Sukses

Menebar Manis Madu Hutan Jambi ke Pasar Global

Rumah Madu Hutan Jambi telah memperluas pasar. Produk manisnya madunya kini tak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri, namun juga diekspor ke negara Singapuran dan Malaysia.

Liputan6.com, Jambi - Bangunan lantai dua Rumah Madu Hutan Jambi seluas 6x9 meter itu memiliki konsep unik. Keramik bermotif hegsagon atau segi enam terpatri di lantainya. Begitu pula dengan dinding-dindingnya berdesain dengan banyak lubang ventilasi berbentuk heksagonal menyerupai sarang lebah.

Di dalam ruangan lantai dua itu berbagai kemasan produk madu dipajang di rak-rak berbentuk heksagonal. Sementara beberapa pegawai sedang sibuk di depan layar monitor. Para pegawai itu sedang sibuk mengontrol pemasaran digital dari produk Rumah Madu Hutan Jambi.

“Bangunan ini dibuat tahun 2020, dalam waktu dua pekan selesai dibangun,” kata Candra Lela ketika ditemui Liputan6.com, Senin 20 Desember 2021.

Ornamen-ornamen di ruangan itu dibuat dengan banyak polesan bentuk heksagonal. Konsep ini menurut Owner Rumah Madu Hutan Jambi Candra Lela, sengaja dibuat karena selain sebagai rumah pemasaran madu, juga menjadi sarana edukasi tentang dunia perlebahan dan madu.

Rumah Madu Hutan Jambi ini berlokasi di Perumahan Subur Jaya Lestari, Kelurahan Pasir Putih, Kota Jambi. Tak hanya mengembangkan sarana edukasi, Rumah Madu Hutan Jambi itu juga menjadi menjadi salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang unggulan di Jambi.

Sejumlah pegawai sedang beraktifitas di kantor pemasaran Rumah Madu Hutan Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Usaha yang dirintis sejak tahun 2008 itu sempat pasang surut. Dia bilang usaha yang digelutinya dulu berawal dari menemani Budiarto, suaminya ke hutan. Awalnya Candra Lela terjun ke usaha madu lebah sengat sebagai pengepul.

Ketika itu dia masuk hutan menemui para pemanjat pohon sialang--sarang lebah. Dia juga mengampanyekan panen madu lestari untuk menjaga keberlangsungan lebah di hutan.

Tapi semakin tahun ke sini populasi lebah madu sialang makin berkurang akibat dampak alih fungsi lahan dan perubahan iklim. Bencana kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 semakin mengurangi populasi lebah sialang yang memiliki nama ilmiah Apis dorsata.

“Yang namanya lebah sialang atau Apis dorsata itu sekarang populasinya berkurang 80 persen, udah langka,” ucap Candra.

Berawal dari madu lebah sialang yang semakin langka, Candra Lela mesti memutar otak bagaimana agar stok madu hutan terus tersedia. Dia tak pernah berhenti belajar secara otodidak bagaimana membudidayakan lebah madu hutan.

“Kita tidak bisa bergantung terus dengan lebah sialang, lebih baik sekarang kita berbudidaya dulu,” ujar Candra yang juga menjabat Ketua Asosiasi Perlebahan Daerah Jambi.

Menggeluti bisnis madu sejak 2008, kini Candra Lela telah memiliki merek dagang Cipta Lebah Berkah (CLB) yang diproduksi oleh Rumah Madu Hutan Jambi. Awalnya Candra Lela budidaya lebah lokal Apis cerana.

Namun setelah kesulitan mencari Apis cerana atau lebah madu Asia, sehingga pada awal 2020 ia beralih budidaya ke jenis lebah Apis mellifera, yang dibeli dari Jawa. Budidaya madu lebah milik Candra Lela kini telah memiliki 1.000 lebih koloni atau kotak.

Budidaya itu dia kembangkan di hutan sekitar Desa Dano Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, atau sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Jambi. Di daerah itu dinilai cocok sebagai lokai budidaya madu karena sumber makan lebah masih tersedia.

“Budidaya madu tidak boleh sembarangan, ada standar dan manajemennya sehingga bisa menghasilkan madu terbaik,” kata Candra Lela.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Usaha Merambah Pasar Ekspor

Saat pagebluk Covid-19, Rumah Madu Hutan Jambi kian memperluas pasar. Produk madu terbaiknya sekarang telah merambah pasar ekspor ke negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia. Jangkauan pemasaran yang luas ini setelah Rumah Madu Hutan Jambi ini mendapat dukungan dari program PLN Peduli sejak tahun 2019.

Sebelum ada intervensi dari program itu, usaha yang dirintis Candralela sempat pasang surut. Mulanya, jumlah pegawai Rumah Madu Hutan Jambi hanya sebanyak 3 orang dengan kapasitas produksi madu sebesar 900 kilogram per bulan. Ketika itu omset yang diraih hanya berkisar Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan.

Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2019, PLN bersama Rumah BUMN Jambi memulai program pembinaan dan pengembangan. Program ini dilakukan melalui penyediaan alat kapasitas produksi, pelatihan, sertifikasi produk, hingga pendampingan untuk memperluas jangkauan komunitas petani lebah.

Semangat kegigihan dan langkah usahanya, Candra Lela bertransformasi memasarkan produknya lewat jaringan digital yang lebih potensial. Dirinya sadar usahanya harus dikenalkan lewat pasar digital, terlebih saat itu pemasaran langsung melalui toko-toko mengalami penurunan.

