Sukses

Mengenal Sosok Hartini Ngadiorejo, Guru Penggerak dari Minahasa Berdarah Solo

Dari sejumlah prestasi yang diraih, Hartini menyebut, menjadi Guru Penggerak Angkatan 1 Kabupaten Minahasa Tahun 2021 adalah yang paling berkesan.

Liputan6.com, Manado - Ingin menjadi guru karena banyak kebaikannya, menjadi motivasi awal perempuan berdarah Solo, Jawa Tengah ini, memilih mengabdikan diri sebagai seorang pendidik. Lebih dari satu dekade menjadi guru, sejumlah prestasi diraih wanita bernama lengkap Hartini Ngadiorejo ini, termasuk menjadi guru penggerak di Minahasa.

“Membagi apa yang kita ketahui kepada orang lain, dan dengan menjadi guru kita akan terus belajar, karena seorang guru harus selalu belajar sebelum mengajar,” ujar Hartini yang lahir di Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulut, 37 tahun silam.

Pengabdiannya sebagai tenaga pendidikan dimulai saat dia menyelesaikan kuliah di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Manado (Unima) di Tondano.

Pada tahun 2003, wanita berzodiak Aries ini sudah menjadi guru honorer di MTs Tarbiyah Plus Kampung Jawa Tondano. Kampung ini dikenal sebagai permukiman yang dibuka oleh Kiai Maja dan para pengikutnya saat dibuang Belanda di awal abad ke-19 di Minahasa.

“Saya kemudian masuk sebagai Pegawai Negeri Sipil, ditempatkan di SMAN 1 Tondano, dan mengampu mata pelajaran matematika,” ujar Hartini yang pernah dipercaya sebagai narasumber pelatihan emotional intelligence untuk mencegah radikalisme dan terorisme di kalangan pelajar sekolah, di Kabupaten Minahasa.

Sejumlah prestasi gemilang diraih Hartini saat menjalankan profesinya sebagai seorang guru. Antara lain terbaik 3 Guru Berprestasi dan Berdedikasi Tahun 2019 Tingkat Kabupaten Minahasa, dan Microsoft Innovative Educator Tahun 2020. Kemudian Pendidik Bersertifikat Google (Google Master Trainer Level 1), dan Sahabat Rumah Belajar Pusdatin Kemendikbud Tahun 2020.

“Saya masih terus belajar, karena apa yang saya raih ini belum seberapa,” ujarnya.

Menjadi guru pelajaran Matematika di Minahasa, bukan berarti Hartini jauh dari dunia tulis menulis dan sastra. Dia bahkan menjadi penulis Buku Antologi Puisi Sonian "Berlabuh di Dermaga Cinta Manado" Tahun 2021.

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tahapan Panjang Menjadi Guru Penggerak

Dari sejumlah prestasi yang diraih, Hartini menyebut, menjadi Guru Penggerak Angkatan 1 Kabupaten Minahasa Tahun 2021 adalah yang paling berkesan. Untuk ikut Program Pendidikan Guru Penggerak harus melalui serangkaian tes. Tahap pertama mengisi biodata, esai dan Tes Bakat Skolastik.

“Setelah mendaftar dan lolos dari tahap pertama ini, tahapan kedua meliputi tes simulasi mengajar dan wawancara secara daring,” ujarnya. 

Setelah lolos, akan diundang untuk mengikuti program tersebut selama sembilan bulan. Diketahui, Program Guru Penggerak merupakan upaya memajukan pendidikan Indonesia dengan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Program ini untuk guru TK, SD, SMP, SMA, SMK dan SLB.

“Program Guru Penggerak menciptakan pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid,” tutur dia.  

Hartini menyebut, ada sejumlah kriteria atau persyaratan untuk dapat ikut Program Pendidikan Guru Penggerak yaitu tidak sedang mengikuti kegiatan diklat CPNS, PPG, atau kegiatan lain yang dilaksanakan secara bersamaan dengan proses rekrutmen dan pendidikan guru penggerak. Pesertanya bisa guru PNS maupun non PNS baik dari sekolah negeri maupun sekolah swasta.

“Memiliki akun guru di Data Pokok Pendidikan, kualifikasi pendidikan minimal S1/D4, pengalaman minimal mengajar 5 tahun, masa sisa mengajar tidak kurang dari 10 tahun,” ungkap dia.

Tidak mudah bagi Hartini untuk bisa masuk program Guru Penggerak ini, karena kriteria seleksi yang ketat. Antara lain menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid, memiliki kemampuan untuk fokus pada tujuan, memiliki kompetensi menggerakkan orang lain dan kelompok.

“Juga memiliki daya juang yang tinggi, kompetensi kepemimpinan dan bertindak mandiri, kemampuan untuk belajar hal baru, terbuka pada umpan balik, dan terus memperbaiki diri,” papar dia.

Di samping itu, peserta program Guru Penggerak harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan efektif dan memiliki pengalaman mengembangkan orang lain. Juga memiliki kedewasaan emosi dan berperilaku sesuai kode etik.

“Selama 9 bulan Calon Guru Penggerak akan mengikuti serangkaian kegiatan belajar, pendampingan individu, lokakarya dan penugasan di LMS,” kata Hartini.

Setelah melalui proses panjang itu, yakni mengikuti pendidikan selama 9 bulan dan menyelesaikan semua tugas, Hartini dinyatakan lolos sebagai Guru Penggerak.

“Saya bersyukur bisa ikut program Guru Penggerak angkatan pertama di Minahasa, semua ini demi kemajuan pendidikan,” ujarnya memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.