Sukses

Jurus 'Bersama Selamatkan Riau' dari Gelombang Ketiga Covid-19

Pakar epidemiologi memperingatkan gelombang ketiga Covid-19 di Riau.

Liputan6.com, Pekanbaru - Konfirmasi harian kasus Covid-19 di Riau masih terjadi meskipun tidak "mengkhawatirkan" seperti Juli dan Agustus 2021 lalu. Penyebarannya landai sejak awal September dan warga terinfeksi jumlahnya belasan dalam setiap harinya hingga 21 Oktober 2021 ini.

Sama seperti daerah lainnya di Indonesia, Riau telah berhasil keluar dari gelombang kedua Covid-19. Dari total 127.956 warga terinfeksi sejak pandemi melanda tahun lalu, kini tercatat kasus aktif tinggal 238 warga.

Dari jumlah itu, tersisa 41 pasien yang masih dirawat di rumah sakit. Kota Pekanbaru tercatat 11 pasien sementara kabupaten dan kota lainnya tidak lebih dari enam pasien.

Bahkan, empat kabupaten seperti Kepulauan Meranti, Rokan Hilir, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi mencatat 0 pasien di rumah sakit. Kemudian 197 kasus aktif lainnya menjalani isolasi mandiri, baik di rumah ataupun fasilitas pemerintahan dengan gejala tidak mengkhawatirkan.

Semua kabupaten dan kota juga sudah berada pada zona oranye bahkan ada zona hijau. Tidak ada penyekatan jalan dalam kota ataupun lintas kabupaten. Aktivitas masyarakat telah terbuka meskipun sifatnya terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan.

Lepas dari gelombang kedua, Riau dan provinsi lainnya di Indonesia tengah dihadapkan dengan potensi gelombang ketiga Covid-19. Peringatan sudah disampaikan oleh ahli epidemiologi, hanya saja tidak tahu kapan terjadinya. Mudah-mudahan tidak.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Prokes dan Pertahankan Fasilitas

Menghadapi gelombang Covid-19 ini, seluruh pihak di Riau sudah mempersiapkan ancang-ancang. Tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh jajaran Polda Riau, TNI, hingga Badan Intelijen Negara, serta pengusaha.

Jurus protokol kesehatan sepertinya masih menjadi andalan utama. Pemerintah daerah selalu mengingatkan warga agar memakai masker, rajin cuci tangan, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas serta meningkatkan imunitas tubuh.

Hal serupa juga berlaku bagi sektor pendidikan yang mulai melakukan pembelajaran tatap muka terbatas. Bahkan sudah ada beberapa sekolah disanksi karena tidak menerapkan protokol kesehatan.

Begitu juga dengan sektor ekonomi seperti mal, sektor pariwisata, hiburan dan lokasi-lokasi berpotensi menimbulkan kerumunan. Pembatasan pengunjung masih berlangsung dengan pengecekan suhu tubuh dan pengaturan jarak.

Selain disiplin protokol kesehatan di setiap sektor, Satgas Covid-19 di Riau tetap mempertahankan fasilitas medis yang ada untuk merawat pasien terkonfirmasi. Mulai dari isolasi terpadu dan kapasitas ruangan di rumah sakit.

"Fasilitas yang tersedia saat ini, tetap dipertahankan," kata juru bicara Satgas Covid-19 Riau, dr Indra Yovi.

Selain ketersediaan ruangan perawatan di rumah sakit dan isolasi terpadu, Satgas Covid-19 di Riau juga mempertahankan keberadaan rumah oksigen. Saat ini sudah ada beberapa rumah oksigen gotong royong sebagai antisipasi kelangkaan jika kasus membludak lagi.

"Dengan demikian, kalau memang terjadi seperti yang diprediksi terkait Covid-19 gelombang ketiga, fasilitas-fasilitas yang kita punya masih bisa difungsikan," terang Yovi.

3 dari 6 halaman

Aplikasi Bersama Selamatkan Riau

Antisipasi gelombang ketiga juga dilakukan Polda Riau. Di bawah kepemimpinan Irjen Agung Setya Imam Effendi, Korps Bhayangkara sudah meluncurkan Aplikasi Bersama Selamatkan Riau.

Aplikasi ini sudah diterapkan setiap Polres di Bumi Lancang Kuning. Tidak hanya polisi, pemerintah daerah, TNI serta instansi lainnya diajak bergandengan tangan memanfaatkan aplikasi ini.

Aplikasi Bersama Selamatkan Riau mempunyai 1.500 tracer. Setiap hari, aplikasi ini menerima data konfirmasi harian secara nasional, kemudian dicek sebarannya di Riau dan divalidasi oleh tracer ke lapangan.

Para tracer akan mendatangi rumah warga terkonfirmasi berdasarkan data yang masuk. Hasilnya ada yang cocok dan ada pula yang tidak karena terkadang warga terkonfirmasi sudah sembuh.

Untuk yang belum sembuh, tracer akan menanyakan langsung, apakah masih ingin isolasi mandiri di rumah atau dibawa ke fasilitas milik pemerintah. Biasanya, warga selalu dibawa ke lokasi isolasi terpadu setelah diberi pengertian tentang penyebaran virus ini kalau masih isolasi di rumah.

