Sukses

Duduk Perkara Kasus Video Viral Dokter Kevin, Lecehkan Perempuan Berujung Maaf

Sebuah konten TikTok dokter Kevin Samuel Marpaung viral sekaligus panen kecaman karena dianggap melecehkan perempuan.

Liputan6.com, Bandung - Sebuah konten TikTok dokter Kevin Samuel Marpaung viral sekaligus panen kecaman. Video berdurasi 15 detik itu memuat konten yang dianggap tak etis, merendahkan perempuan dan mencoreng profesionalisme profesi rekan sejawatnya.

Dalam video yang diterima Liputan6.com itu, Kevin memeragakan reka adegan pemeriksaan pasien sesaat sebelum persalinan, yakni pengecekan pembukaan. Ia terlihat memakai jas putih khas dokter, mengalungkan stetoskop, serta mengenakan sarung tangan steril.

Ia berlaga layaknya dokter obgyn yang diminta mengecek tingkat pembukaan serviks dalam konteks persalinan oleh seorang bidan.

"Bidan: Dok, tolong cek pasien Ny. A sudah pembukaan berapa," tulis takarir dalam video.

Saat diminta mengecek pembukaan itu, mata kamera mendekat menyorot Kevin. Ia memicingkan mata, mengerutkan alis, dan mengulum atau menggigit bibir sendiri, lalu mengacungkan dua jari ke depan bibir. Adegan itu diiringi musik disko dengan efek tumpahan cahaya aneka warna berkerlap-kerlip.

Tangannya lalu dijatuhkan seolah melakukan pengecekaan pembukaan, Kevin memandang ke arah atas sambil menggelengkan kepala ke kanan-kiri. Saat itu kembali muncul takarir, "awkward moment". 

Konten dianggap sebagai pelecehan perempuan itu banyak diunggah ulang beberapa akun Instagram, misalnya @feministevent, Sabtu (17/4/2021). Ratusan komentar bernada mengecam pun dilontarkan warganet.

"Perempuan mau lahiran masih saja diseksualisasi, dilecehkan. Bisa gak sih kami merasa aman, nyaman, dimanapun dan kapanpun, nggak diliputi rasa takut akan jadi korban pelecehan/kekerasan seksual?," tulis akun @feministevent dalam unggahan ulangnya tersebut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, dokter Kevin sempat dinobatkan menjadi lulusan terbaik mahasiswa kedokteran salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mencoreng Kepercayaan Masyarakat

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jabar, Eka Mulyana menilai, video konten yang diperagakan Kevin itu dapat dinilai pelanggaran kode etik profesi. Bukannya menghibur, Eka bahkan menyampaikan kekhawatiran, bahwa yang dipertontonkan dalam video tersebut dapat mencoreng kepercayaan masyarakat terhadap dokter.

"Dapat dinilai melanggar kode etik kedokteran. Bisa (diberikan sanksi) sesuai IDI dimana yang bersangkutan berpraktek. Bila terkait etika sanksi etik, (dapat diberikan) teguran untuk tidak mengulangi lagi," katanya.

"Kepercayaan masyarakat dapat tercoreng oleh salah satu oknum," tegasnya.

Sementara itu, Akademisi dari Pusat Riset Gender dan Anak Unpad, Antik Bintari, termasuk yang turut merespon video berdurasi 15 detik itu. Menurutnya, hal itu bisa dinggap bentuk pelecehan seksual, bahkan pelecehan terhadap fungsi-fungsi reproduksi perempuan.

Antik menjelaskan, jika yang disebut dengan pelecehan seksual itu adalah seluruh tindakan yang berkaitan dengan perilaku seksual, baik lisan, fisik, isyarat, yang bersifat seksual, maka konten itu bisa saja dikategorikan demikian.

"Ekspresi yang dimunculkan, beserta keterangan yang termuat dalam video, seperti mencoba mengaitkan apa yang ada di dalam pikirannya, yang menurut saya tidak senonoh, dengan tugasnya untuk melakukan pemeriksaan yang sangat sensitif dan sangat intimate," katanya.

Antik menilai, Kevin melecehkan dan menyepelekan aktivitas perempuan yang padahal konteksnya adalah pertaruhan hidup dan mati. Lebih jauh lagi, konten demikian bisa merusak kepercayaan, menimbulkan kekhawatiran dan stereotipe negatif terhadap dokter laki-laki.

Antik menyatakan, konten Kevin menampilkan sebuah sikap seksual yang merendahkan. Konten-konten semacam itu, katanya, banyak bertebaran. Namun, konten ini dinilai fatalnya lantaran menampilkan analogi dokter dengan isu yang sangat sensitif, melahirkan.

"Kita tidak bisa memilih apakah akan ditangani oleh dokter laki-laki atau perempuan. Akhirnya, hanya berdasarkan kepada azas kepercayaan. Jangan lupa, ini berkaitan dengan dunia medis yang tingkat kebergantungan kepada dokter itu tinggi," katanya.

Pelecehan atau sikap merendahkan alat-alat reproduksi dan organ-organ vital perempuan, kata Antik, dipandang dalam perspektif apapun merupakan hal yang tak etis. Profesi dokter memiliki kode etik, maka Antik yakin bahwa tak hanya aktivis perempuan yang pantas bersuara, tetapi juga sejawat dokter lainnya. Seorang dokter profesional, kata Antik, tak mungkin mengumbar konten demikian.

"Saya langsung menghubungi beberapa rekan saya yang dokter, yang mengajar juga di fakultas tempat dia berkuliah waktu dulu, dan mereka juga langsung kaget. Kemudian setelah diselidiki, akan ada tindak lanjut entah itu teguran atau sanksi," tandasnya.

 

3 dari 3 halaman

Permintaan Maaf

Tak lama setelah video TikToknya ramai dikecam, Kevin langsung menyampaikan permohonan maaf. Dalam sebuah video yang diunggah, Sabtu (17/4/2021), ia menyampaikan permintaan maaf yang ditujukan kepada masyarakat luas, khususnya perempuan.

"Kepada seluruh masyarakat, teman-teman netizen dan khususnya kaum wanita saya dokter Kevin ingin meminta maaf sebesar-besarnya atas video konten saya mengenai pembukaan (persalinan)," katanya.

Kevin mengakui bahwa dalam dalam unggahan TikToknya, gegabah dalam memilih latar musik dan berekspresi.

"Dalam vidoe tersebut saya tidak berhati-hati dalam memilih soundtrack dan memasang ekspresi wajah yang terkesan melecehkan. Sekali lagi saya ingin meminta maaf khususnya untuk kaum wanita," kata Kevin.

Atas kejadian itu, Kevin berjanji tak akan lagi membuat konten demikian, serta lebih berhati-hati dalam bersikap terutama membuat video konten publik. Ia juga berjanji akan membuat konten video yang lebih edukatif.

"Ke depannya saya akan berhati-hati dalam membuat video konten dan berjanji akan lebih fokus ke video konten yang bersifat edukasi," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.