Sukses

Harga Minyak Goreng Selangit, Petani Sawit Sumsel Ogah Remajakan Tanaman Tua

Petani sawit di Sumatera Selatan relatif menunda peremajaan lahan sawitnya karena tergiur dengan kenaikan harga komoditas tersebut sejak 2021

Liputan6.com, Palembang - Petani sawit di Sumatera Selatan relatif menunda peremajaan lahan sawitnya karena tergiur dengan kenaikan harga komoditas tersebut sejak 2021.

Fungsional Analis Prasarana dan Sarana Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Rudi Arpian di Palembang, Minggu, mengatakan, karena itu juga membuat Pemprov Sumsel sulit mencapai target maksimal untuk program Peremajaan Sawit Rakyat yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 2017.

Dari total kuota 13.000 hektare, hanya mampu diserap sekitar 50 persen saja oleh petani, kata Rudi.

Faktor nonteknis, yang mana saat ini petani sedang menikmati tingginya harga sawit menjadi alasan kuat untuk menunda peremajaan lahan. Walau usia tanaman sudah tua atau di atas 25 tahun tapi sejatinya masih menghasilkan meski produktivitas tak sebaik tanaman yang berusia 5-10 tahun.

Harga sawit di tingkat petani kini berkisar Rp3.000 per kilogram, sementara sebelum terjadi ‘bombing komoditas’ sejak 2021 hanya di kisaran Rp1.500 per kilogram. Bahkan saat anjlok pada tahun 2018, sempat di kisaran Rp500 per kilogram.

Petani takut kehilangan momen ini apalagi jika lahan diremajakan maka secara otomatis mereka tidak akan mendapatkan pemasukan dari areal sawitnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tunggu Panen Tanaman Sawit Muda

Setidaknya dalam masa tiga tahun, lahan sawit yang diremajakan baru bisa dipanen kembali.

Namun, ada sebagian petani di Sumsel yang beruntung karena telah mengikuti program Peremajaan Sawit Rakyat tahap pertama seperti petani di Kabupaten Musi Banyuasin yang mulai menanam pada 2017.

Petani di kabupaten itu sudah memanen lahannya sejak pertengahan tahun 2020 sehingga turut merasakan keuntungan berlipat atas kenaikan harga sawit yang sedang terjadi ini.

Di Muba, program PSR terbilang sukses yang menyasar lahan seluas 4.446 hektare yakni tepatnya di Kecamatan Sungai Lilin.

Aditya Wibihafsoro (33), petani sawit di Desa Sidomulyo Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, mengatakan dirinya bersukacita karena tak lama lagi lahan sawit seluas satu hektare dapat dipanen.

Ia yang mengikuti program PSR bersama puluhan petani sawit di desanya pada 2019 diperkirakan akan memanen Tandan Buah Segar kelapa sawit pada pertengahan 2022.

“Sekitar Juli sudah bisa panen, bibit yang baru ini dua tahun sudah bisa panen tidak mesti tunggu tiga tahun,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.