Sukses

Tempat Penuh Mitos yang Jadi Asal Kerajaan Mataram Islam di Gunungkidul

Petilasan Kembang Lampir terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.

Liputan6.com, Yogyakarta - Petilasan Kembang Lampir terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul. Petilasan kuno ini cukup terkenal di kalangan masyarakat.

Dikutip dari berbagai sumber, dulu petilasan ini merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan bersemedi. Ki Ageng Pemanahan merupakan keturunan Brawijaya V yang juga murid dari Sunan Kalijaga.

Petilasan di Gunungkidul ini kemudian juga menjadi tempat bersemedi Panembahan Senopati yang merupakan anak Ki Ageng Pemanahan. Kelak, Panembahan Senopati yang kemudian mendirikan Kerajaan Mataran Islam.

Di petilasan ini terdapat benda-benda peninggalan Ki Ageng Pemanahan seperti mahkota rumah yang pecah dan berbagai benda pusaka lainnya. Konon, petilasan Kembang Lampir merupakan tempat awal mula Kerajaan Mataram Islam berdiri.

Ki Ageng Pemanahan diminta oleh Sunan Kalijaga untuk bertirakat di tempat itu guna memperoleh petunjuk mengenai siapa sosok yang tepat untuk memimpin kerajaan setelah era Majapahit.

Saat Ki Ageng Pemanahan hendak bertapa, di sana sudah ada bunga semampir yang bertengger di sebuah pohon besar. Atas perintah Sunan Kalijaga, Ki Ageng Pemanahan mengambil bunga semampir itu.

Tempat itu pula yang kemudian dijadikan Panembahan Senopati sebagai lokasi semedi sebelum menjadi Raja Mataram Islam. Panembahan Senopati kemudian menamai tempat tersebut dengan "Mbang Lanpir" yang artinya membangun ketajaman berpikir.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemugaran

Petilasan Kembang Lampir menjadi petilasan bersejarah bagi Keraton Yogyakarta. Pada tahun 1975, Sri Sultan HB IX menginisiasi pemugaran petilasan Kembang Lampir.

Setelah jadi, petilasan itu dinamakan Gunung Mahenka karena letaknya yang berada di atas perbukitan. Bukan hanya dipugar dan direnovasi, di petilasan tersebut juga dibangun patung Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati.

Tak hanya sebagai petilasan, pada bangunan induk di sana tersimpan benda pusaka Wuwung Gubug Mataram dan Songsong Ageng Tunggul Naga.

Seperti tempat-tempat yang dipercaya sebagai tempat keramat lainnya. Banyak pantangan yang harus dihindari pengunjung yang ingin berziarah ke petilasan Kembang Lampir.

Dalam seminggu, petilasan itu hanya dibuka pada hari Senin dan Kamis. Selain itu, pengunjung juga tidak boleh mengenakan pakaian berwarna ungu terong dan hijau lumut.

Kedua warna itu terlarang karena keberadaan Nyi Roro Kidul yang konon sering datang ke petilasan Kembang Lampir. Jika pengunjung mengenakan baju warna itu, ia akan disukai Nyi Roro Kidul dan kemudian dijadikan budaknya.

Bukan hanya larangan pakaian warna tertentu, pengunjung juga tidak boleh memotret bangunan dalam, tidak boleh memakai sandal, dan khusus pengunjung perempuan harus dalam keadaan suci.

Penulis: Tifani

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.