Sukses

Penonton Berjubel, Ritual Wayang Kulit Pengusir Pandemi di Gunungkidul Dibubarkan

Niatnya mau mengusir pandemi, ritual wayang kulit di Gunungkidul malah dibubarkan petugas lantaran penonton berjubel dan masih PPKM.

Liputan6.com, Gunungkidul - Puluhan petugas gabungan dari Pol PP, Polres dan TNI membubarkan pagelaran wayang kulit di Balai Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Minggu malam (22/8/2021) sekitar pukul 22.00 WIB. Meski acara baru dimulai, petugas gabungan memaksa pertunjukan dihentikan dan penonton dibubarkan.

Satgas Covid-19 Gunungkidul terpaksa membubarkan acara tersebut lantaran wilayah itu masih dalam aturan PPKM. Penonton dan pedagang yang berjubel dikhawatirkan menjadi tempat penyebaran virus corona.

Sebelum dibubarkan paksa, petugas keamanan yang diwakili Kapolsek Playen AKP Hajar Wahyudi sudah melakukan negosiasi. Dirinya meminta pihak penyelenggara menghentikan gelaran wayang kulit itu, dan warga meminta warga membubarkan diri.

Pihak pendamping penyelenggara acara Muhammad Hatta, kemudian meminta waktu untuk berkomunikasi dengan pengelenggara wayang, Sabariman. Pasalnya penyelenggara wayang usianya sudah tua sehingga komunikasinya perlu pelan-pelan. Sekitar satu jam kemudian, pihak penyelenggara langsung mengumumkan acara pagelaran wayang kulit dianggap selesai dan penonton diminta membubarkan diri.

Mendengar pengumuman tersebut, ratusan masyarakat yang telah setia menunggu dan menyaksikan acara tampak kecewa. Meski demikian, mereka membubarkan diri dengan tertib dan mengerti dengan situasi yang ada saat ini.

Lurah Ngleri, Supardal, mengaku tidak tahu soal gelaran wayang kulit yang mengundang kerumunan orang itu, meski acara tersebut digelar di wilayahnya.  

"Kami hanya menyewakan balai kalurahan saja, tidak tahu acaranya seperti apa," ujarnya saat dikonfirmasi, Minggu malam (23/8/2021). 

Supardal juga menampik kabar bahwa dirinya yang mengeluarkan izin pentas wayang kulit tersebut. Dirinya mengatakan, yang berwenang memberi izin adalah pihak kapanewon atau Kkcamatan. 

Pihaknya hanya menghantarkan surat permohonan izin dari penyelenggara ke pihak kapanewon. Selanjutnya, tidak mengetahui apakah penyelenggara sudah mengantongi izin atau belum. Namun penyelenggara mengklaim sudah mengantongi izin.

"Ketika kami tanya tentang perizinan katanya sudah ada," kata Supardal.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tiga Kali Gagal

Sementara itu Muhammad Hatta mengklaim, kegiatan ini sudah mengantongi rekomendasi dari Panewu Anom (Sekretaris Kecamatan). Namun rekomendasi tersebut tidak tertulis hanya secara lisan. Panewu Anom, katanya, mempersilahkan penyelenggaraan pentas wayang kulit dengan catatan tidak melanggar protokol kesehatan.

Pihak penyelenggara sendiri mengaku nekat tetap menggelar pementasan wayang kulit, karena menjadi ritual untuk mengusir pandemi Covid-19. Ritual khusus untuk mengusir Covid-19 tersebut terpancar dari lakon yang dipilih oleh penyelenggara.

"Kami pilih lakon Wahyu Purbo Sejati yang ceritanya berisi tentang pagebluk (pandemi)," ujar Hatta.

Pihaknya, kata Hatta, memang bersikeras menggelar pementasan karena sudah tertunda tiga kali. Pementasan wayang ini sedianya akan digelar pada malam pergantian tahun baru Islam, namun gagal. Kemudian ditunda hingga 17 Agustus, dan gagal lagi.

"Kemudian Sabtu kemarin juga gagal," katanya.

Penyelenggara sebetulnya hanya ingin agar Corona segera hilang dari bangsa ini. Mereka tidak menyangka jika pentas wayang kulit tersebut dihadiri penonton sangat banyak. Karena mereka sama sekali tidak pernah menyebarkan undangan kepada masyarakat.

Hatta menyebut, Sabariman, selaku penyelenggara pentas seni wayang kulit ini sejatinya adalah tokoh masyarakat dan bisa dibilang sesepuh. Sabariman juga pelaku sejarah yang turut mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dirinya tercatat sebagai asisten pribadi Proklamator Sukarno sebelum proklamasi dikumandangkan.

"Pak Jokowi juga mengenal beliau," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Seharusnya Digelar Tertutup

Kepala Bidang Penegakkan Perda Satuan Polisi Pamong Praja Gunungkidul, Sugito mengatakan, pihaknya Minggu petang mendapatkan laporan bahwa akan ada pagelaran wayang kulit di Balai Kalurahan Ngleri. Mendapati laporan itu, ia bersama tim penegakkan hukum kemudian mendatangi balai kalurahan.

Sugito kemudian melakukan dialog dengan penyelenggara pagelaran wayang kulit. Berdasarkan keterangan penyelenggara, pagelaran ini ditujukkan untuk ruwatan agar pandemi segera berakhir.

"Tapi masalahnya menimbulkan kerumunan, kami kemudian melakukan dialog dan meminta panitia menyudahi pagelaran wayang," ujar Sugito.

Sementara itu, Kapolsek Playen, AKP Hajar Wahyudi menjelaskan, rekomendasi yang dikeluarkan tim gugus tugas adalah penyelenggaraan wayang untuk ritual, yaitu di dalam GOR dan diselenggarakan secara tertutup tanpa penonton. Bukan pertunjukkan wayang yang melibatkan banyak orang dan menimbulkan kerumunan.

"Kalau kerumunan jelas dilarang, untuk itu sesuai dengan aturan yang berlaku tetap kami bubarkan," tandas Hajar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.