Sukses

Tips Menjadikan Momen 'Daring' Jadi 'Caring'

Momen daring tak lantas meretas jarak akibat digitalisasi, tapi bisa jadi kesempatan menunjukkan perhatian dan kepedulian kita pada mereka melalui tips dan trik ala Bunda dan Mallika.

Liputan6.com, Jakarta - Menghadapi anak remaja zaman sekarang jadi satu hal yang menantang. Mereka yang terlabeli sebagai Generasi Z (Net) karena memang terlahir pada masa yang serba digital. Beberapa karakteristik khasnya seperti "melek teknologi", suka dengan segala sesuatu yang instan, termasuk pada caranya menyelesaikan masalah, punya ambisi yang besar akan suatu hal, percaya diri yang tinggi, dan perlu pengakuan.

Proses pembelajaran secara daring membuat mereka makin akrab dengan perangkat digital tersebut. Meski di satu sisi harus diakui digital membuat segalanya menjadi lebih cepat, tetapi ada juga kelemahan di sisi lainnya yang membuat penggunanya candu dan enggan berproses. Media sosial adalah salah satunya. Bagian dari digitalisasi yang ikut memengaruhi pertumbuhan fisik dan jiwa para remaja.

"Pola pikir anak-anak itu mengalami perubahan. Mereka yang dulunya belum punya pandangan ke depan, kini sudah mulai bisa mengemukakan pendapatnya. Beberapa dari mereka menjadi susah dikontrol mungkin karena terpengaruh media sosial," ujar Nurul Hikmah Wijayanti, Kepala Sekolah SMA Bintang Mandiri School, Jimbaran, Bali pada Liputan6.com (30/11/2021).

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Gusar karena Tugas Akhir

Mallika Mahasadewi, siswi kelas 6 SD merasakan beberapa perubahan drastis pada pola belajar dan interaksi sosialnya. Rentang waktu 1,5 tahun itu membuatnya tak bisa bertemu teman dan guru secara langsung. Sosialisasi dan pembelajaran pun berlangsung secara daring.

Beberapa saat lalu, dia tampak gusar ketika tugas akhrinya tak kunjung mendapat persetujuan dari guru pembimbing. Tugas akhir ini sebagai salah satu syarat kelulusan untuknya yang kini duduk di kelas 6.

Manfaat pembuatan tugas akhir yaitu memperkenalkan kepada siswa tentang bagaimana cara pembuatan proposal yang baik dan benar, menumbuhkan rasa tanggung jawab menyelesaikan tugas serta mengasah skill yang mereka kuasai dan apa yang menjadi minat mereka.

Dengan terasahnya skill atau keahlian, diharapkan kelak dapat menjadi peluang bisnis sebagai bagian dari pembelajaran entrepreneur.

"Bun, tugas akhirku belum juga disetujui Miss, loh," ucapnya gusar padaku beberapa pekan lalu.

Mendengar keluhannya, kemudian saya mengecek apa kiranya tugas akhir yang sedang dibuatnya. Ternyata si Kakak sedang membuat poster makanan menggunakan Adobe Photoshop. Setelah mengamati hasil poster yang dibuatnya saya pun mengatur kata yang tepat agar masukan itu tak lantas menghilangkan semangatnya.

"Kak, menurut bunda poster ini belum maksimal. Kakak bisa buat yang jauh lebih keren, loh."

 

3 dari 5 halaman

Mulailah dari yang Kamu Kuasai

Ternyata, kata-kata saya itu bisa diterimanya dan dia pun menyadari belum terlalu mahir menggunakan Adobe Photoshop. Saya pun memberinya saran dan ide baru agar dia mengubah poster itu ke bentuk lukisan.

"Kakak kan pinter melukis, coba lukis saja poster itu kak. Tampil beda boleh kan," kata saya coba memantikkan ide baru.

Ide melukis poster pun berhasil meretas kebingungannya. Dia pun menerimanya dengan baik lalu mendiskusikan dengan Miss Indah selaku pembimbing tugas akhirnya. Di luar dugaan, Miss Indah menyambut baik ide tersebut dan justru meminta Mallika melukis gambar tampak depan sekolah.

Beberapa hari kemudian, ide melukis itu pun memantik kreativitas lain. Mallika akhirnya memadukan lukisan dan poster imbauan 3 M yang diberinya tema "Kembali ke Sekolah Dengan Tetap Menjaga Protokol Kesehatan". Poster yang isinya menyerukan pentingnya Protokol Kesehatan 3 M di Bintang Mandiri School yang saat ini sudah mulai melakukan pembelajaran tatap muka.

