Sukses

11 Hari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Membara, Lebih 100 Hektare Lahan Terbakar

Kebakaran lahan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil masih berlangsung karena petugas kesulitan mendapatkan sumber air dan lokasi sulit ditempuh.

Liputan6.com, Pekanbaru - Kebakaran lahan di Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, masih terjadi. Petugas dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau masih berusaha memadamkan satu titik api di lokasi yang merupakan zona inti dari Cagar Biosfer.

Kepala BBKSDA Riau Suharyono menyebut belum menghitung luasan lahan terbakar dari tiga titik api yang ditemukan di kawasan paru-paru dunia itu. Pasalnya, petugas masih fokus menjinakkan api di lahan gambut itu dengan peralatan terbatas.

"Kalau perkiraannya lebih dari 100 hektare, sudah lewat dari 11 hari kebakaran lahan di sana," kata Suharyono di Pekanbaru.

Suharyono menjelaskan, lamanya pemadaman karena akses di lokasi sangat jauh. Petugas masuk ke lokasi memakai sepeda motor hingga puluhan kilometer dan sulit memobilisasi peralatan.

Sampai di titik api, petugas masih menemukan kesulitan lain. Salah satunya adalah sumber air yang sangat sulit didapatkan.

"Kemudian jangkauan titik api itu sangat luas, sulit dicapai," kata Suharyono.

Suharyono menyebut tiga titik api di sana saling berkaitan. Dua di antaranya sudah dipadamkan dan masih pendinginan.

Satu titik api lagi sulit dijangakau meskipun petugas sudah menyambung pipa ataupun selang cukup panjang. Akhirnya, petugas hanya melokalisir satu titik sisa ini agar tak merembet ke lahan lainnya.

Suharyono menyebut lokasi kebakaran merupakan semak belukar. Tidak ada pohon tinggi karena didominasi tanaman kantong semar.

"Lokasi merupakan habitat kantong semar, banyak yang terbakar," kata Suharyono.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gambut Kering

Di sisi lain, lahan di Giam Siak Kecil didominasi gambut. Seperti biasa, gambut di hutan kalau musim hujan selalu kebanjiran dan mengering kalau musim kemarau.

"Itu sangat kering sehingga api bisa muncul kalau dipantik," kata Suharyono.

Gambut ini juga menjadi kendala bagi petugas. Berjalan di atasnya, apalagi memobililasi peralatan, sangat menguras energi.

"Berjalan di atas gambut itu susah, apalagi kedalamannya sampai dua meter," kata Suharyono.

Suharyono berharap pemadaman di sana dibantu oleh helikopter water bombing. Pasalnya, prajurit TNI dan Polri tidak dikerahkan di sana karena di luar kawasan itu juga sedang terbakar hebat.

"Kemarin helikopter ada kendala, mudah-mudahan bisa teratasi dan membantu pemadaman," imbuh Suharyono.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.