Sukses

Akhir Tragis Warga Mukomuko Saat Cari Lokan di Sarang Buaya

Kepastian adanya korban diterkam buaya semakin jelas. Kepala Desa Tanah Rekah, Masrud membenarkan salah seorang warganya bernama Sabri (50) hilang saat sedang menyelam mencari lokan.

Liputan6.com, Bengkulu - Warga Kota Mukomuko Provinsi Bengkulu pada Senin 21 Februari 2022 mendadak heboh. Beredar informasi, salah seorang warga Desa Tanah Rekah Kecamatan Kota Mukomuko diterkam buaya di dasar Sungai Selagan. Sungai terbesar di Kabupaten tersebut memang dikenal sebagai habitat bagi ratusan buaya berukuran besar.

Ratusan warga yang langsung menyerbu bibir sungai terlibat obrolan serius, ditambah dengan kedatangan tim gabungan TNI, Polri dan Basarnas ke lokasi dengan membawa perahu dan peralatan khusus untuk mencari korban tenggelam.

Kepastian adanya korban diterkam buaya semakin jelas. Kepala Desa Tanah Rekah, Masrud membenarkan salah seorang warganya bernama Sabri (50) hilang saat sedang menyelam mencari lokan (sejenis kerang) di dasar sungai Selagan.

"Pukul 13.30 korban menyelam ke dasar sungai dan menghilang," ungkap Masrud saat dikonfirmasi lewat sambungan telepon Senin (21/2/2022).

Buyung Cik, saksi mata di Tempat Kejadian Perkara mengatakan, korban sempat beberapa kali muncul ke permukaan, sebelum akhirnya menghilang. Tim gabungan terus menyisir dan berupaya membuat goncangan air menggunakan perahu bermesin. Ratusan warga juga terus berjaga di bibir sungai untuk mengantisipasi kejadian lanjutan.

"Setelah lebih dari 3 jam, pukul 17.03 WIB korban berhasil ditemukan mengapung dan tidak bernyawa," ujar Buyung Cik.

Humas Badan SAR Nasional Provinsi Bengkulu Mega Maysila menjelaskan, tim Rescuer Pos SAR Mukomuko melakukan manuver membuat gelombang air di permukaan sungai Selagan. Tujuannya untuk membuat kekacauan di dasar sungai dan mengangkat korban yang sedang dalam penguasaan buaya.

"Posisi mayat korban ditemukan di Lubuk Nago dan sudah kami evakuasi," jelas Mega.

Basarnas berharap, untuk sementara waktu, warga tidak usah melakukan aktivitas mencari ikan dan kerang lokan lagi di lokasi tersebut. Selain banyaknya buaya yang hidup di habitat itu, juga aliran sungai yang deras serta keruhnya air di dasar sungai, sangat berbahaya bagi manusia.

"Kami minta perangkat pemerintahan setempat mengatur larangan itu," Mega Maysila menandaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.