Sukses

Teka-Teki Raibnya Luweng Penangkal Banjir di Wonogiri, Orang Pintar Dikerahkan

Dalam ilmu geomorfologi, luweng merupakan bentang lahan di wilayah bukit karst. Luweng berfungsi sebagai penampung air, sehingga sangat perlu dilestarikan untuk menanggulangi bencana banjir

Wonogiri - Sejumlah mulut luweng yang berada di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, hilang secara misterius. Padahal, keberadaan luweng tersebut amat penting untuk menanggulangi bencana banjir.

Pada Desember 2019 lalu, BPBD Wonogiri getol menggelar patroli sekitar luweng di wilayah perbukitan sisi selatan. Sebenarnya apa fungsi luweng?

Luweng merupakan sumur di dalam gua, khususnya pegunungan karst. Dalam ilmu geomorfologi, luweng merupakan bentang lahan di wilayah bukit karst. Luweng berfungsi sebagai penampung air, sehingga sangat perlu dilestarikan untuk menanggulangi bencana banjir.

Sayangnya, selama ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui fungsi luweng. Padahal, luweng merupakan wilayah resapan air yang terbentuk secara alami. Tetapi akibat ketidaktahuan masyarakat, lubang tadah air ke jalur perut Bumi ini sering kali beralih fungsi sebagai tempat sampah. Alhasil, pihak BPBD Wonogiri begitu giat melakukan patroli luweng, apalagi di musim penghujan.

Mengutip Solopos.com, Jika tempat resapan air alami ini tersumbat, maka wilayah perbukitan yang biasanya aman bisa saja tergenang banjir. Mulut luweng harus bersih dari segala sumbatan seperti sampah, daun dan ranting kering, batu, maupun tanah.

Dihimpun dari berbagai sumber, Minggu (14/2/2021), pada prinsipnya luweng merupakan saluran pembuangan air yang tercipta secara alami. Ketika luweng tersumbat, maka aliran air tertahan sehingga tidak bisa mengalir lancar, bahkan menggenangi kawasan sekitarnya.

Luweng atau dalam bahasa lain disebut sinkhole biasa terbentuk di daerah yang batuan dasarnya berupa batu gamping. Lubang ini terbentuk akibat retakan yang terjadi karena rembesan air. Lubang terbentuk karena batu gamping lebih mudah larut dalam air.

Adanya aliran di bawah tanah itu menyebabkan munculnya rongga batu gamping (di pegunungan karst) karena di bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai. Proses ini berlangsung terus menerus sehingga akhirnya membentuk lubang yang cukup besar di permukaan tanah.

Kedalaman lubang ini pun bervariasi, ada yang mencapai 100 meter. Namun, mulut luweng bisa saja tertutup karena proses erosi dan deposisi yang sering kali tidak disadari manusia, sehingga menghilang seperti ditelan bumi.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pencarian dan Penyelamatan Luweng

Luweng di Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah, diperkirakan telah hilang sejak puluhan tahun lalu. Hal tersebut disampaikan Kepala Desa Joho, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Samrawi, berdasarkan keterangan orang pintar atau sesepuh desa setempat.

“Para sesepuh bilang kalau di lokasi yang kami keruk itu dulunya ada luweng. Karena saat ini sudah tertutup, maka dilakukan pengerukan. Agar saat hujan turun, airnya bisa masuk ke luweng itu,” ungkap dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu (10/2/2021).

Ia mengatakan, ada dua luweng di Dusun Joho Kidul yang dicari guna mengatasi banjir di daerah tersebut. Kedalamannya sudah mencapai tiga meter lebih. Namun belum ada tanda-tanda ditemukan.

“Di sini setiap hari hujan. Jadi sulit juga, karena kalau hujan proses pencarian dihentikan,” ujar dia.

Kesulitan mencari mulut luweng tersebut dibenarkan Camat Pracimantoro, Wonogiri, Warsito. Dia mengatakan pencarian dilakukan di Dusun Dompol, Desa Petirsari, dan Dusun Joho Kidul, Desa Joho.

Warsito menambahkan, pencarian diawali di Dusun Dompol dengan melakukan pengerukan tanah sedalam tujuh meter.

