Sukses

Banjir Kembali Mengepung 11 Kecamatan di Cilacap

Ketinggian banjir maksimal di dalam rumah terjadi di Kecamatan Sidareja, yakni 70 sentimeter. Akibatnya, sebanyak 150-an warga di dua desa di Kecamatan Sidareja, Cilacap mengungsi

Liputan6.com, Cilacap - Sedikitnya sebanyak 19 desa di 11 kecamatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dilanda banjir, mulai Minggu sore (13/12/2020). Hingga Senin, banjir masih menggenang di sejumlah wilayah.

11 kecamatan tersebut yakni, Sidareja, Kedungreja, Bantarsari, Cipari, Gandrungmangu, Jeruklegi, Kesugihan, Wanareja, Majenang, Kampunglaut, dan Adipala.

Banjir disebabkan meluapnya sungai atau tanggul jebol. Meski terjadi banjir merata di puluhan desa, akan tetapi dampaknya tak sebesar banjir bulan lalu.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan ketinggian air maksimal di dalam rumah terjadi di Kecamatan Sidareja, yakni 70 sentimeter. Akibatnya, sebanyak 150-an warga di dua desa di Kecamatan Sidareja mengungsi.

Titik pengungsian berada di Desa Sidareja dan Desa Sudagaran. Komara mengklaim, bantuan logistik untuk pengungsi sudah disalurkan.

“Yang terdampak kemarin ini, lebih ringan dibanding sebelumnya. Ketinggian airnya tidak seperti bulan kemarin. Lebih kondusif dibanding bulan kemarin. Memang ada pengungsian di Sidareja, di tiga titik,” ucapnya.

Komara juga mengatakan, BPBD masih mewaspadai kemungkinan meningkatnya ketinggian air. Pasalnya, meski pada Senin pagi hingga siang tak lagi turun hujan, hujan deras kembali mengguyur menjelang sore dan malam hari sehingga berpotensi memicu ketinggian rendaman.

Sebab itu, dia mengimbau agar warga tetap bersiap mengungsi ke tempat yang sudah ditentukan.

Mboten (hujan), ini terang. Ya, kalau Sidareja ini tidak sampai satu meter, paling tinggi 70 sentimeter. Ya masih relatif lebih aman (dibanding banjir bulan lalu),” ucapnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Luapan Sungai dan Tanggul Jebol

Selain mengakibatkan permukiman warga tergenang, kata dia, banjir menyebabkan lalu lintas kendaraan di jalan utama yang menghubungkan Sidareja dan Gandrungmangu tersendat karena ada beberapa titik jalan yang tergenang setinggi 20 sampai 30 sentimeter.

"Kalau cuacanya cerah dan air bisa masuk ke sungai, biasanya genangan airnya cepat surut karena banjir di Sidareja juga disebabkan oleh limpasan dari sungai," katanya, dikutip Antara.

Menurut dia, BPBD terus memantau banjir yang melanda wilayah Sidareja serta kecamatan yang lain mengingat cuaca mendung dan hujan bisa kembali turun.

BPBD juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk menyiapkan bantuan makanan dan non-makanan bagi warga yang harus mengungsi karena banjir.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap Heru Kurniawan mengatakan, banjir yang melanda wilayah Sidareja dan sekitarnya selain disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi, juga diakibatkan oleh pendangkalan di sungai dan tanggul yang jebol.

Menurut data sementara, ia mengatakan, banjir yang melanda Kecamatan Sidareja berdampak pada 400 keluarga di Desa Sidareja dan memaksa 37 keluarga yang terdiri atas 114 orang mengungsi.

Banjir juga berdampak pada 350 keluarga di Desa Gunungreja, 150 keluarga di Desa Tinggarjaya, 200 keluarga di Desa Sidamulya, 150 keluarga di Desa Tegalsari, dan 220 keluarga di Desa Sudagaran.

Menurut Heru, ada sembilan keluarga yang terdiri atas 24 orang yang mengungsi akibat banjir di Desa Sudagaran.

Selain itu, ia mengatakan, banjir melanda wilayah Kecamatan Kedungreja dan berdampak pada 100 keluarga di Bumireja, tempat genangan air di area permukiman berkisar 20 sampai 30 sentimeter.

Bencana banjir, ia melanjutkan, juga melanda wilayah Kecamatan Bantarsari dan berdampak pada 210 keluarga di Desa Cidondong, 80 keluarga di Desa Rawajaya, dan 115 keluarga di Desa Bulaksari.

 

3 dari 3 halaman

Longsor di Cilacap

Ia menjelaskan pula bahwa air dari Sungai Cidurian, Sungai Ciwera, dan Sungai Cipaingan menggenangi jalanan di Kecamatan Cipari dan luapan air sungai akibat aliran air dari Kecamatan Karangpucung (Cilacap) dan Lumbir (Banyumas) menggenangi jalan utama Kecamatan Gandrungmangu.

"Banjir juga dilaporkan menggenangi Kecamatan Jeruklegi, khususnya Desa Sawangan, akibat limpasan Sungai Brokeh, sehingga menghambat akses jalan Sawangan-Mentasan, serta di Desa Jambusari terdapat satu keluarga yang terdampak banjir, enam hektare sawah terendam, dan akses jalan terhambat," katanya.

Banjir juga berdampak pada 35 keluarga di Desa Slarang, Kecamatan Kesugihan, serta menyebabkan jebolnya satu tanggul Sungai Cibeuereum di Desa Purwasari, Kecamatan Wanareja.

Di Desa Mulyasari, Kecamatan Majenang, Heru mengatakan, banjir berdampak pada 287 keluarga dan memaksa 46 keluarga yang terdiri atas 106 orang mengungsi ke Masjid Atuqo.

"Secara keseluruhan terdapat 2.318 keluarga yang terdampak banjir, sedangkan total pengungsi mencapai 92 keluarga atau 244 jiwa," katanya.

Di samping banjir, tanah longsor terjadi di beberapa bagian Cilacap. Heru mengatakan, tanah longsor mengakibatkan bagian bahu jalan sepanjang 10 meter ambles di Desa Jambusari, Kecamatan Kesugihan, serta menyebabkan satu rumah warga di Desa Tritih Lor, Kesugihan, mengalami kerusakan sedang.

Bencana tanah longsor, menurut dia, juga terjadi di Desa Sindangbarang, Kecamatan Karangpucung, serta mengakibatkan dua rumah rusak ringan dan dua rumah lainnya terancam terdampak.

Selain itu, kata dia, di Desa Surusunda, Kecamatan Karangpucung, tanah longsor menyebabkan satu rumah rusak dan di Desa Mandala, Kecamatan Cimanggu, ada bagian tebing yang longsor dan jalan yang tertutup longsoran tanah.

"Kerugian akibat bencana banjir dan longsor tersebut masih dalam perhitungan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.