Sukses

TNI AD Bangun Lumbung Pangan di Desa Tertinggal di Kutai Kartanegara

Kodim 0906 Tenggarong sedang menggarap lahan pertanian untuk dijadikan lumbung pangan di sebuah desa tertinggal di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Program ketahanan pangan nasional menjadi tanggung jawab semua pihak demi keberlanjutan produksi pangan nasional. Tidak terkecuali Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat yang mempelopori pembangunan lumbung pangan di sebuah desa tertinggal di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Desa tersebut adalah Desa Tanjung Batu yang terletak di Kecamatan Tenggarong Sebrang. Desa ini sudah lama dianggap sebagai  wilayah tertinggal karena tak memiliki kekayaan sumber daya alam seperti desa tetangganya.

Kini Desa Tanjung Batu jadi pilot project ketahanan pangan terpadu dan modern yang digagas oleh Kodim 0906 Tenggarong. Program ini sekaligus untuk meningkatkan ketahanan pangan dalam menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Dandim 0906 Tenggarong Letkol Inf Charles Y Alling menjelaskan program kawasan cadangan pangan strategis nasional ini digarap oleh TNI-AD, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dan para pelaku usaha.

Direncakan lokasi proyek ketahanan pangan ini menggunakan lahan dengan luas 460 hektare dengan target pada akhir tahun 2021 selesai. Saat ini 33 hektar dalam proses penggarapan.

“2 hektare telah selesai dikerjakan, lengkap dengan rumah singgah atau pondok istirahat bagi petani,” kata Charles, Senin (7/12/2020).

Charles Alling menyebut proyek kawasan cadangan pangan nasional ini memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan food estate yang digagas oleh Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

“Saat ini ada beberapa pogram yang dikembangkan oleh pemerintah pusat yaitu food estate. Tujuannya untuk membuat kekuatan logistik secara nasional dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Jadi walaupun tajuknya berbeda dengan food estate tetapi tujuan dan fungsinya sama,” ujarnya.

Kodim 0906 Tenggarong, sambungnya, mengkaloborasikan dengan pihak-pihak yang dapat mewujudkan program ketahanan pangan ini.

“Kami mengkolaborasikan agar dapat mewujudkannya untuk menjawab tantang tugas tersebut. Menjawab itu tentunya kami berkolaborasi dengan stakeholder terkait dan juga pihak-pihak pendukung,” terang Charles.

Simak juga video pilihan berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Desa Tertinggal jadi Lumbung Pagan

Wilayah Desa Tanjung Batu adalah wilayah yang tidak tersentuh dengan proyek pertambangan. Statusnya yang dianggap tertinggal di antara wilayah lain di Kutai Kartanegara menjadi atensi tersendiri.

Charles menjelaskan, ide ini  bermula dari aspirasi masyarakat kepada babinsa dan koramil. Kemudian mendapat respon dari pihak ketiga yaitu sebuah perusahaan untuk mewujudkan konsep mikronya.

“Dari konsep mikro ini lalu kembangkan untuk menjadi role model baru dalam konteks ketahanan pangan di Kutai Kartanegara,” papar Charles.

Tantangan yang dihadapi juga adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu dalam pengerjaan program ini, pihaknya selalu mengajak Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) untuk terlibat.

Pihaknya juga mendorong generasi muda banyak terlibat dalam program ini.

“Para generasi muda saat ini kan lebih pragmatis dia lebih milih ke kantor dengan gaji yang tetap. dia ini lebih instan dengan gaji langsung dapat perbulannya,” ungkap Charlers.

Padahal, menurut Charles, banyak contoh petani petani milenial sukses saat ini. Mereka memiliki omset dan pendapatan yang tinggi.

3 dari 4 halaman

Pertanian Terpadu

Program food estate merupakan program untuk membuat kekuatan logistik secara nasional. Kaitannya dengan itu, Charles menyebut Kodam VI Mulawarman membuat suatu kebijakan yang kurang lebih serupa dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo.

“Bahwa di setiap wilayah di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara itu harus dapat memetakan, mengembangkan ketahanan ataupun cadangan  pangan sebagai strategis nasional,” kata Charles.

Berdasarkan rujukan tersebut, sambungnya, Kodim 0906 Tenggarong kemudian mengelaborasi untuk menjawab tantangan tugas tersebut.

“Menjawab itu tentunya kami berkolaborasi dengan stakeholder terkait dalam hal ini daerah dan juga pihak-pihak pendukung untuk kegiatan lapangan,” tambahnya.

Tak hanya sekedar lahan pertanian biasa, Kodim 0906 Tenggarong mengembangkan konsep pertanian terpadu. Petani bisa mengerjakan banyak hal selain menanam dan merawat padi.

“Kita kembangkan dalam pilot project integrated farming system, di situ ada  perikanan, pertanian, peternakan dan perkebunan. Jadi areal 2 hektar itu semua itu mencakup semuanya, ada perikanannya ada peternakannya ada pertaniannya, all in one disitu,” paparnya.

Kerja keras itu tentu akan membuahkan hasil jika dikerjakan secara optimal. Konsep yang sudah disiapkan Kodim 0906 Tenggarong kini sudah mulai dirasakan manfaat oleh warga Desa Tanjung Baru.

4 dari 4 halaman

Sulitnya Mengolah Lahan Pertanian

Untuk mengolah lahan rawa gambut di Desa Tanjung Batu, TNI AD mengerahkan lima unit alat berat. Kondisi lahan yang sulit, sedikit menghambat proses pematangan lahan.

“Alat perlengkapan dibantu langsung oleh Kodam VI Mulawarman 1 unit eksavator, dari korem 091 Aji Suryanara Kesuma 1 unit, dari Kodim sendiri ada 1 unit. Totalnya 5 unit,” kata Charles.

Kodim 0906 Tenggarong juga sudah berkonsultasi dengan ahli dari Unikarta untuk mengecek kondisi tanah. Pengujian kandungan air dan tanah akan menentukan langkah selanjutnya dalam pengembahan lahan pertanian.

“Kita uji di laboratorium, berapa kadar asamnya, kadar besinya, tapi semua itu tidak masalah,” sambungnya.

Bagi Charles, mengembangkan lahan pertanian di lahan rawa butuh kejelian dan keuletan. Pembangunan sistem irigasi harus sangat efektif sebab menentukan kelanjutan masa depan lahan pertanian tersebut.

“Ini kan lahan tadah hujan. Apakah nanti ada embungnya, itu nanti sudah kita petakan, bagian dari konsep road map jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang,” ujar Charles.

Meski demikian, progres pengembangannya sudah sesuai rencana yang dicanangkan. Pengerjaan 1,5 bulan ini progresnya kita sudah membuka 33 hektar.

“Hasilnya bisa kita nikmati itu pada bulan Maret tahun depan,” kata Charles meyakinkan.

Selain pertanian terpadu, pengembangan kawasan ini juga mengarah ke agrowisata. Potensi itu, kata Charles, bisa diwujudkan.

Apalagi dukungan dari kepala desa setempat bersama warga juga sangat baik. Mereka sangat mengharapkan lahan pertanian ini membawa kesejahteraan bagi warga di desa tertinggal itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.