Sukses

Hikayat Rumah Makan Kentjana Cirebon yang Melegenda Sejak 1962

Saking melegendanya, nama jalan di mana lokasi rumah makan itu berada diubah menjadi nama rumah makan itu.

Liputan6.com, Cirebon - Cirebon tak hanya dikenal dengan sejarah keraton yang hingga saat ini masih eksis berdiri. Setiap jalan atau gang yang ada di Cirebon memiliki cerita dan perjalanan sejarah tersendiri.

Seperti cerita kecil di Jalan Karang Kencana, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Diketahui nama jalan tersebut diambil dari nama sebuah rumah makan yakni Rumah Makan Kentjana. Rumah makan yang berdiri sejak 1962 tersebut hingga saat ini masih beroperasi bahkan melegenda.

"Sebelumnya nama jalan Pamujudan sekarang Pamujudan jadi nama gang pergantian nama itu sekitar tahun 1970-an. Yang memberi nama jalan ya salah satu orang berpengaruh di Indonesia saat itu namanya Ismail Saleh," ujar generasi ke-2 penerus RM Kentjana Cirebon, Yanti Setiawati, Jumat (18/12/2020).

Diketahui, Ismail Saleh adalah Jaksa Agung RI periode 1982 sampai 1984 dan Menteri Kehakiman era Soeharto tahun 1984 sampai 1993. RM Kentjana Cirebon sendiri dirintis oleh ibu Kentjanawati pada tahun 1962. Sang ibu, kata Yanti, memiliki jiwa enterpreneur yang tertanam sejak muda.

Bahkan, kata dia, sejak kecil sang perintis terbiasa dengan berdagang. Hingga menikah, punya anak dan rumah makan.

"Semangat mami saya sampai sekarang masih terpatri dan ditularkan ke anak cucunya. Rumah makan ini masih bertahan," kata Yanti.

 

 

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perjalanan Panjang

Yanti mengatakan, perjalanan berdirinya RM Kentjana Cirebon cukup panjang. Perintis yang merupakan warga Indramayu tersebut pindah ke Cirebon pada 1951.

Di tempat yang sekarang menjadi rumah makan sebelumnya adalah bangunan biasa milik ibu rumah tangga bernama Supinah. Dalam perjalanannya, Kentjanawati sering mengirim makanan ke Supinah yang berprofesi sebagai bidan.

"Mami dulu sering kirim makanan seperti sup. Setiap makanan yang dikirim ternyata selalu ada koreksi dari Bu Supinah. Dari situ Mami belajar sampai bikin lodeh, sayur cabai hijau, pepes, rendang. Bu Supinah kasih tahu bumbu rahasianya kemudian dimodifikasi sama Mami karena bumbunya lebih ke rasa padang pedas dan belum tentu orang Cirebon suka," kata dia.

Singkat cerita, tempat tinggal Bu Supinah dibeli oleh Kentjana setelah pemiliknya meninggal. Dari situ, Kentjanawati mengembangkan usahanya menjadi sebuah rumah makan hingga saat ini. Konsep penyajian di RM Kentjana mirip seperti RM Padang, namun, lauk pauknya khas buatan orang Pantura, Jawa Barat.

 

3 dari 3 halaman

Menu Andalan

Yanti mengatakan, RM Kentjana menyajikan berbagai macam masakan rumahan. Namun, rasanya berani bersaing dengan restoran.

"Yang selalu ada 16 menu utama bahkan dulu lebih banyak. Konsep kami beda dan bersyukur banyak respon baik bahkan jadi langganan orang-orang penting," ujar dia.

Yanti mengatakan, rumah makan ini semakin banyak pelanggan sejak Pertamina membuka lahan usaha di Balongan Indramayu dan Klayan Cirebon.

"Setiap rapat atau makan di rumah makan selalu dikasih cap cay. Katanya mereka bosan akhirnya lari ke sini dan jadi langganan sampai sekarang," ujarnya.

Sejumlah tokoh penting juga menjadi pelanggan setia RM Kentjana. Selain Ismail Saleh, ada Agung Laksono, artis top Jakarta era Titiek Puspa hingga mantan Mendag, Enggartiasto Lukita.

Penerus Generasi ke-3 RM Kentjana Cirebon Prasetyo mengatakan, sejak pandemi Covid-19, pembelian melalui online menjadi solusi.

"Sebelum Covid sehari bisa sampai 80-100 orang. Sejak Covid-19 berkurang 50 persen, tapi pembeli beralih ke pesanan online, sehari 20-25 pesanan online dengan berbagai macam pesanan," kata Pras.

Dia menyebutkan harga masakan yang dijual mulai dari Rp10 ribu hingga Rp45 ribu per porsi. Untuk paket makan siang harga standar Rp43.500 per bok. Sebagian besar pelanggan setia RM Kentjana tak jauh dari orang-orang jadul.

"Kalau millenial justru belum banyak orang tahu dan kami ingin millenial juga tahu kalau rumah makan ini punya cerita menarik. Silakan datang dan berbagi cerita," kata dia.

Dari sejumlah menu masakan yang tersedia, Gado-gado menjadi salah satu yang banyak diburu penikmat kuliner jadul. Sebelum Covid-19, pesanan gado-gado mencapai 30 porsi per hari.

Saat Covid-19, pesanan gado-gado turun hanya 15-16 porsi per hari melalui online. Gado-gado dijual Rp 25 ribu per porsi.

"Gado-gado kami keunggulannya bumbu meracik sendiri racikan pendiri," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.