“Dengan dukungan dari Rumah BUMN dan PLN, kami memasarkan melalui berbagai platform digital. Dari sinilah madu kami mulai dikenal oleh manca negara,” ujarnya.

Ekspor madu hutan yang dilakukan Rumah Madu Hutan Jambi kini telah mencapai sekitar 60 ton per tahun atau 5 ton setiap bulan yang dikirimkan dari Jambi ke Singapura dan Malaysia. Manisnya madu hutan Jambi itu kini telah tersertifikasi dan dinikmati oleh penduduk manca negara.

Selain ke dua negara itu, madu dari Rumah Madu Hutan Jambi itu juga sedang penjajakan ke Texas Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam itu, madu asal Jambi digunakan sebagai bahan baku olahan makanan siap saji.

Kini Rumah Madu Hutan Jambi terus mengepakan sayapnya dan sudah memiliki 20 orang pegawai. Usaha ini juga telah menggandeng lebih dari dari belasan petani madu. Selain itu, Rumah Madu Hutan Jambi juga bekerja sama dengan 37 resseler atau mitra usaha lainnya.

“Sekarang pegawai ada 20 orang, 7 orang di lokasi budidaya, dan selebihnya di rumah pemasaran ini,” kata Candra Lela.

Berkat jerih payahnya, Rumah Madu Hutan Jambi kini telah berhasil membukukan omset mencapai Rp167 juta per bulan atau Rp2 miliar setahun. Adapun kapasitas produksinya saat ini mencapai sekitar 8 hingga 9 ton per bulan.

Selain madu hutan, usaha Candra Lela di bawah naungan Rumah Madu Hutan Jambi itu juga mengembangkan produk turunan dari olahan madu. Adapun produk turunan yang telah dipasarkan itu antara lain seperti bee pollen, lemon madu, sarang madu, dan lilin madu.

Sedangkan untuk penjualan madu di dalam negeri dilakukan secara offline dan online, baik melalui media sosial, marketplace, dan website resmi Rumah Madu Hutan Jambi.

“Produk turunan ini kami buat agar usaha ini semakin berkembang, artinya kami masih terus belajar dan terus bereksperimen,” ujarnya.

Tidak hanya menjual produk madu, Rumah Madu Hutan Jambi juga mengembangkan wisata edukasi tentang madu dan lebah. Wisata edukasi yang dikembagkan itu menerima kunjungan dari berbagai kalangan, mulai dari peternak pemula, hingga siswa-siswi dari dunia pendidikan.

Seorang warga Jambi keluar melewati gerbang Rumah Madu Hutan Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

3 dari 3 halaman

Menjadi UMKM Unggulan dan Berdaya Saing

Rumah Madu Hutan Jambi bisa naik kelas dan berdaya saing karena mampu memahami kebutuhan pasar global. Keberadaan UMKM seperti Rumah Madu Hutan Jambi yang telah merambah pasar ekspor ini tidak bisa dilepaskan kolaborasi apik antara program perusahaan dan pelaku usaha.

Lino selaku Pengelola Rumah BUMN PLN Jambi mengaku bangga karena program PLN Peduli telah memberikan dampak dan manfaat bagi masyarakat yang tergabung dalam Rumah Madu Hutan Jambi.

Program PLN Peduli akan terus didorong agar memiliki dampak yang berkelanjutan. Sehingga diharapkan dapat membentuk UMKM unggulan dan mandiri melalui pelatihan yang diselenggarakan Rumah BUMN.

Lino mengatakan, Rumah BUMN Jambi yang diinisiasi PLN kini telah memiliki anggota 1.074 UMKM. Sedangkan yang telah menjadi mitra sebanyak 64 anggota UMKM.

“Di Jambi ada 4 UMKM unggulan yang produknya sudah ekspor, salah satunya itu Rumah Madu Hutan Jambi,” kata Lino.

Di Rumah BUMN Jambi kata Lino, UMKM mitra binaan diberikan pelatihan dan peningkatan kapasitas dan pengembangan strategi bisnis dengan mempertemukan buyer dan pelaku usaha. Selain itu di Rumah BUMN itu juga memfasilitasi pelaku usaha untuk memperoleh legalitas dan sertifikasi syarat untuk ekspor.

“Rumah Madu Hutan Jambi telah mulai mengepakan sayap dengan merambah pasar ekspor dan mulai menampakan hasil, kami di Rumah BUMN terus berupaya mendorong agar UMKM di Jambi semakin berkembang dan mandiri,” ujar Lino.

Kehadiran Rumah BUMN ini sebelumnya mendapat apresiasi dari Pemerintah Kota Jambi. Mengutip dari situs resmi Kementerian BUMN, Wali Kota Jambi melalui Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Jambi, H. R. Erwansyah, mengatakan dukungan PLN kepada Rumah Madu Hutan Jambi menjadi bentuk kolaborasi yang baik antara badan usaha dengan UMKM.

Pemerintah menyadari bahwa UMKM menjadi salah satu tulang punggung perekonomi daerah. Dengan kolaborasi apik guna mendorong pengembangan UMKM, hasilnya telah ditorehkan Rumah Madu Hutan Jambi. Saat pandemi, UMKM unggulan di Jambi ini mampu merambah pasar ekspor.

“Saya berharap kolaborasi ini dapat menjadi contoh bagi badan usaha lain dalam mendukung UMKM,” ujar Erwansyah.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini