Sukses

Menunggu Rumput Laut Jadi Dewa Penyelamat Ekonomi

Jumlah negara pengimpor bertambah, namun nelayan masih mengandalkan rumput laut liar dan bukan budi daya.

Liputan6.com, Batam - Kementrian Kelautan Dan Perikanan  (KKP) Melaui Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Batam mencatat nilai ekspor rumput laut kering Batam ke berbagai negara mencapai Rp 24,58 miliar pada 2021 atau meningkat 500 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 4,09 miliar.

Kepala SKIPM Batam M, Darwin Syah Putra mengatakan  nilai ekspor rumput laut Batam semakin tinggi dikarenakan  bertambahnya permintaan negara tujuan ekspor seiring membaiknya kondisi perekonomian global, meskipun masih dalam situasi pandemi COVID-19.

“Tujuan ekspor rumput laut kering Batam pada 2021, yakni China tercatat 105 kali dengan volume 6.763, 47 Ton senilai Rp 23,95 miliar, Jepang 5 kali dengan volume 95,36 Ton senilai Rp 286,08 juta, Vietnam 2 kali dengan volume 32 Ton senilai Rp 342 juta dan Singapore 1 kali dengan volume 990 Kg senilai Rp 279 juta,” katanya.

Sementara pada 2020, ekspor rumput laut Batam hanya ke tiga negara, yakni China 17 kali pengiriman dengan volume 920,9 ton senilai Rp2,50 miliar, Vietnam 5 kali dengan volume 129 Ton senilai Rp1,28 miliar dan Jepang sebanyak 5 kali dengan volume 100 Ton senilai Rp300 juta.

"Potensi rumput laut Batam sangat besar, mudah-mudahan ekspornya pada tahun ini bisa lebih tinggi lagi dari tahun-tahun sebelumnya," kata Darwin.

Rumput laut eksport ini diambil oleh masyarakat nelayan dengan cara dicabut dari alam seperti jenis Sargassum dan Spinosum, sedangkan untuk jenis Cottoni yang dibudidayakan masih sedikit. Sesungguhnya komposisi Kepulauan Riau yang hampir 97 persen merupakan lautan sangat potensial untuk budidaya rumput laut.

Simak video pilihan berikut

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.