Sukses

Aksi Mbak Rara di MotoGP Mandalika 2022 Bikin Heboh, Begini Mekanisme Kerja Pawang Hujan

Ajang MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB),sempat diguyur hujan sesaat sebelum balapan, Minggu, 20 Maret 2022. Kondisi ini sempat membuat para pembalap kembali ke garasi masing-masing menunggu hujan mereda.

Liputan6.com, Medan Ajang MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sempat diguyur hujan sesaat sebelum balapan, Minggu, 20 Maret 2022. Kondisi ini sempat membuat para pembalap kembali ke garasi masing-masing menunggu hujan mereda.

Namun, di tengah hujan deras, tampak sosok Rara Isti Wulandari, seorang yang didapuk menjadi pawang hujan untuk menghentikan hujan di Mandalika. Mengenakan helm proyek dan tidak menggunakan alas kaki, Rara melakukan ritual pengusiran hujan di Sirkuit Mandalika.

Penonton asing yang melihat dari siaran daring MotoGP keheranan serta bertanya-tanya apa yang dilakukan Rara. Aksi Rara kali ini bukanlah kali pertama ditunjukkan. Rara sebelumnya sudah diperkenalkan ke publik sejak hari pertama untuk membuat cuaca Mandalika bersahabat.

Bahkan, akun resmi MotoGP juga mengunggah video Rara yang berusaha melakukan ritual penolak hujan dengan alat seperti mangkuk logam dan pemukulnya, atau dikenal juga dengan singing bowl.

Di tengah guyuran hujan, Mbak Rara, sapaan akrabnya, tetap berusaha melakukan hal tersebut walaupun hujannya tak kunjung reda. Setelah hujan reda, kinerja Rara dipuji tim MotoGP. "IT WORKED!" tulis Twitter resmi MotoGP.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mekanisme Kerja Pawang Hujan

Mekanisme kerja pawang hujan bisa dijelaskan secara ilmiah. Namun pada prakteknya, dibutuhkan keyakinan dan pendekatan spiritual untuk bisa menggeser awan penyebab hujan. Pada artikel Liputan6.com yang diterbitkan pada 30 November 2017 berjudul “Cara Mudah Jadi Pawang Hujan,” Nuryanto atau dikenal dengan sebutan Mbah Bejo, seorang pawang hujan top di Semarang membagikan ilmunya.

Menurutnya, setiap manusia memiliki kemampuan itu, tanpa dengan laku sesaji, ritual ataupun doa. "Bagi yang suka ilmu fisika, mungkin bisa dijelaskan panjang lebar. Namun masyarakat kita sangat instan dan maunya yang bisa langsung praktek," kata Mbah Bejo, tertulis dalam artikel tersebut.

Menurut Mbah Bejo, untuk belajar mengendalikan awan, yang utama adalah memiliki keyakinan bahwa ia mampu melakukan. Kemudian langkah berikutnya adalah melatih dan terus melatih.

Berikut ini ada tiga langkah mudah menjadi pawang hujan yang bisa dicoba oleh semua orang. Tentu saja tak butuh sesaji atau laku khusus, namun murni mengoptimalkan keyakinan yang ada.

Pertama, posisikan kedua tangan dengan telapak saling berhadapan, namun tak bersentuhan. Seperti posisi memegang bola. Antara kedua telapak tangan ada jarak. Bisa juga dengan menengadahkan tangan ke langit. Atau bahkan tangan tidak melakukan gerak apapun.

"Badan rileks saja. Santai. Posisi tangan itu teknis hanya untuk membantu konsentrasi," kata Mbah Bejo.

Kemudian pejamkan mata agar lebih mudah berkonsentrasi. Tubuh tetap harus rileks. Semua panca indera dimatikan sehingga bisa benar-benar fokus. Setelah langkah pertama, mulailah masuk fase kedua. Fase kedua ini merupakan eksekusi dari hasil konsentrasi fase pertama. Berjalan keliling dengan tetap mematikan panca indera.

"Rasakan bahwa awan yang ada di langit sudah bergeser. Yakinkan diri bahwa langit sudah cerah," kata Mbah Bejo.

3 dari 3 halaman

Terus Berlatih

Jika belum yakin, berarti masih harus terus berlatih. Cobalah meminta bantuan orang-orang di sekitar untuk menambah keyakinan. Keyakinan itu bisa didapat dengan mengajak mereka merasakan bahwa awan memang telah bergeser dan langit sudah cerah.

"Setelah sukses melewati fase kedua, masuki fase ketiga. Fase ini sangat penting. Langkah ketiga adalah melupakan apa yang sudah dilakukan," kata Mbah Bejo.

Dari penjelasan itu, fase ketiga menjadi kunci. Ada dua proses utama yang saling berpengaruh. Proses membangun keyakinan seperti pada langkah kedua, dan proses melupakan pada langkah ketiga.

"Itu cara sederhana yang tentu tidak butuh sesaji atau ritual apapun. Sebab dengan sesaji atau ritual, bisa saja nanti dicurigai sebagai klenik," kata Mbah Bejo.

Untuk mencapai tataran mahir dalam hal menggeser awan penyebab hujan, tiap-tiap orang butuh waktu berbeda. Namun dengan latihan, semua pasti bisa.

"Fungsi yang ketiga, yakni melupakan adalah untuk membentuk pribadi yang rendah hati. Alam hanya bisa diakrabi dengan kerendahan hati. Apapun keyakinan dan usaha manusia, semua berpulang kepada Allah, jadi lupakan segala kemampuan diri," katanya.

Tiga langkah menjadi pawang hujan ini bisa saja dicoba, tentu akan lebih mudah ketika musim hujan tidak sedang dalam puncaknya. Cobalah, setidaknya bisa mengurangi kegalauan akibat ingat mantan di saat hujan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.