Sukses

Saat Cuaca Terik Berubah Menjadi Hujan Es di Kabupaten Kuansing

Fenomena hujan es terjadi di Kabupaten Kuansing padahal sebelumnya cuaca cukup terik.

Liputan6.com, Pekanbaru - Masyarakat di Desa Jake, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), heboh ketika hujan es pada Selasa petang, 22 Maret 2022. Fenomena ini terakhir kali di Riau pada 2019 lalu.

Sebelum hujan es turun, cuaca di desa Kabupaten Kuansing itu cukup terik. Seketika langit mendung dan kemudian terjadi angin kencang.

Tak lama setelah itu, hujan turun. Warga kebingungan karena yang turun bukan hanya air seperti biasa melainkan juga butiran es dari langit.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun di Pekanbaru, Ramlan, membenarkan fenomena hujan es ini. Dia menyebut butiran seperti es turun pada pukul 16.59 WIB.

"Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es yang terjadi di Kabupaten Kuansing disebabkan oleh awan-awan konvektif (awan badai) atau yang sering disebut dengan awan cumulonimbus," kata Ramlan, Rabu siang, 23 Maret 2022.

Berdasarkan data citra radar dan reflektivitas citra radar cuaca Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II, tambah Ramlan, hujan bercampur butiran es itu berlangsung lebih kurang 15 menit.

"Hujan berlangsung dari pukul 16.59 WIB sampai pukul 17.17 WIB," kata Ramlan.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proses Hujan Es

Ramlan menjelaskan, pada pukul 16.30 WIB di Desa Jake, Kabupaten Kuansing, awan cumulonimbus terdeteksi citra radar dan satelit. Selanjutnya, pada pukul 16.59 WIB sampai 17.17 WIB keberadaan awan tersebut terpantau cukup tinggi sekitar 10 kilometer dengan suhu puncak mencapai -80°C.

"Untuk nilai reflektivitas awan pada citra radar juga relatif tinggi sekitar 50-60dbZ (hujan lebat dan angin kencang)," jelas Ramlan.

Ramlan melanjutkan, ketika downdraft atau aliran udara ke bawah yang keluar dari awan cumulonimbus cukup kuat dan didukung dengan kelembapan udara di lingkungan tersebut cukup tinggi, mengakibatkan es yang seharusnya mencair menjadi air hujan tetap menjadi butiran es ketika turun ke permukaan tanah.

Sebagai informasi, fenomena hujan es sudah lama tak terjadi di Riau. Terakhir, berlangsung pada 23 September 2019 di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.