dimasak menjadi bubur. Diolah menjadi bubur yang dibagi menjadi 300 porsi piring untuk takmir, sedangkan 1000 porsi untuk masyarakat," kata dia.

Bubur yang diolah selama dua jam lebih sesudah ibadah shalat dhuhur itu dimasak dengan bumbu rempah, sayuran, serta potongan daging atau tetelan.

"Masyarakat yang ingin mendapatkan harus membawa rantang dari rumah. Kemudian ditaruh di atas meja yang disediakan untuk diisi bubur sekaligus wajib mengantri," ucap dia.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Olahan Beras, Daging, dan Rempah Khusus

Sementara itu, Ketua takmir Masjid Darussalam M. Rosyidi Muhdhor mengatakan asal usul tradisi itu sudah berlangsung 30 tahun atau tahun 1985.

"Akhirnya tradisi ini menjadi distinasi wisata religi ramadan di Kota Solo, tepatnya kelurahan Jayengan," ujarnya.

Menariknya, bukan hanya warga sekitar Solo yang ingin menikmati olahan bubur Samin itu, tapi masyarakat dari liuar kota juga tertarik ingin menikmatinya. Biasanya, mereka sengaja beribadah ke Masjid Darussalam Jayengan sekaligus ingin mencicip Bubur Samin.

"Masjid ini dalam sejarah menjadi tujuan Warga Banjar, Kalimantan merantau. Beberapa menu dibuat para perantau yang tinggal di Kampung Jayengan seperti Soto Banjar, Nasi Samin, hingga Bubur Samin dan lain sebagainya," tutur dia.

Ia bercerita, pada tahun 1985 oleh Haji Naam Sahroni, dari cerita yang beredar di masyarakat bubur Banjar Samin untuk buka bersama.

Ketua Umum Jayenyan Kampung Permata, Yusuh Ahmad Al Katiri menjelaskan apabila ada perantau yang menetap di daerah Jayengan mereka berbiaga di wilayah itu dan kemudian menikah dengan warga setempat. Bahkan, beberapa keturunan dan generasi tetap menjalankan tradisi hingga saat ini.

"Saat ini generasi ke empat dan ke lima yang masih menjaga tradisi ini, sekaligus berdagang emas permata," ujar dia.

Sementara itu, salah satu warga asal Wonogiri, Devin Jastina (35) mengaku tiap tahun antri bubur Samin untuk diberikan kepada keluarganya.

Dirinya mengaku mendapat informasi tentang bubur Samin itu dari media sosial. "Rasanya enak, gurih dan ada dagingnya. Aroma harum. Saya sejak tinggal di Solo tiap tahun antri. Bubur ini membawa berkah dan bikin sehat," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.