Sukses

Alat Musik Tradisional Gorontalo Melawan Perkembangan Zaman

Kurangnya bakat dan minat generasi muda dalam mempelajari pembuatan alat musik tradisional Gorontalo, menyebabkan sejumlah alat musik khas Gorontalo terancam punah.

Liputan6.com, Gorontalo - Kurangnya bakat dan minat generasi muda dalam mempelajari pembuatan alat musik tradisional Gorontalo, menyebabkan sejumlah alat musik khas Provinsi Gorontalo terancam punah. 

Hal itu diutarakan Umar Husain (40), warga Desa Talumelito ini mengaku, jika saat ini anak muda Gorontalo tak lagi mau belajar membuat alat musik tersebut.

Tidak hanya soal pembuatan kata Umar, kebanyakan dari mereka saat ini tidak mau belajar soal memainkan alat musik tradisional warisan leluhur Gorontalo itu. Sebagian besar pemuda di Gorontalo sudah terpengaruh dengan alat musik modern.

“Mereka menganggap alat musik tradisional ini adalah kampungan, mereka memilih alat musik kekinian yang menurut mereka lebih keren,” kata Umar.

Pemerhati budaya dan perajin alat musik Rebana, Gambus dan Marwas ini mengatakan, bahwa saat ini pemuda yang mau belajar pembuatan hingga memainkan alat musik ini bisa dihitung dengan jari. Sementara pengrajin alat musik ini rata-rata adalah orang yang sudah usia lanjut.

“Hanya beberapa pemuda yang mau, dan itu tidak banyak. Hanya kami yang usia lanjut yang masih eksis membuat dan memainkan alat musik ini,” katanya saat ditemui Liputan6.com

Bapak dengan dua orang anak ini menambahkan, bahwa aktivitasnya membuat alat musik ini sudah digeluti semenjak ia masih kecil. Tekad Umar saat ini, tetap akan melestarikan alat musik tradisional tersebut agar tidak hilang.

“Selama saya masih diberikan kesehatan, saya siap kapan saja ketika ada yang mau belajar untuk membuat maupun memainkan alat musik ini,” tuturnya.

”Saya bersama rekan-rekan lainnya berusaha untuk tetap melestarikan alat musik tradisional ini meskipun diterpa oleh pesatnya perkembangan alat musik,” ucap Umar.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harapan Perajin

Umar bercerita, pada tahun 1999 ia mulai membuat alat musik ini dan dijual, bahkan usahanya ini mendapat banyak pesanan dari luar daerah Gorontalo.

Namun seiring berjalannya waktu, pasaran alat musik tradisional mulai ditinggalkan, masyarakat Gorontalo lebih cenderung memilih alat musik modern.

“Apa boleh buat, semua tergerus oleh waktu, hadirnya alat musik modern membuat kami harus berjuang mencari nafkah dengan pekerjaan lain,” imbuhnya.

Diakui Umar, memang dalam memproduksi satu alat musik tradisional dibutuhkan keahlian khusus, sebab salah memilih bahan baku bisa berpengaruh pada suara yang dihasilkan. Seperti halnya dalam pembuatan rebana, gambus dan marwas. 

“Ketiga alat musik ini menggunakan bahan utama kayu dari batang pohon nangka, sedangkan untuk kulit rebana diambil dari kulit kambing pilihan pula,” tuturnya.

“Saya berharap pemerintah bisa memperhatikan ini, meskipun bukan dalam bentuk bantuan, minimal alat musik ini dimasukan dalam kurikulum pendidikan sekolah dari SD hingga SMA,” ia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.