Sukses

Piko Hidro, Pembangkit Listrik Sederhana untuk Terangi Daerah Terpencil

Alat yang dibuat adalah pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran sungai untuk menghasilkan listrik dari sebuah turbin.

Liputan6.com, Bandung - Berawal dari pengalamannya berkeliling ke desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah, tetapi belum ada kabel distribusi listrik di lokasi tersebut, Anjar Susatyo mencoba mencari solusi alat yang bisa menghasilkan listrik. Alat yang dibuat adalah pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran sungai untuk menghasilkan listrik dari sebuah turbin.

Anjar pun terpikir untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro. Peneliti dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, sekarang dilebur jadi Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN) ini mengajukan proposal pengajuan Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) tahun 2018 silam bersama peneliti utama Henny Sudibyo.

"Awalnya ada pendanaan dari ristek untuk PPTI, kita pun mengajukan proposal. Kenapa kita ajukan penelitian ini, karena pengalaman saya ke beberapa daerah terutama yang terpencil yang sulit dijangkau listrik padahal sumber air sungainya sangat melimpah," kata Anjar kepada Liputan6.com, Minggu (29/8/2021).

Hasil penelitian yang dilakukan Anjar terkait energi terbarukan dengan biaya murah caranya dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro alias memanfaatkan kinetik air. Piko Hidro merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan potensi energi air dengan head sangat rendah (1–3 meter) dengan debit yang besar.

Turbin arus sungai (TAS) bekerja karena adanya energi kinetik air yang mengalir memasuki turbin dan diarahkan oleh sudu pengarah menuju runner atau sudu gerak kemudian keluar melalui sebuah saluran yang disebut draft tube. Energi kinetik air menyebabkan sudu turbin berputar sehingga poros turbin juga ikut berputar.

"Kebutuhan listrik rumah tangga di daerah terpencil tidak terlalu banyak, kebanyakan untuk penerangan. Jadi 250 watt itu di daerah terpencil sudah cukup. Pembangkit listrik ini juga bisa menghasilkan energi listrik bahkan dari debit air yang sangat kecil," ujar Anjar.

Piko Hidro menggunakan turbin sederhana, mudah dipasang, serta ramah bagi organisme air seperti ikan. Selain itu, Piko Hidro mudah dalam pengoperasian dan perawatan.

"Dalam penelitian ini tercetus untuk memakai pipa PVC. Selain relatif murah dan sisi kekuatan tinggi dan pembuatannya sangat mudah," cetus Anjar.

Daya listrik maksimal yang dapat dibangkitkan oleh Piko Hidro adalah 1.000 Watt. Turbin air ini sangat cocok diaplikasikan di sungai atau pada saluran irigasi yang memiliki terjunan sekitar 1,5 meter atau lebih dengan debit air lebih dari 0,25 meter kubik per detik.

Pria kelahiran Purworejo, 21 Juli 1967 ini mencontohkan Piko Hidro 250 Watt yang dia kerjakan bersama peneliti lainnya. Produk Piko Hidro seberat 17 kilogram tersebut bisa menghasilkan daya 50-250 Watt menggunakan head 0,75-2 meter dan debit air 25-30 liter per detik.

"Untuk listrik yang dihasilkan bisa menyalakan tiga buah lampu dan satu televisi," kata Anjar.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Terjangkau

P2 Telimek LIPI sudah menguji coba Piko Hidro di Sungai Barabai, Kalimantan Selatan dan di laboratorium minihidro PLN Cipayung, Bogor. Jika dibandingkan dengan genset, Anjar mengatakan, Piko Hidro lebih praktis.

"Bayangkan bila masyarakat di daerah terpencil harus menggunakan genset yang lebih berat dan harus dibongkar dulu saat mau dibawa ke perkampungan," katanya.

Anjar menargetkan harga Piko Hidro yang dikembangkan LIPI ini tidak lebih dari Rp10 juta. Itu belum termasuk pipa PVC untuk menyambungkan pembangkit listrik tenaga kinetik air tersebut.

"Untuk produksi kita kejar 50 unit tidak terlalu sulit. Intinya barangnya murah tapi tetap berkualitas," kata Anjar.

Saat ini, produk Piko Hidro sudah siap dikomersialkan karena sudah terdaftar hak patennya. Anjar pun berharap, pembangkit listrik ini dapat segera dikomersilkan untuk masyarakat karena tidak sedikit warga, khususnya yang bermukim di pedalaman, membutuhkan alat ini untuk mengalirkan listrik di daerahnya.

"Hak patennya sudah ada, artinya sudah resmi. Saat ini sedang dalam tahap dengan pihak ketiga untuk memproduksi turbin itu sendiri," ucap Anjar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.