Sukses

Tunda Evakuasi Selama Pandemi, BKSDA Sulteng Khawatir Ada Klaster Buaya Berkalung Ban

Buaya berkalung ban yang akhir-akhir ini kerap memperlihatkan dirinya di sungai sekitaran Jembatan II, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kota Palu memberikan pertanyaan besar bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

Liputan6.com, Sulteng - Buaya berkalung ban yang akhir-akhir ini kerap memperlihatkan dirinya di sungai sekitaran Jembatan II, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kota Palu memberikan pertanyaan besar bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

Bahkan, sebagian dari masyarakat ada yang berspekulasi bahwa kemunculan reptil jumbo itu, sebagai isyarat bagi manusia untuk menolong dia dari jeratan ban itu.

Bahkan, kemunculanya yang tidak biasa ini ada yang mengaitkan dengan bencana yang bakal terjadi di daerah itu. Hal tersebut terlihat dari perilaku buaya yang tidak lagi takut dengan manusia meskipun didekati.

Sebelumnya, hewan melata yang terlilit ban di lehernya ini sempat populer saat ingin diselamatkan, bahkan ia seketika menghilang semenjak upaya proses penyelamatan itu dilakukan oleh pihak BKSDA dan seorang ahli reptil dari Australia, Matt Wright.

"Lama menghilang, namun kali ini dia muncul dengan tubuh yang lebih gemuk. Namun yang tidak biasa dengan buaya ini tidak takut ketika didekati," kata Harnani Pakaya warga Sulteng.

"Biasanya, waktu upaya penyelamatan kemarin, buaya itu meski belum didekati dia langsung kabur ketika mengetahui ada yang mendekat," katanya.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Begini Kata BKSDA

Sementara Kepala Seksi Wilayah Konservasi 1 BKSD Sulteng Haruna mengatakan, meskipun buaya itu sering menampakan diri, pihaknya belum punya rencana melakukan upaya penyelamatan terhadap buaya itu, sebab saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19.

"Belum ada rencana, ngapain urus buaya itu kalau pada akhirnya kita yang kena corona," kata Haruna.

Haruna khawatir ketika pihaknya akan melakukan upaya penyelamatan pada buaya itu justru memicu kerumunan orang yang ingin menonton langsung. Hal ini berkaca dari pengalaman saat proses penyelamatan awal yang jadi tontonan banyak warga.

"Menunggu pandemi ini berakhir dulu, baru kita eksekusi lagi," ujarnya.

Haruna mengungkapkan, bahwa buaya malang itu masih dalam keadaan sehat. Tubuh buaya yang semakin gemuk memperlihatkan bahwa ia tidak terlihat sesak dan sakit.

"Siapa yang bilang dia sesak? Bahkan, dia terlihat makin sehat, kalau dia sakit pasti buaya itu kurus," ungkapnya.

Penghentian upaya penyelamatan waktu itu juga karena Pandemi Covid-19. Sedangkan, kesulitan pihak BKSDA dikarenakan buaya tersebut sering berpindah-pindah tempat.

"Kami hentikan karena pandemi, sulitnya penyelamatan karena buaya itu sering berpindah. Bahkan, dia sampai berpindah ke air payau dekat dengan laut," ia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.