Sukses

Ditemukan Tanpa Kepala, Begini Dugaan Kronologi Kematian Gajah di Aceh

Penyebab kematian gajah tanpa kepala di Aceh masih menyisakan misteri. Otoritas menduga hewan malang itu makan racun, sementara gadingnya raib menyisakan belalai, simak ceritanya:

Liputan6.com, Aceh - Otoritas di Aceh menyatakan bahwa gajah yang mati tanpa kepala di sekitar perkebunan kelapa sawit Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur, kemungkinan besar telah memakan racun.

Hasil olah TKP di lokasi tidak menemukan adanya benda tajam atau alat yang bisa menyebabkan kepala gajah liar itu putus namun mereka menduga bahwa gajah tersebut memiliki gading yang telah raib, meninggalkan potongan belalai.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto, mengatakan bahwa tim yang berada di lapangan menemukan dua bungkus plastik yang sangat berkemungkinan adalah racun yang unsurnya juga mereka temukan di saluran pencernaan gajah tersebut. Namun, dugaan ini akan mereka pastikan kembali melalui hasil uji laboratorium.

"Dugaan sementara bahwa kematian gajah liar akibat benda asing yang diduga racun yang ditemukan di dalam saluran cerna, namun demikian guna mengetahui kepastian penyebab kematiannya, sampel organ yang meliputi isi lambung, cairan lambung dan benda asing yang diduga racun akan dikirim ke Pusat Laboratorium Forensik untuk dilakukan uji laboratorium," jelas Agus, dalam rilisnya kepada Liputan6.com, Senin malam (12/7/2021).

Kesimpulan bahwa gajah tersebut memiliki gading berdasarkan hasil analisis potongan belalai bahwa terdapat potongan yang menipis pada bagian ujungnya, mengikuti arah posisi gading. Belalai tersebut tergeletak sekitar 10 meter dari bangkai gajah berada.

Bangkai gajah jantan berumur lebih kurang 12 tahun itu tergeletak di sekitar area Afdeling V PT Bumi Flora. Sementara, keberadaan bagian kepala gajah tersebut tampaknya masih kabur.

Kematian gajah Sumatera ini menambah daftar panjang kematian dari jenis hewan yang mendapat tempat khusus dalam undang-undangi itu. Semua elemen harusnya melindungi hewan ini karena mereka kini berstatus terancam kritis dan berisiko tinggi punah di alam liar.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.