Sukses

Bangli Kembangkan Sistem Bioflok untuk Budidaya Ikan Ramah Lingkungan

Teknik budidaya ikan secara bioflok yang ramah lingkungan sedang banyak dikembangkan di beberapa daerah di Bali, salah satunya di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Budidaya ikan secara bioflok dimulai dengan jenis ikan lele dan mujair.

Liputan6.com, Bali Teknik budidaya ikan sistem bioflok yang baru-baru ini dikembangkan di sejumlah wilayah di Bali, terbukti lebih efektif dan ramah terhadap lingkungan.

Hal ini menarik perhatian seorang peternak ikan asal Desa Toya Bungkah, Kintamani, Nengah Yon Aryono untuk membudidayakan ikan nila, mujair dan lele di desanya, dengan menggunakan sistem bioflok dan ternyata berhasil dengan baik.

Atas pencapaiannya terhadap penerapan sistem bioflok, Ketua TP PKK dan Dekranasda Prov Bali Ny Putri Koster menyampaikan apresiasinya.

“Saat ini budidaya ikan mujair di Batur adalah dengan mengkapling-kapling danau. Secara tidak langsung itu sudah mencemari danau kita dengan pakan-pakan ikan,” katanya di Kintamani, Senin (3/5/2021).

Menurutnya, kreatifitas masyarakat tersebut dengan upaya budidaya bioflok tentu akan dibarengi dengan upaya pemerintah dalam upaya pemasarannya. 

"Jika semakin banyak masyarakat terutama anak muda kita yang berkreasi seperti menerapkan sistem bioflok ini. Maka tugas pemerintah baik kabupaten/kota untuk memasarkannya, bisa dengan memfasilitasi agar masuk ke pasar tradisional," ujar Ny Putri Koster.

Dirinya berharap semakin banyak anak muda yang tertarik menggunakan teknologi tersebut, sehingga semakin banyak tercipta petani dan peternak milenial di Bali.

"Jangan pikir petani atau peternak seperti dulu, untuk para orang tua, lusuh dan keuntungan yang sedikit. Dengan teknologi, petani juga adalah pekerjaan yang sangat menguntungkan," katanya. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ramah Lingkungan

Salah satu peternak ikan, Nengah Yon Aryono menjelaskan, jika teknologi bioflok lebih menguntungkan dibandingkan sistem peternakan konvensional.

Karena tidak perlu mengganti air lagi, sehingga tingkat survival ikan lebih tinggi. Bioflok sendiri adalah teknik untuk meningkatkan kualitas air, melalui penambahan karbon ekstra ke tambak, sumber karbon eksternal atau peningkatan kandungan karbon dari pakan.

Bioflok memang lebih ramah terhadap lingkungan, karena minim limbah, air tidak berbau sehingga tidak mengganggu lingkungan dan dapat disinergikan dengan budidaya tanaman misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan.

3 dari 3 halaman

Peran Pemerintah

“Para pelanggan kami bahkan mengatakan ikan hasil budidaya bioflok lebih gurih daripada ikan hasil budidaya konvensional,” ujar Yon Aryono.

Ia berharap lebih banyak masyarakat yang menggunakan teknologi tersebut, selain lebih menjanjikan ini sebagai upaya penyelamatan lingkungan.

“Saya juga meminta pemerintah bisa membantu pemasaran akan produk kami,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.