Sukses

Kaleidoskop: 6 Peristiwa di Cirebon yang Bikin Geger Sepanjang 2021

Kebakaran tangki Pertamina Balongan sempat menyita perhatian pembaca dan viral di media sosial hingga beberapa bulan lamanya.

Liputan6.com, Cirebon - Beragam peristiwa tercatat menjadi tajuk pemberitaan utama hingga menjadi perhatian pembaca di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning).

Mulai dari cerita warga di Dusun Mati Tarikolot Kabupaten Majalengka, hingga perkembangan polemik perebutan takhta di Keraton Kasepuhan Cirebon saat ini. Dikabarkan, sultan di Keraton Kasepuhan Cirebon bertambah satu sehingga saat ini keraton tersebut dipegang empat sultan.

Peristiwa tak kalah penting lagi datang dari Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Kebakaran tangki Pertamina Balongan sempat menyita perhatian pembaca dan viral di media sosial.

Berikut rangkuman enam peristiwa yang menjadi pemberitaan utama di kanal Regional Liputan6.com dan sempat membuat geger masyarakat di wilayah Pantura Jawa Barat maupun pada umumnya:

Dusun Mati Tarikolot Majalengka

Bencana longsor tahunan membuat ratusan kepala keluarga di Blok Tarikolot Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Jawa Barat meninggalkan permukiman.

Tercatat sebanyak 253 Kepala Keluarga (KK) di blok tersebut direlokasi ke Blok Buahlega oleh pemerintah setempat pada 2009 sampai 2010. Relokasi dilakukan pemerintah sejak bencana longsor besar menimpa permukiman di Blok Tarikolot Majalengka pada 2006 silam.

"Sejak longsor besar kami berinisiatif merelokasi ini program pemerintah desa dan Pemkab Majalengka," kata Kepala Desa Sidamukti, Kabupaten Majalengka, Karwan, Senin (1/2/2021).

Pantauan di lokasi, ratusan warga masih terlihat beraktivitas di lokasi tersebut. Meski sudah direlokasi, beberapa warga terpantau masih ada yang memilih bertahan.

Akibat relokasi tersebut, rumah lama yang ada di Blok Tarikolot Majalengka kini ditumbuhi pepohonan rindang sehingga tampak terlihat seperti sebuah dusun 'mati' yang ditinggal penduduk.

Meski demikian, beberapa warga diketahui masih bertahan di dusun tersebut karena masih harus menggarap lahan pertanian maupun perkebunan.

"Kalau sekarang ada delapan KK yang bertahan alasannya karena usia sampai masih aktif kelola lahan pertanian dan perkebunan mereka. Memang sekilas tampak seperti sebuah dusun 'mati' tapi kalau ditelusuri masih ada warga yang datang mengecek rumah hingga aset mereka seperti ternak ayam dan lain sebagainya," kata Karwan.

Selengkapnya baca di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Kilang Pertamina Terbakar

Kepulan asap hitam imbas kebakaran Kilang Pertamina RU VI Balongan Indramayu masih terlihat. Petugas juga terus berjaga di sekitar lokasi kebakaran.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, petugas gabungan tampak menutup jalan berupa jalur dari Cirebon menuju Indramayu arah Balongan. Tenda peleton juga terpasang di depan pintu masuk kantor Pertamina Balongan.

Sekretaris BPBD Indramayu, Caya mengatakan, lokasi di area kebaran sudah disterilisasi. Warga yang terdampak dan berdekatan dengan lokasi kebakaran juga sudah diungsikan.

"Api masih menyala, tapi sedikit, hanya kepulan asap masih tebal yang membakar sisa material saja," kata Caya kepada media, Senin (29/3/2021).

Dia mengimbau masyarakat tetap waspada menghindari hal yang tidak diinginkan. Dia mengatakan, sterilisasi dilakukan agar tidak ada orang sembarangan masuk ke dalam kawasan Kilang Balongan.

Kilang Pertamina Internasional mengungkapkan hasil investigasi dari insiden kebakaran Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat, pada 29 Maret 2021 dini hari. Investogasi ini dilakukan oleh empat pihak eksternal.

Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono menjelaskan kronologi kebakaran hebat tersebut. Mayoritas hasil investigasi menyebutkan bahwa terjadi kebocoran pada dinding tangki G. Kebocoran tersebut menimbulkan percikan api karena sambaran petir sehingga menyebabkan kebakaran.

Selengkapnya baca di sini.

 

3 dari 6 halaman

Semburan Lumpur dan Gas Desa Cipanas Cirebon

Dinas ESDM Jawa Barat meninjau langsung lokasi munculnya semburan lumpur becampur gas di Desa Cipanas, Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon.

Kedatangan mereka untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait kandungan yang ada di dalam lumpur becampur gas tersebut. Dari hasil peninjauan sementara di lokasi, dari radius 150 meter semburan lumpur bercampur gas itu berbau belerang.

"Namun setelah mendekat ke area sekitar semburan lumpur, bau menyengat lebih mirip seperti minyak tanah," ujar PLT Kasi Penambangan dan Air Tanah Dinas ESDM Jawa Barat Arip Budiman, Rabu (2/6/2021).

Dari hasil peninjauan sementara di lokasi dan informasi yang diperoleh pemerintah desa setempat. Lokasi semburan lumpur bercampur gas itu pernah dibangun pabrik Kalsit yang memproduksi pasta gigi atau odol tahun 1970 an.

Kemudian pada tahun 1980 pabrik tersebut diketahui tidak lagi beroperasi. Dia belum mengetahui apa alasan pabrik tersebut tidak lagi beroperasi.

"Nah semburan ini diketahui sudah lama dulu terjadi letupan- letupan kecil tersebar di beberapa titik. Nah yang baru ini akibat air hujan yang tidak meresap dan menjadi uap sehingga leputan membesar membentuk semburan," ujar dia.

Petugas ESDM Jawa Barat mengambil sampel lumpur, batu, dan air untuk uji laboratorium. Dia mengatakan, dahulu letupan lumpur bercampur gas hanya dari lapisan batu akibat ada aktivitas penambangan puluhan tahun silam.

Selengkapnya baca di sini.

 

4 dari 6 halaman

Geger Perebutan Takhta Keraton Kasepuhan Cirebon

Suhu politik di lingkungan keraton Kesultanan Kasepuhan Cirebon memanas. Takhta sultan jadi rebutan usai mangkatnya Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat pada 22 Juli 2020. Siapa yang sah menjadi sultan selanjutnya?

Ada empat sosok yang mengklaim berhak atas takhta Kesultanan Kasepuhan Cirebon: dua diantaranya Luqman Zulkaedin dan Rahardjo Djali.

Luqman Zulkaedin diangkat sebagai Sultan Sepuh XV Kesultanan Kasepuhan Cirebon pada 30 Agustus 2020. Nyaris setahun kemudian, Rahardjo Djali menggelar pelantikan pada 18 Agustus 2021 sebagai Sultan Sepuh Aloeda II.

Bentrok itu pun pecah di dalam lingkungan keraton pada Rabu (25/8/2021) sekitar pukul 13.00 WIB. Kelompok pendukung Sultan Aloeda II dan Sultan Luqman Zulkaedin saling melempar batu sambil mengumpat bernada marah.

Polisi sampai datang melerai. Petugas bahkan sempat menodongkan senjata api ke atas meski tanpa diletupkan. Polisi meminta kedua kelompok pendukung untuk membubarkan diri keluar dari keraton.

Sebelum bentrokan pecah, pada hari yang sama terjadi kericuhan saat prosesi pelantikan perangkat Keraton Kasepuhan Cirebon versi Sultan Aloeda II di Bangsal Jinem Pangrawit.

Saat itu, tak lama usai Rahardjo membacakan sumpah di depan perangkat Keraton Kasepuhan Cirebon, muncul Ratu Alexandra Wuryaningrat dari pihak keluarga PRA Luqman Zulkaedin yang berusaha membubarkan prosesi pelantikan. Aksi saling dorong dan adu argumen terjadi antara kedua pihak pun tak terhindarkan.