4 dari 5 halaman

Daring is Caring

Sejak belajar dari rumah, kami menjadi lebih intens berkomunikasi. Mallika kerap mengajak diskusi perihal tugas-tugas sekolahnya. Kami pun sering membicarakan kegiatan masing-masing, dari hal seru, lucu, sampai kadang ada hal yang menguras emosi.

Dari sanalah dia tahu kegiatan sehari-hari bundanya yang sebagai wiraswasta dan penulis lepas untuk media. Lama-lama dia terbiasa melihat saya yang bergelut dengan tulisan demi tulisan.

Diskusi antara ibu dan anak yang tak selalu berjalan mulus karena remaja selalu punya dalih atas pola pikir dan pilihannya. Kami para orangtua hanya bisa mengarahkan dan mengingatkannya saja.

5 dari 5 halaman

Tips Menjadikan Momen Daring Jadi Caring

Komunikasi menjadi hal penting agar niat orangtua bisa selaras dengan keinginan serta kebutuhan anak. Kurangnya komunikasi seringkali membuat anak merasa tak dipedulikan terlebih saat melihat orangtuanya bekerja.

Adapun tips dan trik yang saya terapkan di rumah bersama Mallika:

1. Beritahukan padanya apa pekerjaan kita

Penting bagi kita orangtua untuk menjelaskan pada anak perihal profesi kita. Cara mengomunikasikannya pun disesuaikan dengan umur anak. Seperti saya dan Mallika, sepulang dari menemui narasumber, saya kerap menceritakan padanya tentang siapa orang yang saya wawancarai, apa hebatnya dia, dan upayanya untuk bisa meraih cita-cita. Dengan mengetahui kesibukan orangtuanya akan membuat mereka memahami profesi kita dan dia pun bisa meneladani hal-hal baik dari apa yang kita ceritakan padanya.

2. Tanamkan rasa tanggung jawab

Bagi saya, belajar di rumah atau pun di sekolah punya porsi tanggung jawab yang sama. Berada di rumah bukan berarti bisa berleha-leha hingga lupa tugas utama. Terutama saat hendak tugas keluar, saya pasti menyempatkan diri untuk berpesan padanya agar fokus pada pelajaran dan tugas-tugas. Tanggung jawab itu bukan karena rasa takut, tapi satu kesadaran yang lahir dari dalam dirinya sendiri.

3. Kemandirian itu penting

Orangtua mana yang tak mau anak-anak lengket padanya, tetapi kemelekatan itu tak lantas membuatnya anaknya manja. Ada masa di mana dia harus membereskan apa yang menjadi tanggung jawabnya dan orangtua cukup memantaunya.

Seperti kata pepatah, berikan kail jangan ikannya. Kail itu serupa ide-ide yang kelak harus dia kembangkan sendiri dengan daya imajinasinya. Karena kita tak kan selamanya bersama mereka, maka mendidik kemandirian menjadi menu yang tak boleh dilewatkan.

4. Jangan main-main dengan waktu

Tak pergi ke sekolah bukan berarti bisa cuek dengan waktu. Karena apa yang sudah terlewat tak bisa kembali lagi. Maka dari itu penting mengingatkan mereka untuk bekerja dalam kurun waktu yang sudah ditentukan. Penting juga memberi tahu mereka bahwa kita pun punya tugas yang harus dibereskan tepat waktu.

5. Punya to do list

Membuat list harian yang berisi apa saja pekerjaan yang hendak kita kerjakan itu bisa jadi alat jitu untuk memantau produktivitas harian kita. Meski belum berbentuk jurnal, kita bisa melatih mereka untuk membuat daftar singkat tentang apa saja hal-hal yang menjadi prioritasnya di hari itu.

6. Gali potensinya

Mereka generasi yang penuh potensi. Tinggal pandainya orangtua dalam menggali dan mendampingi. Contoh saat Mallika buntu menyelesaikan tugasnya, saya mengingatkan dia untuk mulai dari yang terdekat dari yang dikuasainya yaitu melukis.

7. Beri dukungan moral dan buat mereka merasa nyaman

"Anak-anak yang merasa nyaman akan orangtuanya akan membuatnya terbuka. Keterbukaan anak akan memudahkan orangtua untuk mendidik dan memantau pergaulannya," Nurul Hikmah saat bebincang melalui pesan singkat.

Membuat mereka nyaman tentu membutuhkan proses agar tumbuh rasa percaya untuk meletakkan kenyamanannya pada kita sebagai orangtuanya.

Momen daring tak lantas meretas jarak akibat digitalisasi, tapi bisa jadi kesempatan menunjukkan perhatian dan kepedulian kita pada mereka melalui tips dan trik di atas. Anak dan bunda bisa sukses bersama, kan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.