Sukses

Bendungan Punaka Rusak, Ratusan Hektare Sawah Warga Sikka Kekeringan

Akibat bendungan Punaka di Desa Done, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) rusak diterjang banjir bandang, sebagian masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai petani merugi karena lahannya kekeringan.

Liputan6.com, Sikka - Akibat bendungan Punaka di Desa Done, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) rusak diterjang banjir bandang, sebagian masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai petani merugi.

Rusaknya bendungan tersebut mengakibatkan ratusan hektare sawah milik warga Desa Done dan Desa Retoroja Kecamatan Magepanda mengalami kekeringan dan terancam rawan pangan.

"Pasca ambruknya Bendungan Punaka yang diterjang banjir bandang belum lama ini, sebanyak 37 hektare sawah di wilayah Desa Done mengalami kekeringan," ungkap Kepala Desa Done, Petrus Muju, Selasa (14/9/2021) siang.

Dia mengatakan, untuk saat ini, para petani yang lahannya dekat dengan kali, terpaksa menggunakan mesin menyedot air dari kali untuk mengairi sawah milik mereka. Sedangkan, petani yang lahannya jauh dari kali, terpaksa beralih menanam jagung dan kacang tanah.

Lebih lanjut, ia mengatakan para petani Desa Reroja sangat merasakan dampak dari rusaknya Bendungan Punaka, sedangkan para petani di Desa Done masih bisa menanam padi karena masih memiliki sumber air dari bendungan Ijura.

"Kalau dilihat dari letak administrasi Bendungan Punaka ada di wilayah Desa Done. Tetapi air dari bendungan itu mengairi sawah di wilayah Desa Reroroja. Tetapi banyak petani penggarap dari Desa Done," sebutnya.

Sementara, Rudolfus Paskalis Dika Anggota BPD Desa Reroroja, kepada awak media mengatakan hal yang sama. Kurang lebih 80 hektare lebih sawah di wilayah Desa Reroroja mengalami kekeringan.

"Kami tidak bisa buat apa-apa saat ini. Hanya harap hujan dan embun untuk tanam jagung," katanya.

Dia mengatakan, saat ini banyak petani terpaksa mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Sampai dengan saat ini para petani sawah yang dilanda kekeringan akibat rusaknya Bendungan Punaka, terpaksa memilih kerja serabutan, sebab mereka tidak memiliki kebun ladang untuk digarap. Mereka hanya memiliki sawah," jelasnya.

Bagi petani yang tidak ada ladang, terpaksa mencari kerja serabutan, seperti tukang, buruh bangunan, bahkan ada yang ikut nelayan mencari ikan di laut.

Rudolfus berharap agar perbaikan Bendungan Punaka segera dimulai pengerjaannya agar bisa selesai tepat waktu, sehingga bisa menyelamatkan nasib petani yang akan kembali menggarap sawahnya.

Simak Juga Video Pilihan Berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.