Sukses

Tentang Suku Togutil Halmahera Viral Saat Kehidupannya Terancam

Kelompok warga yang masuk ke hutan itu diduga merupakan kelompok kaplingan hutan yang suka menjual lahan hutan ke pihak perusahaan.

Liputan6.com, Maluku - Penampakan Suku Togutil atau yang akrab dikenal di Maluku Utara dengan sebutan Suku Tobelo Dalam yang mendiami Hutan Pulau Halmahera kembali viral setelah terekam kamera di wilayah Sungai Waijoi, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, beberapa waktu lalu.

Dalam rekaman video yang viral itu tampak beberapa warga sedang menyeberangi sungai, namun tiba-tiba seorang pria yang merupakan penghuni hutan dari Suku Tobelo Dalam mencoba keluar dan melarang orang luar itu tidak mendekati wilayah mereka.

"Suku Tobelo Dalam ini adalah kelompok Ohongana Manyawa. Mereka ini sering juga turun di Walaino dan Dusun Waya," kata Ketua PD Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN Halmahera Timur, Udin Abubakar, ketika dihubungi Liputan6.com, Sabtu 23 Januari 2021.

Menurut informasi rekan-rekan AMAN yang ada di Minamin dan Waijoi menyebutkan, kelompok warga yang masuk ke hutan itu diduga merupakan kelompok kaplingan hutan yang suka menjual lahan hutan ke pihak perusahaan.

"Sekilas di video itu memang benar ada tampak Suku Tobelo Dalam yang memanah seorang warga yang melintas di sungai. Namun yang namanya Suku Tobelo Dalam ini kan mereka kalau tidak diganggu, tidak akan melakukan hal yang demikian. Mereka ini bereaksi jika mereka merasa terancam saja. Apalagi itu orang luar yang masuk," jelas Pengurus AMAN Maluku Utara, Supriyadi Sawai, ketika dikonfirmasi melalui telepon, Sabtu malam WIT.

Suku Tobelo Dalam yang mendiami hutan di daratan Pulau Halmahera selama ini tidak pernah terdengar membuat keributan dengan orang lokal yang berkebun di dekat hutan.

"Bahkan sebagian dari Suku Tobelo Dalam ini sudah keluar masuk dengan orang lokal di desa dan melakukan komunikasi dengan warga desa sekitar," imbuh Supriyadi.

Sukur Tobelo Dalam ini adalah Kelompok Ohongana Manyawa. Penyebutan ini sangat akrab untuk mereka dari Suku Tobelo Dalam yang punya pola hidup nomaden di wilayah hutan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyebaran Ohongana Manyawa

Suku Tobelo Dalam atau Kelompok Ohongana Manyawa ini memiliki penyebaran di beberapa wilayah hutan daratan Pulau Halmahera. Yang sudah banyak ditemukan berada di Dusun Rai Tukur-Tukur dan Dodaga wilayah Wasile Timur, kawasan hutan Halmahera bagian Timur, hutan dekat Taman Nasional Aketajawe Lolobata, dan Akejira di Halmahera Tengah.

Dari sebaran suku ini, yang sudah mulai akses keluar masuk dengan warga lokal di sana berada di wilayah sebagian Wasile, Taman Nasional Aketajawe Lolobata, dan Akejira. Bahkan yang di Taman Nasional Aketajawe Lolobata sebagian sudah memiliki ponsel.

"Yang masih liar itu yang di sebagian Halmahera Timur. Hanya saja kelompok ini punya sebarannya banyak. Kalau di luar itu, sebagian besar sudah keluar masuk dengan orang lokal, bahkan sebagian sudah dengan ponsel dan bisa naik motor," lanjut Supriyadi.

Bahkan beberapa Suku Tobelo Dalam ini ketika kita ke Halmahera Timur melalui jalur darat dari Sofifi menuju Maba, ibukota Halmahera Timur, pun tampak beberapa orang suku yang keluar ke jalan raya menyapa warga yang melintas dengan kendaraan roda dua atau empat.

"Kalau di video yang viral, itu wilayah Halmahera Timur. Mereka ini yang masih sangat liar. Ini kalau dilihat karena mereka merasa terganggu saja dengan orang luar yang masuk. Ini kami (AMAN) menduga ada kaitannya dengan ekspansi sumber daya alam," tambahnya.

Supriyadi berharap, para pihak dari luar yang ingin mengakses wilayah hutan tempat Komunitas Ohongana Manyawa ini berada agar bisa lebih menghargai kehidupannya.

Kehidupan Suku Tobelo Dalam hanya bergantung dengan hutan. Kalau hutannya bagus mereka akan bertahan di situ. Mereka ini bertahan hidup hanya dari sungai dan berburu.

"Prinsipnya kami mengajak agar lebih menghargai mereka sebagai manusia. Meski pun mereka sangat terbelakang, tapi itu pola kehidupan mereka. Paling tidak hargailah mereka, ada batas-batas yang tidak bisa masuk, jangan masuk. Mana yang memang bisa ya silakan, tapi yang tidak bisa ya terus diganti jangan dipaksakan," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.