Sukses

Jurus Gunungkidul Antisipasi Anjloknya Pengunjung Wisata Saat Lebaran

Kebijakan larangan mudik bakal mempengaruhi kunjungan wisata di Gunungkidul.

Liputan6.com, Gunungkidul Libur Lebaran merupakan momen melepas kangen, menjadi saat yang tepat kumpul keluarga setelah sekian lama melanglang buana mencari rezeki. Salah satu caranya adalah berwisata mengunjungi tempat ciamik bersama keluarga.

Namun, Lebaran tahun ini hasrat melepas kangen itu harus ditunda lagi. Pemerintah pusat resmi mengeluarkan kebijakan larangan mudik demi menekan laju penyebaran virus Corona. Hal inilah yang menjadi peringatan bagi pelaku ekonomi dan wisata di Gunungkidul, untuk kembali mengencangkan ikat pinggan.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul Asti Wijayanti mengatakan, kebijakan larangan mudik tentu akan berimbas pula pada kunjungan wisata. Tentu saja, jika angka kunjungan wisata menurun akan berakibat pada pendapatan asli daerah, yang sebagian dari pariwisata, juga ikut turun. 

"Kebijakan itu (larangan mudik) juga sudah kami prediksi sebelumnya," kata Asti. 

Meski demikian, Dispar Kabupaten Gunungkidul sudah menyiapkan skema lain agar kegiatan pariwisata tetap berjalan, meski larangan mudik diberlakukan. Pihak akan memanfaatkan wisatawan lokal sebagai penopang roda perekonomian di sektor pariwisata Gunungkidul. 

Menurut Asti, wisatawan yang dimaksud adalah warga kabupaten Gunungkidul sendiri atau dari sekitar sendiri Sebagian Jawa Tengah. Lantaran ada larangan mudik, ia juga memperkirakan tingkat kunjungan tidak akan sebanyak libur Lebaran sebelum pandemi. 

"Tapi setidaknya saat libur Lebaran nanti pasti ada peningkatan dibanding hari biasa," kata Asti. 

Adapun pihaknya saat ini merasa lebih siap dengan kebijakan pemerintah pusat tersebut. Sebab tahun sebelumnya kebijakan serupa sudah diterapkan sehingga persiapannya hampir sama. Asti sendiri menyatakan pihaknya siap menerima dan mengikuti kebijakan tersebut. Pasalnya, ia memahami jika saat ini pandemi Covid-19 belum usai. 

"Justru saat ini penerapan protokol kesehatan (prokes) harus lebih ketat lagi," katanya. 

Selebihnya, program e-ticketing ini juga akan memberikan data terkait wisatawan yang masuk ke Gunungkidul, dan Dinas Pariwisata Gunungkidul sendiri telah menyosialisasikan dan bekerja sama dengan pihak bank dalam pelayanan. 

"Untuk mengukur maupun mengetahui pengunjung yang datang ke Gunungkidul. Namun, kami tetap akan memperketat di pintu masuk tempat wisata agar memberikan data yang akurat," jelasnya. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mencegah Kerumunan

Beberapa waktu lalu, Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY, turut bergabung memfasilitasi layanan e-ticketing wisata di Kabupaten Gunungkidul. Asti Wijayanti menuturkan, kehadiran layanan e-ticketing saat ini cukup vital. Selain menyesuaikan kebutuhan, transaksi virtual juga diperlukan, agar tidak terjadi kerumunan di antrean pembelian tiket. 

"Saat pandemi seperti ini, meminimalisir kontak langsung sangat diperlukan. Salah satunya lewat transaksi virtual," ungkap Asti. 

Sementara di sisi pendapatan daerah, ia menilai keberadaan teknologi akan membuat laporan keuangan menjadi lebih transparan dan akuntabel. Khususnya terkait retribusi dari sektor wisata. Layanan e-ticketing ini juga dibarengi dengan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Baik dari petugas retribusi hingga wisatawan sebagai pengguna. 

"Saya harap masyarakat secara umum bisa menyesuaikan diri, mengingat layanan ini dibuat untuk memudahkan transaksi," katanya. 

Menurut data, wisatawan asal Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat pertama sebagai pengunjung terbanyak ke Gunungkidul. Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Dispar Gunungkidul Harry Sukmono. 

Berdasarkan survei Dispar Gunungkidul pada Oktober 2019-Maret 2020 lalu, wisatawan asal Jawa Tengah mendominasi 25,5 persen kunjungan wisata. Sisanya dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. 

"DIY menempati posisi ketiga terbanyak dengan 16,25 persen," kata Harry.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.