Sukses

PPKM Diperpanjang, Wisata Hutan Mata Kucing Batam Kolaps, Hewan-Hewan Kurus Tak Terawat

Pandemi Covid-19 membuat destinasi wisata di Batam kolaps. Tak terkecuali Kawasan Wisata Hutan Mata Kucing, Sekupang.

Liputan6.com, Batam - Pandemi Covid-19 membuat destinasi wisata di Batam kolaps. Tak terkecuali Kawasan Wisata Hutan Mata Kucing, Sekupang. Tak adanya pemasukan membuat destinasi wisata ini mati suri, kondisinya kini sudah terbengkalai. Bahkan puluhan satwa terpaksa diangkut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I Riau Seksi konservasi wilyah II Batam, sebagai upaya penyelamatan.

Pengelola Wisata Hutan Mata Kucing, Netty Herawati saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat (30/7/2021) membenarkan kabar tersebut. Dirinya tak sanggup lagi mempertahankan napas destinasi wisata yang sudah dikelolanya puluhan tahun itu. 

"Semenjak PPKM sudah tutup, sampai  saat ini saya isolasi karena Corona, saya tidak lagi bisa mengurus hewan-hewan," katanya. 

Dirinya mengatakan, awal-awal pandemi penurunan kunjungan wisata sudah 15 persen dari biasanya. Tim Satgas Covid-19 yang selalu ada di lokasi wisata membuat pengunjung takut. Hal itu berimbas pada biaya perawatan hewan yang mengandalkan pemasukan pengunjung

Netty bercerita, ia mendapatkan izin untuk menjaga dan merawat Hutan Mata Kucing sebagai kawasan konservasi tanaman hijau awalnya pada tahun 2000.

Setelah itu ia mengembangkannya menjadi Destinasi Taman Wisata Alam Hutan Mata Kucing yang lengkap dengan satwa titipan BKSDA dan dari hibah instansi pemerintah.

"Izin utamanya untuk menjaga hutan, jumlah area lahan sekitar 200 hektare untuk jenis pohon-pohon yang ada meliputi Pohon Bintangur, dan Gaharu. Pohon Gaharu didatangkan sebagian dari Kalimantan sebanyak 14 ribu batang," katanya.

Kini Netty hanya bisa pasrah, hewan-hewan titipan yang sudah puluhan tahun meramaikan Wisata Hutan Mata Kucing kini terpaksa harus ditarik kembali BKSDA.

"Hidup segan mati tak mau, macam mana hewannya bisa terawat," katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisinya Memprihatinkan

Netty menjelaskan, beragam satwa yang diserahkan ke BKSD antara lain, 4 ekor buaya, 1 ekor burung Kaka Tua, 5 ekor beruk, 2 ekor beruang madu, dan 2 ekor Elang Bondol, itu semua hewan yang dilindungi pemerintah, adapun satwa yang masih ada antara lain 1 ekor ular piton, 2 ekor burung bango, 1 ekor musang pandan dan berapa landak.

Dirinya kini hanya berharap ada dermawan yang mau membantu memberikan pakan untuk hewan-hewan yang masih tersisa. Apalagi kondisi hewan-hewan yang masih tersisa kini juga sangat memprihatinkan.

Rijal (19) salah satu dari 5 karyawan yang masih tersisa di Taman Wisata Hutan Mata Kucing mengatakan, ia mendapatkan tugas dari pengelola untuk memberi makan dan merawat hewan yang masih tersisa.

"Biasanya ngasih makanan dalam kondisi normal biasa tiga kali sehari, sekarang hanya satu kali saja," katanya.

Saat ini, kata Rijal, tiket masuk seharga Rp15 ribu per orang dewasa dan Rp10 ribu untuk anak-anak, tidak cukup untuk menutup biaya makan hewan-hewan.

 

3 dari 3 halaman

Respons Pemprov Kepri

Sementara itu, Polisi Kehutanan Seksi Konservasi Wilayah Batam, Arianto mengatakan, Taman Wisata Hutan Mata Kucing kondisinya sudah memprihatinkan. Mulai dari makannya, tempat tinggal dan bermainnya, sudah tidak layak lagi untuk satwa. Beruntung beberap hewan yang dilindungi berhasil diamankan pihak BKSDA, meski pihaknya, kata Arianto, juga sangat berat secara finansial untuk merawat dan memberi makan.

"Ke depan jika ada taman safari yang mau mengadopsi, silakan, asal secara legal, terjamin keselamatan dan kesejahteraan satwanya," kata Arianto.

Wakil Gubernur Kepri Marlin Agustina saat dikonfirmasi Liputan6.com mengaku, saat ini pemprov masih fokus di program vaksinasi Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi. 

"Kebijakan-kebijakan atau bantuan yang berkaitan dengan bantuan khusus untuk dunia wisata saat ini belum ada, pemerintah konsen program vaksin," ujar Marlin.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.