Sukses

4 Masjid Bersejarah di Kota Medan, Berusia Ratusan Tahun

Masjid bersejarah di Kota Medan hingga saat ini masih bisa Anda kunjungi. Meski telah mendapatkan berbagai perbaikan, namun tidak mengubah desain dan makna arsitekturnya.

Liputan6.com, Medan Masjid bersejarah di Kota Medan hingga saat ini masih bisa Anda kunjungi. Meski telah mendapatkan berbagai perbaikan, namun tidak mengubah desain dan makna arsitekturnya.

Beberapa masjid bersejarah yang ada di Medan tidak terlepas dari gaya arsitektur khas Timur Tengah, Eropa, dan Melayu. Kemudian dapat menampung jemaah dengan jumlah yang banyak.

Berikut 4 masjid bersejarah di Kota Medan yang dirangkum Liputan6.com, apa saja?

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al-Mashun

Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid bersejarah di Kota Medan, terletak di Jalan Sisingamangaraja. Masjid ini dibangun tahun 1906 dan selesai 1909.

Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India, dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap pada bagian selatan, timur, utara, dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah peradaban Melayu Deli, yang memiliki keterkaitan erat dengan Kesultanan Deli.

Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al-Mashun, dan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden.

Pada awalnya Masjid Raya Al-Mashun dirancang oleh arsitek Belanda, Van Erp, yang juga merancang Istana Maimun, tetapi kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman.

Van Erp ketika itu dipanggil ke Pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia, Jerman, dan kaca patri dari Tiongkok, lampu gantung langsung dari Prancis.

JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi 8 dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu, dan Timur Tengah.

Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran, dan Arab.

3 dari 5 halaman

2. Masjid Al-Osmani

Masjid Al-Osmani juga dikenal dengan sebutan Masjid Labuhan karena lokasinya yang berada di Kecamatan Medan Labuhan. Masjid ini terletak di jalan K.L. Yos Sudarso, Kelurahan Pekan Labuhan sekitar 20 kilometer sebelah utara Kota Medan.

Masjid ini adalah masjid tertua di kota Medan. Masjid Al-Osmani dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh, yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan.

Kemudian pada 1807 hingga 1872, masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan.

Hingga kini, selain digunakan sebagai tempat beribadah, masjid bersejarah itu juga dipakai sebagai tempat peringatan dan perayaan hari besar keagamaan dan tempat pemberangkatan menuju pemondokan jemaah haji yang berasal dari Medan Utara.

Di masjid ini juga terdapat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam.

4 dari 5 halaman

3. Masjid Lama Gang Bengkok

Masjid Lama Gang Bengkok ini tepatnya berada di Jalan Mesjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat. Masjid ini dibangun oleh saudagar asal Tiongkok, Tjong A Fie.

Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 1.885 M, tetapi renovasi pembangunannya selesai pada tahun 1.889 M. Masjid ini kemudian diserahkan Tjong A Fie kepada Kesultanan Deli, yakni pada masa pemerintahan Sultan Deli Ma'moen Al Rasyid.

Masjid Lama Gang Bengkok diperkirakan didirikan pada tahun 1874. Bangunan masjid tersebut berdiri di atas tanah wakaf dari Haji Muhammad Ali, atau lebih dikenal dengan nama Datuk Kesawan.

Ketika proses pembangunannya, Tjong A Fie, yaitu seorang saudagar Tiongkok yang hijrah ke Kota Medan pada awal abad ke 19. Tjong A Fie sendiri menanggung seluruh pembangunan masjid tersebut.

5 dari 5 halaman

4. Masjid Badiuzzaman Surbakti

Masjid Badiuzzaman Surbakti merupakan salah satu masjid bersejarah di Kota Medan. Masjid ini memiliki arsitektur sederhana seperti atap masjid yang berbentuk limas, jumlah jendela masjid yang tiap sisisnya berjumlah 4.

Yang unik, mimbar yang ada di masjid ini adalah mimbar yang dulu digunakan sejak dulu hingga sekarang dalam kondisi utuh dan terawat.

Kekokohan bangunan juga menjadi hal unik karena tanpa menggunakan semen dan putih telur sebagai pengganti semen mampu mempertahankan bangunan hingga sekarang.

Masjid Badiuzzaman Surbakti di bangun pada tahun 1885 Masehi atau tahun 1306 Hijriah yang berlokasi di Jalan PDAM Sunggal No. 1 Medan.

Datuk Badiuzzaman Surbakti memiliki nama asli yaitu Datuk Sri Diraja Badiuzzaman Sri Indera Pahlawan Surbakti.

Lahir dalam asuhan lingkungan istana kerajaan karena ayah beliau adalah seorang Raja Sunggal yang bernama Datuk Abdullah Ahmad Sri Indera Pahlawan Surbakti. Sedangkan ibunya bernama Tengku Kemala Inasun Bahorok.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.