"Mohon maaf ada apa ini. Kegiatan ilegal tidak ada izin, bubar!" kata Alexandra sambil berusaha mendorong barikade yang mengawal prosesi pelantikan.

Alexandra menyebut kegiatan itu ilegal. "Di Keraton Kasepuhan itu sultan cuma satu. Tidak ada sultan dua. Kegiatan yang ada di keraton harus sepengetahuan sultan sepuh," ujarnya.

Sebaliknya Sultan Aloeda II Rahardjo menyatakan prosesi pelantikan telah resmi terlaksana. Menurutnya kericuhan tersebut hal biasa. Pelantikan tersebut menandakan sultan beserta perangkatnya di Keraton Kasepuhan siap untuk melakukan tugas- tugasnya.

"Kurang lebih 20 orang dilantik dari patih sepuh, patih dalam, pangeran kumisi sepuh, pangeran kumisi dalem," jelasnya.

Selengkapnya baca di sini.

 

5 dari 6 halaman

Jalur Tikus Hindari Penyekatan Mudik Cirebon

Hari ke lima pemberlakuan larangan mudik Lebaran 2021, sejumlah pemudik terpantau masih terus berdatangan. Pantauan Liputan6.com di jalur pantura Cirebon, Minggu malam (9/5/2021), pemudik didominasi roda dua. Mereka melintas pada malam hari dengan harapan lolos dari penyekatan.

Namun apalah daya, memasuki jalur arteri Cirebon, pemudik dikagetkan dengan penyekatan saat memasuki cek poin Bundaran Weru Kabupaten Cirebon. Antren kendaraan mengular.

Mereka yang sudah terlanjur masuk ke lajur penyekatan harus memutar balik di Bundaran Weru atau depan Ramayana Plered Kabupaten Cirebon.

Sementara itu, pemudik yang belum masuk jalur penyekatan masih sempat menghentikan kendaraannya sembari menunggu rekan sesama pemudik yang lain.

Kadung, mereka sepakat untuk tidak kembali ke Jakarta lantaran jarak yang ditempuh sudah terbilang jauh. Alhasil, pemudik yang terkena putar balik berupaya mencari jalan tikus.

Begitu juga pemudik yang belum sempat masuk ke jalur penyekatan. Polisi memutarbalikkan kendaraan pemudik khususnya plat nomor dari luar Cirebon.

"Memang banyak yang putar balik padahal di daerah sebelumnya seperti Kadipaten, Bandung tidak disekat," kata salah seorang pemudik, Muhammad Verry.

Selengkapnya baca di sini.

6 dari 6 halaman

Kematian Burung Pipit

Fenomena aneh terjadi di area parkir Balai Kota Cirebon. Ratusan burung pipit mati mendadak dan bangkainya memenuhi area parkir Balai Kota Cirebon.

Pantauan di lokasi, sejumlah ASN dan pegawai lain tampak sibuk mengangkat bangkai burung pipit itu. Beberapa ekor burung di antaranya masih terpantau hidup namun tak bisa terbang karena terkena air hujan.

Burung Pipit mati diduga setelah Cirebon memasuki musim hujan. Namun belum diketahui secara pasti penyebab kematian massal burung pipit tersebut.

Namun, diketahui burung tersebut biasa bersarang di antara pepohonan yang ada di kawasan Balai Kota Cirebon. Kematian massal burung pipit tersebut bersamaan dengan guyuran hujan deras di daerah Cirebon.

"Ini pertama kalinya dan tidak tahu apa penyebabnya," kata salah seorang pegawai sembari mengangkat bangkai burung, Selasa (14/9/2021).

Praktisi konservasi burung Indonesia, Ria Saryanthi mengatakan, hipotesis awal kematian massal burung Pipit atau Bondol itu karena faktor cuaca ekstrem. Pengaruh hujan besar membuat daya tahan tubuh si burung pipit turun sehingga jatuh hingga mati.

"Karena kejadiannya juga mirip-mirip seperti di Bali dan hipotesa awalnya juga mirip," ujar Yanthi saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (14/9/2021).

Selengkapnya baca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.