Sukses

Rayuan dan Jeratan Muncikari di Palembang (3/END)

Rumah susun (rusun) di Kelurahan 26 Ilir Palembang Sumsel menjadi salah satu kawasan berkembangnya bisnis prostitusi.

Liputan6.com, Palembang - Hal itulah yang banyak membuat para gadis di Jabar turut tergiur dengan tawaran Mami RA. Untuk memuluskan ajakannya, muncikari ini memberikan uang sekitar Rp500.000 ke orangtua calon anak asuhnya.

Bahkan biaya perjalanan dari Jabar ke Palembang juga ditanggung Mami RA. Dia menjelaskan ke anak asuhnya, jika mereka harus membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi selama perjalanan.

“Di Palembang, saya memberi mereka uang Rp500.000 untuk beli pakaian dan alat make up. Saya juga menawarkan ke mereka, apakah mau tinggal di rusun atau kos lain. Biaya sewa itu juga, saya yang tanggung di awal,” ujarnya kepada seseorang yang dipercayanya, di salah satu komplek swalayan di seputaran kawasan Rusun 26 Ilir Palembang, Rabu (17/3/2021) dini hari.

Para anak asuhnya ditempatkan di beberapa pusat hiburan, seperti diskotek, biliar dan panti pijat. Bahkan kini, Mami RA memasok para PSK di dua penginapan dan deretan usaha panti pijat, di kawasan Rusun 26 Ilir Palembang.

Mami RA juga mengembangkan usahanya dengan membangun panti pijat di kawasan Kilometer 7 Palembang, dengan pasokan perempuan yang disediakannya.

Layanan jasa dari anak asuhnya dipatok cukup tinggi dibanding harga PSK Mami AT. Mami RA mematok layanan hubungan seksual dengan durasi singkat, mulai dari Rp800.000 hingga Rp1 juta. Sedangkan untuk long time atau menginap semalaman, bisa sampai Rp5 jutaan.

“Kalau pelayanan singkat, saya hanya minta uang Rp200.000 saja. Tapi jika menginap semalaman, saya minta jatah Rp1jutaan. Banyak pelanggan dari kalangan pejabat dan pengusaha, yang memesan PSK hingga menginap di hotel berbintang, apalagi anak asuh saya memang cantik-cantik,” katanya.

Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, Mami RA mempunyai electronic catalog (e-catalog) dari ponsel pintarnya.

Ada banyak deretan foto PSK berpakaian mini, yang siap melayani pelanggannya. Jika anak asuhnya sedang dipesan pelanggan, akan ada tanda centang biru di foto PSK tersebut.

Sebagai muncikari besar di rusun Palembang, Mami RA selalu memantau lokasi esek-esek anak asuhnya dengan menggunakan kendaraan roda empat. Bahkan dia punya supir dan asisten pribadi, yang menemaninya saat mengunjungi beberapa lokasi prostitusi di Palembang.

Mami RA juga membeli belasan unit rumah di rusun, yang dibuka untuk para anak asuhnya melayani tamunya. Kamar tersebut juga bisa disewa PSK lain dengan tarif Rp50.000 untuk pelayanan singkat dari PSK.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menjerat Warga Lokal

Bisnis prostitusi yang dibangun Mami RA, turut berdampak pada warga sekitar. Banyak warga rusun yang direkrutnya menjadi tukang antar PSK atau akrab disapa anjelo (antar jemput lonte), bahkan ada yang menjadi pengawalnya, yang lebih akrab dipanggil centeng.

“Di beberapa blok rusun, ada anak buah saya yang menjaga di lantai bawah dan di sekitar blok. Jika ada orang yang mencurigakan masuk ke blok tersebut, bisa langsung terpantau. Begitu juga dengan pelanggan yang mau mencari PSK di blok rusun saya,” ujarnya.

Dari bisnis penyedia PSK tersebut, Mami RA bisa mengantongi Rp30 jutaan per bulannya. Dia juga kerap membagikan uangnya ke para PSK veteran, yang sudah tidak produktif melayani pelanggan.

Dari orang kepercayannya, Liputan6.com juga berhasil mengorek informasi dari NA, salah satu PSK asal Tasikmalaya. NA sendiri merupakan anak asuh Mami AT yang sudah enam tahun berpraktik di Palembang.

Awalnya dia diajak temannya untuk mencari pekerjaan di Palembang. Lalu NA dibawa ke Rusun 26 Ilir Palembang dan dipertemukan dengan Mami AT. NA sempat menolak jika harus bekerja sebagai PSK, bahkan dia pernah mencoba melarikan diri.

3 dari 3 halaman

Kisah PSK Palembang

“Dulu saya sempat mau melarikan diri, tapi sangat sulit jika sudah dipegang sama mami. Tidak bisa keluar, bingung juga mau kabur ke mana,” ucap wanita berusia 21 tahun ini.

Karena tuntutan ekonomi, apalagi dia mempunyai satu orang anak hasil dari pernikahannya, NA akhirnya benar-benar menceburkan diri ke dunia prostitusi. Dia juga memilih tinggal di rusun, karena biaya sewa kamar lebih murah dan lokasi berada di tengah Kota Palembang.

Dia merasa betah menjadi PSK di Kota Palembang, karena mudah mendapatkan uang dari bisnis prostitusi tersebut. Apalagi banyak para pelanggan, yang lebih menyukai PSK asal Jabar dibandingkan perempuan asli Sumsel.

“Kalau di sini, saya dengan mudah dapat uang dan bisa kirim uang dengan jumlah besar ke orangtua tanpa mereka tahu pekerjaan saya. Kalau jadi PSK di Tasikmalaya, saingan berat dan harganya juga murah. Di sini enak, pelanggan malah lebih suka sama cewek-cewek Bandung,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.