Sukses

Mahasiswa Soroti Kampanye Negatif Kelapa Sawit dalam Soal Ujian SD

Forum Mahasiswa Sawit Indonesia di Pekanbaru menyayangkan adanya kampanye negatif terhadap perkebunan sawit yang menjadi penyumbang devisa terbesar untuk Indonesia.

Liputan6.com, Pekanbaru - Kampanye negatif sawit, ditemukan menjadi salah satu materi ujian di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Mahasiswa merespon keras kampanye secara sistematis tersebut.

Ketua DPP Forum Mahasiswa Sawit (Formasi) Indonesia di Pekanbaru, Amir Aripin Harahap menyayangkan kampanye negatif sawit itu menyasar anak-anak sekolah. Apalagi tanaman palma dan produk turunannya itu telah menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Riau.

"Sawit juga menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar negara di tengah krisis pandemi Covid-19, kami protes keras soal ujian di salah satu SD di Riau yang mendiskreditkan sawit," kata Aripin, Senin petang, 7 Juni 2021.

Aripin menilai adanya soal ujian itu sebagai penggiringan yang terstruktur, sistematis, dan massif agar anak-anak Indonesia membenci sawit. Diapun menilai bahaya, kalau anak sekolah dasar telah dicekoki hal semacam itu.

Aripin menjabarkan, pertanyaan dalam kertas ujian SD tersebut berada pada nomor urut 17 dengan jenis soal pilihan ganda.

Pertanyaan dalam lembar kertas ujian itu berbunyi "Dampak negatif interaksi manusia dengan lingkungan pada perkebunan kelapa sawit adalah...? A. Meningkatkan lapangan pekerjaan, B. Meningkatkan pembangunan daerah, C. Berkurangnya sumber daya air, dan D. Pemukiman penduduk semakin banyak.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penelitian Sawit

Aripin menyatakan, cukup banyak penelitian yang mementahkan bahwa sawit merupakan tanaman boros air. Stigma itu merupakan bagian dari kampanye negatif yang diembuskan pihak tertentu, termasuk menuduh sawit tidak ramah lingkungan.

"Banyak penelitian yang menunjukkan sawit adalah tanaman yang efisien dalam pemanfaatan air dibandingkan dengan kelapa, kedelai, jagung, bahkan rapeseed sekalipun, yang merupakan bahan baku minyak nabati dominan di Eropa," tuturnya.

Untuk itu, Aripin dan Formasi berharap hal serupa jangan terulang kembali, apalagi pada saat bersamaan ekonomi Indonesia tergantung dari sektor kelapa sawit. Bahkan, katanya, Presiden Jokowi memberikan perhatian serius perihal kelapa sawit selama tujuh tahun terakhir.

"Kami minta agar Bapak Menteri Pendidikan mengevaluasi dan menegur pihak SD itu agar hal semacam ini tidak terulang lagi di seluruh sekolah di Indonesia. Dinas Pendidikan itu tugasnya mendidik anak-anak sekolah, bukan malah sibuk berkampanye negatif dengan memanfaatkan anak didiknya," ujarnya.

Aripin mengatakan dirinya akan memberikan pengertian kepada pihak sekolah agar tidak memahami sawit dan menuangkannya menjadi pertanyaan kampanye negatif.

Dia juga mewanti-wanti jika ternyata yang menyusun pertanyaan justru merupakan bagian dari kelompok tertentu yang terus menerus mengkampanyekan sawit secara negatif.

"Harusnya kita sebagai bangsa Indonesia bangga bahwa sawit Indonesia adalah anugerah untuk dunia, sudah menjadi tugas kita untuk terus sosialisasi, memberikan pemahaman yang sebenarnya tentang kelapa sawit," harap Aripin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.