Sukses

Pak, Tolong, Pengungsi Gempa di Pasaman Barat Minim Bantuan

Pengungsi membutuhkan bantuan pakaian karena ketika mengungsi dirinya dan empat anaknya tidak membawa baju sama sekali karena rumah mereka rubuh.

Liputan6.com, Pasaman Barat - Korban terdampak gempa magnitudo 6,1 Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat yang mengungsi di halaman kantor bupati mengeluhkan belum mendapat bantuan selimut sejak hari pertama mengungsi pada Jumat 25 Februari 2022.

Pantauan Liputan6.com pada Minggu (27/2/2022) memang banyak pengungsi yang tak menggunakan selimut saat tidur, kemudian tenda yang didirikan di atas tanah batako itu hanya rata-rata beralaskan terpal saja.

Salah seorang pengungsi, Noni Karmila mengatakan dirinya belum mendapat bantuan selimut, padahal ketika malam hari lokasi pengungsian cukup dingin.

"Iya belum dapat, tikar juga ini dipinjamkan oleh teman saya di daerah sini," katanya, Minggu (27/2/2022).

Ia menyebut selain selimut dan alas tidur, ia juga membutuhkan bantuan pakaian karena ketika mengungsi dirinya dan empat anaknya tidak membawa baju sama sekali karena rumah mereka rubuh akibat gempa.

Pengungsi gempa lainnya yang berasal dari Jorong Timbo Abu, Iser menyebut belum memperoleh bantuan berupa selimut dan baju bersih. Kondisi tenda darurat yang padat dan dingin membuat tubuhnya mengalami sakit demam.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketiadaan WC Darurat

"Kalau makan sudah dapat, tapi selimut saya belum," ujarnya.

Ia mengatakan permintaan agar memperoleh selimut sudah lebih dari dua kali ia lakukan kepada petugas posko bencana, namun tak kunjung diperoleh.

"Sudah dua kali diminta, tapi belum datang-datang, pengungsi yang lain sebagian ada yang sudah dapat," ujarnya.

Selain selimut, alas tidur dan pakaian, para pengungsi juga kesulitan untuk MCK karena tidak ada WC darurat yang dibangun, sedangkan WC yang ada di lingkungan kantor bupati tidak sebanding dengan jumlah pengungsi yang mencapai ribuan.

Tidak adanya akses MCk ini ada beberapa anak-anak yang langsung pipis di sekitaran tenda darurat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.