Sukses

Alasan Perajin Tempe Cirebon Ogah Pakai Kedelai Lokal hingga Rela Mogok Produksi

Selain kualitas kedelai lokal yang menjadi pertimbangan kuota pasokan kedelai lokal dianggap belum cukup memenuhi kebutuhan perajin tempe.

Liputan6.com, Cirebon - Polemik kenaikan harga kedelai impor membuat sebagian perajin di Kota Cirebon berhenti produksi sementara.

Salah satu perajin tempe di Drajat Kota Cirebon Feri Cahyono mengatakan aksi mogok produksi sampai tiga hari. Dia mengaku sudah berusaha untuk tetap produksi, tetapi tetap tidak ada untung.

Bahkan, sepanjang harga kedelai terus naik, Feri sudah beberapa kali mengurangi ukuran tempe yang diproduksinya.

"Awalnya dikurangi 20 sentimeter, sekarang 40 sentimeter dan itu sudah tipis kasihan pembeli dan pedagang di pasar jadi kami pilih mogok saja agar pemerintah bisa turunkan harga kedelai impor," kata Feri, Senin (21/2/2022).

Dia mengatakan, tempe yang dibuatnya 100 persen menggunakan kedelai impor dari Amerika. Menurutnya, penggunaan bahan kedelai impor dan lokal berbeda.

Menurutnya, kedelai lokal kurang bagus jika diolah menjadi tempe. Tekstur tempe yang dibuat dari kedelai lokal tidak keras.

"Tidak keras ketika digoreng dan kedelai lokal lebih cepat basi. Makannya kalau bikin tempe pakai kedelai lokal harus cepat habis hari itu juga dan harus langsung digoreng," kata dia.

Namun demikian, dia mengaku kedelai lokal sangat cocok apabila dibuat tahu. Air perasan kedelai lokal membuat tekstur tahu kenyal dan pas ketika di goreng.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upah Karyawan

Selain itu, kedelai lokal belum bisa memenuhi kebutuhan kedelai untuk perajin di Cirebon.

"Kalau kedelai impor bisa sampai dua hari. Saya pernah coba pakai kedelai lokal hasilnya ya seperti itu. Bahkan pernah cari sampai ke Jawa Tengah ternyata belum bisa memenuhi kebutuhan untuk Cirebon," kata dia.

Selama mogok produksi, Feri mengaku tetap memberi upah kepada dua karyawannya. Dalam sehari, tempe buatan Feri produksi 1,75 kuintal.

Jumlah produksi harian tersebut, kata dia, turun dari sebelumnya 2 kuintal sehari. Feri menyebutkan, harga kedelai saat ini Rp11.200 per kilogram.

"Kalau karyawan saya upah Rp100 ribu per hari. Selama mogok ya saya cuma bisa kasih uang rokok saja Rp150 ribu," ujarnya.

Feri mengaku tak semua perajin tempe atau tahu di Kota Cirebon mogok produksi. Bahkan, dia pun tak mempermasalahkan perajin yang memilih tetap produksi.

Menurutnya, meski terjadi polemik produksi tempe perlu tetap ada dan diupayakan memenuhi kebutuhan masyarakat

"Kalau di saya mogok karena perputaran uangnya hanya untuk menutupi produksi dan bayar karyawan," ujar dia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.