Sukses

Gaya Jaksa 'Mondok' Bareng Santri di Pesantren Garut

Berbagai pengetahuan dan informasi mengenai penegakan hukum mulai bahaya penyalahgunaan narkotika, wawasan kebangsaan hingga pentingnya mencinta Tanah Air, diberikan Neva dan jajarannya secara bergantian, sesuai waktu yang diberikan pihak pengasuh pesantren.

Liputan6.com, Garut - Dipimpin langsung Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Garut, Jawa Barat, Neva Sari Susanti, beberapa jaksa tampak antusias berbaur mondok sesaat dengan para santri, melaksanakan program jaksa masuk pesantren (JMP) di pondok pesantren Al-Halim, Tarogong Kaler, Garut.

Para jaksa duduk bareng, hingga blusukan di pesantren, tentu sebuah pemandangan baru sekaligus unik. Namun di tangan Neva, kehadiran ruh Adhiyaksa dalam memberikan pemahaman hukum, harus dinikmati betul seluruh lapisan masyarakat, termasuk santri.

Berbagai pengetahuan dan informasi mengenai penegakan hukum mulai bahaya penyalahgunaan narkotika, wawasan kebangsaan, hingga pentingnya mencinta Tanah Air, diberikan Neva dan jajarannya secara bergantian, sesuai waktu yang diberikan pihak pengasuh pesantren.

"Di ponpes ini sendiri memang santrinya tidak diperkenankan menggunakan HP. Jadi informasi terkait itu perlu kita sampaikan," ujar Neva, Selasa (7/2/2022).

Menurutnya, pemahaman mengenai hukum termasuk penegakan hukum bagi para pelanggarnya, merupakan hal penting yang perlu diketahui masyarakat, termasuk para santri di pesantren.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wawasan Kebangsaan

Selama ini, ujar Kajari perempuan pertama di Garut itu, pengetahuan santri mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika terbilang lemah, sehingga kekhawatiran terjerumusnya santri dan alumni pesantren pada bahaya narkoba terbilang besar.

"Jaksa juga menyampaikan ancaman hukuman bagi pelaku tindakan tersebut," ujar dia.

Tidak hanya itu, Neva juga mengajak para santri untuk senantiasa menempatkan kecintaan Tanah Air dan bangsa, dibanding kepentingan pribadi dan golongan.

"Kami lihat para santri di sini dididik dengan baik, mereka dibekali ilmu iman dan cinta Tanah Air," ujar dia.

Upaya itu dinilai penting, sebagai fondasi awal para santri untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, melenceng dari ancaman faham radikalisme dalam upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Jadi memang kecintaan terhadap Tanah Air ini harus dibantu oleh pesantren-pesantren," ujar dia dengan antusias untuk memberikan motivasi bagi para santri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.