Sukses

Mi Instan Terancam Naik Imbas Perang Rusia-Ukraina, Kok Bisa?

Jika kondisi peperangan Rusia-Ukraina berlangsung lama, maka dikhawatirkan akan terjadi kenaikan pada komoditas gandum dan minyak bumi.

Liputan6.com, Cirebon - Konflik perang antara Rusia-Ukraina dikhawatirkan akan berdampak kepada sektor ekonomi di Indonesia.

Ekonom Senior Rizal Ramli mengatakan, ada kemungkinan Indonesia terkendala pasokan gandum yang diimpor dari Rusia dan Ukraina.

Dia menyebutkan, 30 persen gandum diimpor dari Rusia. Selanjutnya, 25 persen gandum juga diimpor dari Ukraina.

"Hingga akhirnya teman-teman mahasiswa dan masyarakat umum makan mi instan bisa naik harganya. Tantangan kita sekarang bisa dibilang semakin susah, barang-barang selain langka juga mengalami kenaikan harga. Bukan hanya minyak goreng, kedalai bisa jadi sebentar lagi gandum," kata Rizal Ramli usai menghadiri acara silaturahmi bersama solusi permasalahan bangsa di Cirebon, Minggu (27/2/2022).

Dia mengatakan, tidak menutup kemungkinan harga gandum bisa naik jika konflik Rusia-Ukraina berkepanjangan. Sementara itu, kata dia, dalam konflik tersebut Ukraina berperang sendiri.

Sedangkan NATO Amerika hanya bisa menyediakan senjata agar rakyat Ukraina melakukan gerilya perang. Jika kondisi peperangan Rusia-Ukraina berlangsung lama, imbas berikutnya adalah pasokan minyak bumi yang diimpor ke Indonesia.

"Harga minyak bumi yang tadinya 100 dolar per barel bisa naik sampai 150 dolar per barel," ujar dia.

Rizal menyebutkan, Indonesia mengimpor 1,2 juta barrel minyak bumi per harinya. Jika harga sampai naik menjadi 150 dolar per barel, pemerintah harus menyiapkan uang tunai sampai 175 juta dolar per hari.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Saran ke Jokowi

Pertamina, kata dia, bisa bermasalah sehingga berdampak luas kepada naiknya harga BBM.

"Sebetulnya saya sudah pernah nyatakan beberapa tahun lalu sebelum Covid. Sederhana kok, saya bilang perlu realokasi anggaran karena ada Covid, maka bakal ada krisis ekonomi," kata dia.

Namun demikian, Rizal mengaku solusi yang diberikannya kepada pemerintah tidak dijalankan. Dia mengaku pernah memberi saran kepada Presiden Jokowi agar anggaran fokus pada tiga hal.

Yakni pertama membiayai penanggulangan covid-19 termasuk vaksin. Kedua, membiayai warga yang terdampak krisis seperti pengangguran dan bahan pokok.

"Ketiga naikkan produksi pangan. Jokowi ambil ide saya dan disampaikan dalam pidato bahwa perlu realokasi anggaran. Tapi waktu menteri nyusun anggaran tidak ada perubahan yang berarti. Tetap saja pengeluaran ini dan itu," ujar mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itu.

Dari berbagai persoalan tersebut, Rizal pesimistis pemerintah mampu menyelesaikan masalah. Bahkan, kata dia, kemampuan pemerintah menyelesaikan masalah nyaris tidak punya.

Dia mengatakan, pemerintah tidak mampu menyelesaikan permasalahan minyak goreng hingga kedelai hingga mengalami kelangkaan.

"Penerimaan pajak merosot. Solusinya bikin susah rakyat lagi, naikkin harga gas tabung, BBM, listrik, BPJS, dan lain-lain. Padahal rakyat udah terpukul ada kenaikan harga. Ini pemerintah tak ada hati sama rakyat sekali," kata Rizal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.