Sukses

Aksi Bersih Sampah dan Isu Global di Geopark Raja Ampat

Aksi Bersih Pantai oleh PKSPL-ITB dan Mahasiswa UNIPA di Pantai WTC Raja Ampat Papua.

Liputan6.com, Papua - Raja Ampat tak hanya menjadi destinasi yang unggul menjaring wisatawan, namun juga menjadi kawasan strategis yang menjaring sampah.

Lokasi kabupaten dengan 2.713 pulau tersebut, menjadi perbatasan terluar Negara Indonesia, yang juga begitu dekat dengan pusaran sampah laut terbesar di dunia, The Great Pacific Garbage Patch.

Berdasarkan informasi dari Dinas Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) Kota Sorong tahun 2021, sampah dari Kota Sorong dan Kabupaten Sorong turut terbawa arus hingga sampai di pantai-pantai di Raja Ampat.

Sehingga tak heran, sampah menjadi salah satu isu serius yang dihadapi tempat seindah Raja Ampat. Seperti buah simalakama, lokasi dan bentuk kepulauannya menganugerahkannya potensi dan kekayaan sumberdaya laut yang luar biasa.

Karena juga terletak di segitiga karang dunia. Namun sekaligus menjadi ‘perangkap’ sampah, yang bahkan tidak dihasilkan secara lokal.

Penyadartahuan dalam pengelolaan sampah, menjadi salah satu agenda utama dalam kegiatan konservasi yang dilakukan di kabupaten tersebut.

Bagi masyarakat Raja Ampat sendiri, konservasi merupakan hal yang identik. Filosofi leluhur mereka, yaitu ‘Hutan adalah Mama, Laut adalah Bapak, dan Pesisir adalah Anak’, yang secara tidak langsung mengajarkan anak keturunannya untuk melindungi alamnya secara terpadu.

Lebih dari setengah kawasan Raja Ampat adalah bagian dari kawasan konservasi, laut maupun daratan. Sehingga ruang kelola untuk kepentingan ekonomi atau pemanfaatan sumberdayanya menjadi sangat terbatas.

Untuk menghadapi tantangan akan tumpang tindihnya kepentingan tersebut, termasuk meningkatkan peran masyarakat lokal, pemerintah pusat telah mengimplementasikan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K).

Dengan visi dan misi yang searah dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Raja Ampat, juga mengusung konsep geopark, sebagai salah satu konsep penglolaan kawasan yang diinisiasi oleh UNSECO.

Melalui visinya ‘Memuliakan Warisan Geologi, Kenekaragaman Hayati dan Budaya untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pemanfaatan Secara Lestari dan Pembangunan Berkelanjutan di Seluruh Kawasan’, Geopark Raja Ampat mengelola hampir 51 persen dari luas kawasan kabupaten.

Dari bukit-bukit di daratan dan pulau-pulaunya, hingga gua-gua di bawah lautannya, dengan meningkatkan peran masyarakat adat dan masyarakat lokal di Raja Ampat.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aksi Bersih Sampah

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Raja Ampat sekaligus General Manager Geopark Raja Ampat Yusdi N. Lamatenggo menjelaskan, geopark merupakan konsep yang berkontribusi dalam pencapaian goal dan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs).

“Sebagai salah satu kawasan Geopark Marine, Raja Ampat mengangkat goal nomor 14, tentang Ekosistem Lautan sebagai bagian dari landasan rencana induknya. Hal ini merupakan keistimewaan Geopark Raja Ampat, karena merupakan satu-satunya geopark kars laut-kepulauan di Indonesia,” ungkapnya, Sabtu (26/2/2022).

Di tanggal 9 Februari 2022 lalu, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB) melalui implementasi Coral Reef Rehabilitation and Management ProgramCoral Triangle Initiative (COREMAP-CTI), mengajak serta Geopark Raja Ampat, dalam melaksanakan aksi Bersih Pantai yang dilaksanakan di Pantai WTC.

Acara yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan stakeholder, dalam melindungi dan mengelola sumberdaya dan ekosistem di sekitar rumah tersebut, dihadiri oleh mahasiswa, pelajar maupun seluruh lapisan masyarakat.

Deputy Direktur PMO PKSPL IPB Program Coremap-CTI, Dr. M. Arsyad Al Amin, SP., M.Si dalam rapat koordinasi ‘Aksi Bersih Sampah’ menyampaikan, hasil observasi yang dilakukan terkait sampah-sampah yang ditemukan di Raja Ampat.

Yang mana, banyak yang berupa kemasan berbahasa asing, yang diduga berasal dari Jepang dan Korea. Hal tersebut menjadi bukti nyata, bahwa sampah mengarungi samudera sejauh itu untuk turut menyumbang penumpukan sampah di Raja Ampat.

 

3 dari 3 halaman

Geopark Raja Ampat

“Sehingga salah-satu langkah untuk menanggulangi isu global tersebut, kesadarantahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah di sekitar rumah harus ditingkatkan. Untuk di Raja Ampat, kita bisa mulai dengan aksi bersih pantai di pantai WTC,” lanjut Arsyad.

“Aksi ini adalah aksi yang positif dan harus dilanjutkan, mengingat Raja Ampat merupakan destinasi wisata. Tidak ada artinya kalau kawasan indah tapi kotor. Wisatawan tentu suka yang bersih” ucap Wakil Bupati (Wabup) Raja Ampat, Orideko I. Burdam.

Kegiatan Aksi Bersih Pantai yang merupakan kolaborasi bersama Pemkab Raja Ampat, PKSPL-IPB, Universitas Negeri Papua (UNIPA). Dan Geopark Raja Ampat tersebut adalah kegiatan yang mendukung implementasi dari program Geopark Raja Ampat.

Karena pada salah satu misinya, Geopark Raja Ampat memiliki tujuan untuk mewujudkan konservasi dan edukasi keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya dan pemahaman perubahan iklim, serta melestarikannya secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat lokal di Raja Ampat.

Selain itu, kegiatan tersebut juga memenuhi aspek informasi dan pendidikan lingkungan hidup yang merupakan salah satu fokus geopark. Penyadartahuan tentang sampah dilakukan dengan mengajak para peserta bermain games teka-teki silang tentang geopark.

Serta mengajak para peserta untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta ajakan mengganti plastik belanja dengan kahene, tas anyaman khas Raja Ampat.

Penulis : Ana R Septiana

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.