Sukses

Harga Cabai di Bandung Melejit Rp140 Ribu per Kilogram, Emak-Emak Resah

Naiknya harga cabai rawit menyisakan keresahan tak hanya bagi pembeli tapi juga pedagang. Pasalnya, Modal yang dikeluarkan harus berlipat

Liputan6.com, Bandung - Lonjakan harga cabai rawit di Kota Bandung diprediksi berangsur turun akhir Maret. Namun, pada pekan terakhir ini harga cabai ternyata masih saja menanjak.

Misalnya, di Pasar Kosambi harga satu kilogram cabai rawit menembus Rp140 ribu. Padahal, dua pekan sebelumnya, masih di jongko sayur yang sama, satu kilogram cabai rawit tercatat di Rp120 ribu per kilogram.

"Hati ini (harga cabai rawit) Rp 140 ribu (perkilogram)," kata seorang pedagang di Pasar Kosambi, Bella (23), kepada Liputan6.com, Selasa (23/3/2021).

Bella melanjutkan, harga itu akan lebih mahal lagi jika pelanggan membeli secara eceran di bawah satu kilogram. "Kalau seons harganya Rp15 ribu," ucap Bella.

Naiknya harga cabai rawit memicu keresahan tak hanya bagi pembeli yang didominasi ibu rumah tangga, tapi juga pedagang. Pasalnya, Modal yang dikeluarkan harus berlipat.

Mereka akhirnya khawatir jika cabainya tak laku lalu busuk. Ujungnya, modal kandas tak berbalik.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Musim Tanam Tertunda

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengembangan E-Commerce, Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Bandung, Meiwan Kartiwa membenarkan adanya kenaikan harga tersebut.

"Memang ada kenaikan lagi di Rp130 - Rp140 ribu. Daerah lain pun mengalami kenaikan karena memang stoknya kurang sementara permintaan tetap," kata Meiwan.

Menurut Meiwan, kenaikan harga dipicu oleh kelangkaan stok akibat mundurnya masa panen. Adapun, tertundanya masa panen menyebutkan mundurnya masa tanam.

Meiwan menambahkan, pasokan cabai rawit di Kota Bandung kini hanya diterima dari Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut.

"Akhir Maret atau awal April, kemungkinan besar (harga) turun karena masa panen di daerah Jawa," katanya.

Disinggung terkait upaya stabilisasi harga, Meiwan mengatakan, pihak Disdagin hingga kini masih melakukan monitoring atau pengecekan harga.

"Memang terkait pasokan yang kurang, masalahnya ada di suplai. Karena urusan suplai, maka ranahnya ada di dinas yang lain, karena itu kan terkait masalah penanaman," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.