Sukses

Kisah Dosen Unpad Olah Limbah Rumah Makan Sunda Jadi Pakan Ikan

Limbah organik khususnya dari limbah rumah makan akan menjadi persoalan jika tidak dikelola secara baik.

Liputan6.com, Bandung - Limbah organik khususnya dari limbah rumah makan akan menjadi persoalan jika tidak dikelola secara baik. Di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Yuli Andriani berupaya mengurangi pencemaran lingkungan dengan mengolah limbah tersebut menjadi pakan ikan.

Yuli sendiri merupakan Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran. Ia menaruh perhatian pada kegiatan rumah makan yang kerap menghasilkan limbah yang banyak setiap harinya.

Berdasarkan pengumpulan data pada kegiatan PPM-ALG terintegrasi KKNM 2018-2019 atau sebelum pandemi, diketahui setidaknya terdapat 150 kilogram sampah organik per hari dari 50 rumah makan di kawasan Jatinangor.

"Berbekal informasi tersebut, saya memiliki ide bagaimana bila limbah yang melimpah itu diolah menjadi pakan ikan," kata Yuli dikutip dari laman resmi Unpad, Selasa (23/2/2021).

Limbah rumah makan sendiri memiliki nilai protein yang rendah karena sebagian besar komponennya adalah nasi yang mengandung karbohidrat, sayuran, dan tulang. Untuk meningkatkan nilai gizinya, Yuli pengolahan limbah dengan menggunakan teknik fermentasi. Hasilnya pun telah diujicobakan pada berbagai jenis ikan untuk melihat kesesuaian penggunaan pakan ikan yang dihasilkan.

Adapun limbah yang diambil untuk penelitian ini berasal dari 10 rumah makan sunda di kawasan Jatinangor. Rumah makan yang menyajikan makanan dengan banyak santan dan bumbu pekat tidak disertakan dalam penelitian ini karena akan berpengaruh pada proses pengolahan awal dan kandungan lemak yang terlalu tinggi.

Yuli menjelaskan, lemak adalah komponen nutrisi yang harus dikurangi dalam pakan ikan karena memiliki energi yang besar dan dapat menyebabkan bau tengik selama penyimpanan (rancidity).

"Syarat limbah adalah limbah yang masih segar, diambil harian, sehingga mencegah kontaminasi mikroorganisme patogen. Limbah disortir, dibersihkan dan difermentasi menggunakan probiotik dengan inkubasi selama 7 hari,” ujar Yuli.

Hasil fermentasi dari bahan tersebut kemudian dikeringkan dan dibuat tepung. Selanjutnya, tepung ini diformulasikan dengan bahan pakan lain sehingga kandungan proteinnya sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan dibudidayakan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pakan Ikan Mengandung Nutrisi

Menurut Yuli, produk pakan yang diolah dengan teknik fermentasi ini memiliki nilai nutrisi yang baik karena mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi akan meningkatkan protein dan menurunkan serat kasar dalam bahan.

Selain itu, kata dia, produk ini dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Karena sebelumnya telah diolah atau dimasak, limbah rumah makan memiliki struktur yang sederhana untuk dicerna ikan.

Proses fermentasi pun akan lebih lanjut menguraikan ikatan-ikatan kompleks dalam limbah, sehingga kecernaannya akan semakin meningkat. Produk ini juga dinilai dapat menjadi sumber pakan yang murah dan ekonomis karena berbasis pemanfaatan limbah yang tidak digunakan lagi oleh manusia.

“Pakan berbasis pemanfaatan limbah rumah makan cocok diberikan pada jenis-jenis ikan yang memiliki rentang toleransi yang tinggi terhadap variasi jenis pakan, misalnya jenis-jenis ikan omnivora seperti ikan lele, ikan nila, dan akan diujikan juga pada ikan mas, gurame, dan patin,” kata Yuli.

Adapun penelitian ini didanai melalui skema Penelitian Penelitian Terapan Perguruan Tinggi (PTUPT) dari Kemenristekdikti sejak tahun 2019, dan saat ini memasuki tahun ke-3. Penelitian ini juga dipayungi oleh Penelitian ALG yang diketuai Profesor Risdiana, mengenai Biomaterial sejak tahun 2019 sampai saat ini.

Yuli mengungkapkan, penelitian ini telah mencapai tiga hal. Pertama, tersedianya informasi tentang karakteristik bahan pakan ikan dari limbah rumah makan yang diolah dengan teknik fermentasi, baik secara fisik, kimia dan biologi.

Kedua, telah dilakukan feeding trial pada beberapa jenis ikan yang masih akan berlangsung pada tahun 2021. Ketiga, dilakukannya penyempurnaan alat dan metode yang digunakan dalam proses fermentasi limbah.

"Berdasarkan hasil penelitian sejauh ini, produk masih harus melewati beberapa pengujian sebelum akhirnya dapat diproduksi secara massal dan dipasarkan," ujarnya.

Penelitian ini juga melibatkan sejumlah mahasiswa Sarjana dan Magister FPIK Unpad. Hasil penelitian pun telah disinergikan dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yang melibatkan Biomethagreen Rumah Edukasi sebagai mediator antara terhadap masyarakat Tanjungsari tentang cara membuat pakan ikan dari limbah rumah tangga.

"Harapan saya hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan limbah yang ada di sekitar menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat," ujar dosen yang menekuni bidang budidaya perikanan ini.

Lebih lanjut, Yuli mengatakan bahwa ke depannya tidak tertutup kemungkinan penelitian ini dimanfaatkan lebih jauh dalam bidang lain, seperti untuk kompos ataupun biogas.

"Dengan mengembangkan konsep pemanfaatan seperti ini, masyarakat tidak hanya akan mendapatkan keuntungan secara ekonomis namun juga membantu meringankan beban lingkungan dari pencemaran akibat limbah domestik/sisa makanan," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.