Sukses

Melihat Tradisi Maulid Nabi di Madura, dari Rebutan Buah hingga Tabur Duit

Orang Madura punya begitu banyak cara mengekspresikan cinta pada Nabi Muhammad.

Liputan6.com, Bangkalan Orang Madura punya begitu banyak cara mengekspresikan cinta pada Nabi Muhammad SAW.

Sepanjang Rabiul Awal, bulan kelahiran nabi dalam penanggalan Hijriyah dan tahun ini bertepatan dengan Oktober 2021, ada tradisi molodhen atau maulidan untuk memeringati hari kelahiran sang nabi terakhir umat Islam.

Maulidan bisa digelar berjamaah atau perorangan. Yang perseorangan umumnya mereka yang berlebih secara materi. Sedangkan maulidan berjemaah, hanya digelar tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Robiul awal.

Bulan Maulid ini juga kerap disebut 'lebarannya anak-anak'. Ketika ada undangan maulid, mereka akan duduk paling depan, mengerumuni tumpeng buah. Begitu kiai selesai melafalkan doa, mereka akan saling berebut buah incaran hingga tertindih-tindih.

Biasanya, maulid di tanggal 12 ini, dimulai sejak pagi. Secara berkelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 hingga 20 orang, akan berkeliling kampung mendatangi warga yang menggelar maulidan hari itu.

Di Desa Buluh, Kecamatan Socah, Bangkalan, Jawa Timur, selain berebut buah, ada tradisi lain yaitu tabur duit.

Setelah doa selesai, tuan rumah maulidan, akan berdiri di teras rumahnya. Dia akan melemparkan duit logam maupun kertas ke orang-orang yang telah berkerumun di halaman.

Tidak hanya anak-anak, orang dewasa, lelaki dan perempuan, muda mudi, juga ikut rebutan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rebutan Berkah

Seingat Abdul Karim, warga Desa Buluh, sejak ia kecil, rebutan buah dan tabur uang sudah menjadi tradisi tiap bulan maulid. Maka jika tak ada tradisi rebutan buah, perayaan maulid menjadi terasa tidak lengkap.

Berebut buah, kata dia, harus dimaknai lebih luas, sebagai ekspresi kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, meski saat rebutan ada yang terinjak-injak, tak ada kemarahan apalagi pertengkaran.

"Ini menjadi kesenangan masyarakat untuk menyambut hari kelahiran baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang di warnai dengan cara rebutan," ungkap dia.

Yang diprebutkan pun, kata dia, bukan sekadar buah. Menurut dia, ada keberkahan dalam setiap buah yang telah dibacakan salawat.

"Yang direbut oleh masyarakat bukan buahnya, melainkan barokah dari buah yang sudah didoakan, dengan harapan mendapatkan syafaat Nabi Besar Muhammad SAW," ungkap Abdul Karim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.