Sukses

Mengurai Benang Kusut Kesemrawutan Pasar Ciawitali Garut

Selain bangunan lama, kehadiran PKL yang menghabiskan bahu jalan, membuat pasar induk Ciawitali Garut terlihat semrawut.

Liputan6.com, Garut - Sebagai fasilitas publik kebanggaan warga Garut, Jawa Barat, keberadaan pasar induk Ciawitali justru terlihat mengganggu ketertiban umum.

Hadirnya Pedagang Kaki Lima (PKL) pasar yang dibiarkan semrawut, membuat akses transportasi pasar menjadi tersendat.

Yedi, salah seorang pemilik kios di pasar Induk Ciawitali Garut menyatakan, kondisi kumuh pasar Ciawitali, sudah berlangsung lama tanpa ada perbaikan.

"Coba lihat sekarang, 75 persen bahu jalan di pake PKL dengan kondisi kios semi permanen," ujarnya dalam curhatannya kepada Liputan6.com, Selasa (19/1/2021).

Menurutnya, kesemrawutan pasar merupakan bentuk minimnya komitmen pemerintah daerah (pemda) Garut, untuk melakukan penataan pasar lebih manusiawi.

"Coba kalau aturan ditegakkan, mereka para PKL jelas melanggar, berjualan silahkan tapi jangan mengganggu akses umum," ujar dia berang.

Menjamurnya PKL serta buruknya akses jalan dan drainase, menyebabkan kondisi pasar terlihat kumuh, sehingga membuat tidak nyaman pelaku usaha dan warga.

"Pokoknya kalau subuh atau pagi, jangan berharap kendaraan logistik bisa masuk," dia mengingatkan.

Tumpahan warga untuk mendapatkan barang yang diinginkan di pasar, tidak sebanding dengan keberadaan akses dan fasilitas pasar, sehingga kerap menimbulkan kemacetan.

"Biasanya kendaraan baru bisa melintas sekitar pukul 10 pagi atau bahkan di atas jam 12 siang," dia menegaskan.

Memang curhatan Yedi beralasan, saat Liputan6.com menyambangi pasar, sekitar 75 bahu jalan tertutup deretan kios semi permanen milik PKL. Kondisi itu semakin parah dengan buruknya penataan parkir kendaraan yang masuk.

Bahkan, munculnya genangan air setelah hujan, semakin menegaskan perlunya penataan pasar yang lebih baik. "Padahal, tiap hari kami membayar restribusi hingga dua kali, namun mana hasilnya," dia mengkritik.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membandel

Hal senada disampaikan, Dian, pedagang pasar lain. Menurutnya, kondisi pasar yang tak terawat, mengganggu pembeli yang datang.

"Kadang pembeli bertanya mau sampai kapan pasar tetap becek seperti ini," ujar dia menirukan curhatan pembeli kepadanya.

Yedi menyatakan, sejak pertama kali dibuka 1986 silam, kondisi pasar induk Ciawitali memang belum pernah tersentuh perbaikan. Mayoritas kios yang ada saat ini, merupkan bangunan lama.

"Kalau mau ditata sekalian dioptimalkan dengan penataan PKL-nya," kata dia.

Berdasarkan informasi yang beredar, mayoritas PKL saat ini, merupakan pedagang lama yang berada di blok dalam pasar induk. Mereka sengaja membuat lapak baru semi permanen di bahu jalan, untuk menggaet pembeli.

Sementara, kios yang mereka tempati, akhirnya berubah menjadi gudang penyimpanan. "Saya harap pemda bisa melakukan penertiban, sebab bagi kami pemilik kios jelas terganggu," ujarnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Ciawitali Garut Astuti Mulyasari menyatakan, penertibkan para PKL yang berdagang saat ini bukan perkara mudah. "Sebenarnya kios blok pemadam itu untuk merelokasi pedagang PKL, tetapi tetap saja sulit diatur," kata dia.

Menurutnya, PKL yang datang tidak hanya merupakan pedagang baru, tetapi berasal dari pedagang lama yang telah memiliki kios sebelumnya.

"Misal orangtuanya berjualan di kios, anaknya jualan di PKL, sehingga sulit ditertibkan," ujar dia.

Beberapa kali imbauan, peringatan, hingga ancaman pemberian denda tidak menyurutkan dan membuat para PKL jera untuk tidak berjualan di bahu jalan.

"Mungkin memerlukan koordinasi lintas sektoral untuk menertibkan para PKL saat ini," ujar dia.

Ihwal kelayakan pasar Ciawitali yang belum pernah direnovasi, Astuti mengaku jika sejak lama pemda Garut berencana melakukan renovasi pasar, namun kerap mendapatkan penolakan dari para pedagang pasar.

"Sebenarnya 2021 ada rencana renovasi, tapi kembali ditolak pedagang hingga mereka demo ke DPRD," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.