Bagi yang tidak mau karena merasa rumahnya layak menjadi lokasi isolasi, petugas medis akan mengecek setiap hari. Warga terkonfirmasi ditanyakan apa yang dibutuhkan setiap hari, termasuk obat yang diinginkan.

"Dengan demikian, pasien tanpa gejala tetap terjaga kesehatannya sehingga tidak menjadi ringan atau ringan menjadi sedang kemudian sedang menjadi berat yang berujung kematian," kata Irjen Agung.

4 dari 6 halaman

Tracing Warga Terkonfirmasi

Agung menyatakan, menyembuhkan warga terkonfirmasi agar tidak berakibat fatal merupakan tugas utama setelah kasus Covid-19 melandai. Kemudian menjaga tidak menyebar lagi melalui aplikasi tersebut dengan kerja keras tracer.

Para tracer ini akan melacak kontak erat. Satu warga terkonfirmasi akan dicek puluhan orang yang berkontak oleh tracer sehingga antisipasi penyebarannya lebih awal dilakukan.

"Kerja-kerja tracer ini terpantau oleh aplikasi, pergerakannya dan apa saja yang sudah dilakukan, ada laporan setiap harinya diupdate melalui aplikasi ini," kata Agung.

Agar para tracer ini bersemangat, Irjen Agung menjanjikan insentif. Sudah ada dana yang dipersiapkan melalui anggaran Polri, sementara tracer dari pemerintah daerah juga demikian.

"Kalau tenaga medis dan tracer dari kabupaten yang mempersiapkan daerah anggarannya," ucap Agung.

Agung menyatakan, Aplikasi Bersama Selamatkan Riau merupakan kerja nyata untuk mengantisipasi warning gelombang ketiga Covid-19. Kerja-kerja di lapangan yang terintegrasi dengan teknologi ini diharap mampu melakukannya.

Bulan Maret 2020, cerita Agung, merupakan awal gelombang pertama Covid-19. Saat itu, pemerintah masih belajar menangani pandemi virus corona yang belum ada sebelumnya.

"Kala itu situasi belum berdampak seperti saat ini," ucap Agung.

Selanjutnya, Juli hingga Agustus 2021, gelombang kedua Covid-19 menerpa Indonesia, Riau tak luput. Gelombang kedua menyusup mempengaruhi berbagai sektor kehidupan.

Keluar dari gelombang kedua ini bukan hal mudah. Keran aktivitas masyarakat ditutup rapat dengan penerapan PPKM berbagai level, bahkan Riau pernah berada di level 4 hingga berbulan-bulan.

"Semuanya bergandengan tangan, hingga kita semua bisa keluar dari situasi ini," kata Agung.

5 dari 6 halaman

Kebut Vaksinasi

Selain langkah tersebut, vaksinasi massal juga menjadi hal krusial. Ini wajar karena hingga saat ini belum ada obatnya sehingga vaksin sebagai penambah kekebalan menjadi penting.

Saban hari, vaksinasi massal terus menyasar masyarakat. Baik itu dilakukan oleh pemerintah daerah melalui dinas kesehatan ataupun Polri serta TNI hingga kalangan swasta.

Beberapa pemerintah daerah di Riau melakukan jemput bola melakukan vaksin. Sejumlah bus daerah dikerahkan melakukan vaksin keliling seperti yang dilakukan Kota Pekanbaru.

Polda Riau dan jajaran juga membuat vaksin center. Setiap hari, ada ratusan dosis tersedia untuk disuntikkan kepada masyarakat yang telah mendaftar. Animo warga tinggi karena sertifikat vaksin menjadi hal yang ditanya ketika bepergian.

Tingginya animo warga Riau bahkan membuat Irjen Agung menyatakan, "stok vaksin tidak sebanding dengan animo warga".

 

6 dari 6 halaman

Pekanbaru Sudah 70 Persen

Terkait capaian vaksin ini, Presiden Joko Widodo menargetkan harus 70 persen hingga akhir tahun. Hanya saja, capaiannya di Riau hingga 21 Oktober baru 36,9 persen untuk dosis satu.

Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir menjelaskan, Bumi Lancang Kuning punya 6.394.087 penduduk. Berdasarkan target vaksinasi 70 persen dari jumlah penduduk maka ada 4.475.860 warga menjadi sasaran.

"Dari jumlah sasaran warga itu, sudah ada 1.651.815 warga yang menerima dosis pertama," kata Mimi.

Di sisi lain, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai merupakan daerah yang telah di atas 50 persen vaksinasi. Bahkan Pekanbaru sudah berada di 74,2 persen atau melampaui target.

"Kota Dumai itu berada 66,1 persen, yang paling rendah itu Kabupaten Indragiri Hilir, masih 24,2 persen," kata Mimi.

Mimi menambahkan, dari 1.651.815 warga yang menerima dosis pertama, sudah ada 1.047.144 warga menerima dosis kedua. Jumlah itu akan digenjot hingga akhir tahun karena stok vaksin di Riau masih banyak.

Semoga capaian 70 persen untuk total penduduk di Riau tercapai sehingga gelombang ketiga tidak terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.