Sukses

Abrasi di Pulau Derawan Tak Kunjung Teratasi

Abrasi di Pulau Derawan semakin tak teratasi sementara kewenangan pencegahan tidak dimiliki Pemerintah Kabupaten Berau.

Liputan6.com, Berau - Abrasi di Kepulauan Derawan semakin parah. Tidak hanya Pulau kecil Derawan yang sejak 10 tahun lalu mengalami abrasi parah, kini hal serupa juga melanda Pulau Sangalaki.

Akibat Barasi di dua pulau ini, setidaknya sudah 5 resort mengalami kerusakan bahkan hilang akibat tergerus abrasi.

Wakil Bupati Berau, Gamalis mengatakan, persoalan abrasi ini telah menjadi perhatiannya sejak lama. Upaya untuk menganggarkan alat atau barang yang berfungsi untuk meminimalisir abrasi pun telah dilakukan.

Namun, disayangkan itu tidak bisa ditindaklanjuti. Lantaran, penanganan abrasi kewenanganya ada di pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Sehingga, menurutunya provinsi dan pusat harus segera mengambil langkah lanjutan.

“Saya juga bingung, ini sudah sangat mengancam masyarakat. Maka langkah cepat harus segera kami ambil,” ujarnya, Selasa (28/12/2021).

Ditegaskannya, kondisi saat ini sudah tidak bisa menunggu lagi. Sehingga perlu dilakukan jemput bola atau bermohon ke kementerian untuk bisa mengatasi abrasi di Kepulauan Derawan.

Kepulauan Derawan ini adalah kawasan. Bukan hanya Pulau Derawan, tapi juga pulau-pulau di sekitarnya,” terangnya.

Simak video pilihan berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Fasilitas Rusak

Belum lama ini, pihaknya pun menyempatkan diri untuk melakukan sidak ke Pulau Sangalaki. Dari pantauannya, bangunan resort, pepohonan dan fasilitas lain yang mengalami kerusakan.

Padahal Pulau Sangalki merupakan Pulau khusus untuk konservasi penyu. Pulau ini menjadi sarang penyu-penyu dilindungi bertelur dan menetas.

“Kalau dari pengakuan pengelola resort itu ada 5 bangunan yang terancam. Bahkan ada yang rusak sudah,” kata Gamalis.

Lanjutnya, jika abrasi terus dibiarkan, maka pantai yang biasanya digunakan penyu untuk bertelur pun kelak akan habis.

“Ini juga kan tentu jadi perhatian kami. Ini benar-benar harus dapat penanganan,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.