Sukses

Gizi Buruk, Ancaman Serius Penyandang Disabilitas di Kecamatan Termiskin di Musi Banyuasin

PPDI Musi Banyuasin Sumsel mendata ada ratusan warga miskin di Musi Banyuasin Sumsel yang menyandang disabilitas.

Liputan6.com, Palembang - Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) menyumbang angka penyandang disabilitas yang cukup tinggi, yang tersebar di 15 kecamatan di Musi Banyuasin.

Seperti dilansir dari data Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Musi Banyuasin Sumsel, total penyandang disabilitas per tahun 2020 sebanyak 1.584 orang dari 15 kecamatan di Musi Banyuasin.

Ada enam kecamatan dengan jumlah penyandang disabilitas terbanyak. Yaitu Kecamatan Sekayu sebanyak 276 orang, 244 orang di Kecamatan Keluang dan 114 orang di Kecamatan Plakat.

Lalu, 103 orang di Kecamatan Lawang Wetang, 98 orang di Kecamatan Sungai Lilin dan 85 orang di Kecamatan Lais Musi Banyuasin Sumsel.

Pengurus PPDI Musi Banyuasin Candra Wijaya mengatakan, sudah dua tahun terakhir PPDI Musi Banyuasin sudah mulai eksis, dengan memperjuangkan hak-hak para disabilitas, seperti sosial, kesehatan hingga ekonomi.

“Ada sebagian masyarakat penyandang disabilitas yang memprihatinkan, terutama Tunadaksa. Banyak yang mengalami polio dan kekurangan gizi, karena faktor ekonomi. Terlebih banyak jangkauan wilayah mereka jauh dari perkotaan, sehingga dirawat seadanya saja,” ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (3/3/2021).

Beberapa waktu lalu, tim PPDI Musi Banyuasin mengevakuasi bocah laki-laki berusia 4 tahunan di Kecamatan Sekayu. Bocah tersebut mengalami polio dan gizi buruk, karena hidup di bawah garis kemiskinan.

Saat dievakuasi, kedua kaki bocah tersebut lebih kecil dari bocah normal, kondisi tubuhnya kurus dan terlihat kurang gizi. Tim PPDI Musi Banyuasin Sumsel langsung membawa ke Rumah Sakit (RS) Sekayu Musi Banyuasin.

Hafiz Alfangky, pengurus divisi Humas PPDI Musi Banyuasin menambahkan, dari data di seluruh kecamatan di Musi Banyuasin, ada dua kecamatan yang paling menyorot perhatian. Yaitu Kecamatan Sekayu dan Lais.

“Kecamatan Sekayu terbanyak penyandang tunadaksa, sedangkan Kecamatan Lais ini yang masuk enam besar, merupakan kecamatan termiskin di Musi Banyuasin. Di 2 kecamatan ini, terbanyak penyandang Tuna Daksa dengan gizi buruk,” katanya.

Menurutnya, masih banyak anak-anak penyandang tunadaksa yang masih mengalami kekurangan gizi, karena kehidupannya berada di bawah kemiskinan. Kondisi diperparah dengan banyak yang belum terdaftar, dalam kartu disabilitas dan bantuan-bantuan lainnya di Musi Banyuasin Sumsel.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kecamatan Termiskin

Kebanyakan para orangtua penyandang tunadaksa di dua kecamatan tersebut, berprofesi sebagai kuli serabutan. Ada yang bekerja sebagai penyadap karet, pencari ikan dan lainnya.

“Penghasilan mereka juga rendah, banyak yang tidak tamat sekolah, apalagi mereka juga tidak bisa bekerja di sektor yang lebih tinggi,” katanya.

Kepala Bappeda Musi Banyuasin Iskandar membenarkan, jika Kecamatan Lais dan Sekayu masuk dalam kecamatan termiskin di Musi Banyuasin.

Diungkapkannya, ada beberapa faktor yang menyebabkan dua kecamatan tersebut masuk dalam daftar jumlah penduduk termiskin terbanyak. Seperti di Kecamatan Lais, yang masyarakatnya bergantung di komoditi karet yang tidak produktif lagi.

“Kecamatan Lais yang paling tinggi kemiskinan. Ada pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan di daerah tersebut. Jadi memang edit value belum bertambah. Apa yang ditangkap , itu yang dijual,” katanya.

3 dari 3 halaman

Angka Kemiskinan Menurun

Kendati Kecamatan Lais lebih dekat dengan Kota Palembang dibandingkan Kecamatan Sanga Desa Musi Banyuasin, namun kemiskinan masih cukup tinggi. Menurutnya, ada sumber komoditi yang harus diperbaiki, sehingga pendapatan per kapita meningkat.

Sedangkan di Kecamatan Sekayu, persolaannya bukan di komoditi. Kemungkinan terdampak penurunan pendapatan sejak pandemi Covid-19. Serta kemampuan daya saing mereka masih sulit disbanding pendatang.

Dia mengakui juga, ada masalah dalam transportasi dan konektivitas. Namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muba berupaya untuk mengintegrasikan konektivitas di Muba, sehingga tidak ada perbedaan harga komoditi yang cukup tinggi.

“Proses penurunan angka kemiskinan di Musi Banyuasin cukup besar. Dari 2007 hingga 2021 ini menurun, dari 33 persen menjadi 16,31 persen. Pemerintah tetap berupaya untuk penurunan angka kemiskinan,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.