“Di lokasi itu pencarian diberhentikan. Karena pengerukan sudah berlangsung selama lima hari dan kedalamannya sudah mencapai tujuh meter. Namun tetap saja luweng tidak bisa ditemukan,” kata dia.

Pencarian mengalami kendala karena cuaca di lokasi yang selalu diguyur hujan. Pencarian luweng di Pracimantoro, Wonogiri, pun akhirnya dihentikan.

Warsito, mengatakan pihaknya membuat solusi kedua untuk menangani banjir di daerah itu setelah luweng tak kunjung ditemukan. Solusi yang diterapkan dengan cara membuat saluran untuk membuang air hujan dari permukiman warga menuju luweng yang masih berfungsi.

Di Dusun Dompol, saluran pembuangan air hujan diarahkan ke barat. Di sebelah barat Dompol, berjarak 150 meter terdapat luweng yang masih berfungsi. Sedangkan di Dusun Joho Kidul dibuat saluran yang mengarah ke selatan atau Dusun Jatiharjo. Di sana ada luweng yang berfungsi, jaraknya sekitar 200 meter.

Sejumlah orang pintar alias sesepuh desa dikerahkan membantu pencarian tiga mulut luweng di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Keberadaan luweng itu sangat penting untuk mengatasi banjir yang setiap tahun wilayah tersebut.

 

 

3 dari 3 halaman

Raib Puluhan Tahun

Namun, sampai saat ini pencarian tersebut belum membuahkan hasil. Camat Pracimantoro, Wonogiri, Warsito, mengatakan pencarian satu mulut luweng berada di Dusun Dompol, Desa Petirsari dan dua mulut luweng di Dusun Joho Kidul, Desa Joho.

Pencarian di tempat itu sudah dilakukan sejak pekan lalu. Awalnya, kata Warsito, pencarian luweng dilakukan di Dusun Dompol, Wonogiri.

"Di lokasi itu pencarian diberhentikan. Karena pengerukan sudah berlangsung selama lima hari dan kedalamannya sudah mencapai tujuh meter. Namun tetap saja luweng tidak bisa ditemukan," kata dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu (10/2/2021).

Ia mengatakan, kondisi serupa juga terjadi di Desa Joho. Dalam waktu tiga hari dengan kedalaman yang sudah dikeruk hingga lima meter, mulut luweng belum juga ditemukan. Proses pengerukan juga terkendala dengan cuaca di lokasi yang selalu turun hujan setiap harinya.

Warsito menuturkan, lokasi atau titik pencarian mulut luweng itu berdasarkan keyakinan serta arahan dari para sesepuh di desa itu.

"Para sesepuh di desa itu dulu mengetahui bahwa di lokasi pencarian itu dulu terdapat luweng. Namun seiring berjalannya waktu, lobang luweng tertutup," ungkap dia.

Ia mengatakan, kondisi serupa juga terjadi di Desa Joho. Dalam waktu tiga hari dengan kedalaman yang sudah dikeruk hingga lima meter, mulut luweng belum juga ditemukan. Proses pengerukan juga terkendala dengan cuaca di lokasi yang selalu turun hujan setiap harinya.

Warsito menuturkan, lokasi atau titik pencarian mulut luweng itu berdasarkan keyakinan serta arahan dari para sesepuh di desa itu.

"Para sesepuh di desa itu dulu mengetahui bahwa di lokasi pencarian itu dulu terdapat luweng. Namun seiring berjalannya waktu, lobang luweng tertutup," ungkap dia.

Menurut dia, dalam proses pencarian mulut luweng juga mendatangkan atau mengundang orang pintar (sesepuh) di sekitar desa itu. Tujuannya agar mulut luweng di Pracimantoro, Wonogiri, cepat ditemukan. Namun, usaha itu juga belum membuahkan hasil.

Kesulitan yang sama juga dialami warga Desa Joho. Kepala Desa Joho, Pracimantoro, Wonogiri, Samrawi, mengatakan, menurut para sesepuh di desa luweng yang tengah dicari itu sudah hilang sejak puluhan tahun lalu.

"Para sesepuh bilang kalau di lokasi yang kami keruk itu dulunya ada luweng. Karena saat ini sudah tertutup, maka dilakukan pengerukan. Agar saat hujan turun, airnya bisa masuk ke luweng itu," ungkap dia.

Dapatkan berita menarik Solopos.com lainnya, di sini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.