Sukses

Mendadak Muntah-Muntah, Ratusan Santri di Playen Diduga Keracunan Nasi Boks

Pihak puskesmas dan perwakilan Dinas Kesehatan Gunungkidul mendatangi pondok pesantren tersebut untuk mengetahui penyebab ke-160 santri yang keracunan.

Liputan6.com, Gunungkidul - Dinas Kesehatan Gunungkidul melalui Puskesmas Playen kaget mendengar ada 160 santri di Pondok Pesantren Al I’tisham di Padukuhan Banaran Playen, Kabupaten Gunungkidul keracunan setelah menyantap makanan yang disediakan oleh pihak pesantren. Kejadian tersebut baru diketahui setelah 24 jam berikut tepatnya Jumat (14/05/2021) siang. 

Pihak puskesmas dan perwakilan Dinas Kesehatan Gunungkidul mendatangi pondok pesantren tersebut untuk mengetahui penyebab ke-160 santri yang keracunan. Kedatangan petugas kesehatan ini juga didampingi oleh Kepolisian Sektor Playen. 

Kapolsek Playen AKP Hajar Wahyudi menceritakan dari keterangan di lokasi kejadian tersebut bahwa pada malam takbir Idul Fitri para santri dan pengurus pesantren berbuka puasa dengan memesan paket ikan bakar sejumlah 450 boks di salah satu restoran di Kapanewon Ponjong Gunungkidul. 

"Dari keterangan pimpinan pondok ada 450 boks untuk dibagikan seluruh santri dan pengurus, dan sisanya akan disiapkan jika ada wali santri yang datang ke pesantren tersebut," kata Hajar saat ditemui di lokasi. 

Hajar pun menuturkan, awalnya hanya beberapa santri yang merasa mual pada malam takbiran. Kemudian, pihak pesantren memberikan pertolongan pertama. Namun, setelah salat Idul Fitri banyak santri yang mual hingga muntah.

"Banyak yang muntah dan diare, di situlah pengurus pondok membawa ke beberapa rumah sakit karena IGD-nya sudah penuh," ungkapnya. 

Dirinya, lanjut Hajar, menyayangkan bahwa kejadian tersebut tidak dilaporkan terlebih dahulu ke pihak puskesmas maupun pihak kepolisian setempat. Namun, Hajar memaklumi bahwa pada saat itu pengurus hanya fokus pada pertolongan para santri.

P2P Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sunaryo, menambahkan pihak Puskesmas baru mendapatkan laporan sebelum salat Jumat. Pihaknya menyayangkan karena laporan itu terlambat karena seharusnya bisa cepat dilaporkan ke puskesmas untuk pendataan dan penyelidikan sampling. 

"Sampling yang terbaik adalah sampel yang segera," dia menegaskan. 

Meski sudah terlambat, lanjut Sunaryo, pihak pesantren masih menyimpan sisa makanan tersebut. Dan saat petugas datang, sisa makanan tersebut diberikan untuk diperiksa dan dibawa ke laboratorium. 

"Meski terlambat, kami hanya membawa ikan bakar dan sambal. Untuk nasi dan muntahan santri kita tidak dapat," dia menjelaskan. 

Pimpinan Pondok Pesantren Al I’tisham, Syaid Samsulhuda mengakui bahwa dirinya dan pengurus belum sempat melaporkan kejadian ini. Meski demikian, Syaid menyadari bahwa yang diutamakan adalah keselamatan santrinya sehingga pihaknya melapor setelah semua santri yang sakit tertangani di rumah sakit. 

"Kami panik, karena kejadian ini baru pertama kali kami rasakan dan yang terdampak seratus lebih," kata Syaid. 

Meski demikian, Syaid menuturkan, para santri yang berada di rumah sakit sudah pulang tadi malam dan hanya tersisa satu yang masih dirawat karena terkena dehidrasi.

"Semalam sudah pada pulang, cuma masih ada satu yang dirawat karena dehidrasi," dia menerangkan.

Syaid juga tak mengetahui secara pasti penyebab santrinya keracunan, tetapi diduga dari makanan yang disantap saat buka puasa sebelum malam takbiran. 

"Saya kira makanan yang kami pesan untuk makan bersama kemarin, namun saya tak berani mengatakan itu karena tidak ada bukti," ungkapnya. 

Disinggung terkait jumlah yang dirawat di rumah sakit, Syaid menjelaskan bahwa santri-santri itu dirawat di beberapa rumah sakit seperti di PKU Muhamadiyah Wonosari 5 orang santri, Rumah Sakit Nur Rohmah 18 santri, Klinik Wahyu Pratama 6 orang, dan RSUD Wonosari. 

Syaid menambahkan, dirinya dan pengurus pondok pesantren Al I’tisham meminta maaf kepada seluruh wali santri dan petugas baik kesehatan dan kepolisian. Dia berharap hal ini menjadi pelajaran bagi dirinya dan pengurus.

"Kami serahkan ke pihak yang berwenang, kalau kami selalu siap jika dimintai keterangan. Sekali saya mohon maaf," dia memungkasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.