Sukses

Hantu Covid-19 di Pilkada Purbalingga 2020, Bagaimana Penerapan Prokes?

Klaster KPPS bukan satu-satunya kasus Covid-19 yang muncul dalam Pilkada Purbalingga 2020

Liputan6.com, Purbalingga - Jumlah pasien Covid-19 di Kabupaten Purbalingga aktif alias dirawat pada akhir November 2020 mencapai 477 pasien, tertinggi sejak penetapan status pandemi pada Maret lalu. Sejumlah klaster menyumbang kenaikan jumlah pasien, satu di antaranya klaster Pilkada Purbalingga tahun 2020.

Hasil tes cepat terhadap 19.161 Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) menunjukkan puluhan orang reaktif. Sebagaimana ketentuan yang berlaku, mereka yang reaktif harus menjalani tes usap.

Dari tes usap yang yang telah berlangsung, KPU Purbalingga enggan menyebut berapa yang positif terpapar Covid-19 dengan alasan data dari puskesmas belum terkumpul. Namun Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga menyebut ada 33 anggota KPPS dari berbagai kecamatan yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Testing, tracing, dan treatment sudah dilakukan, sekarang masih menunggu hasilnya,” kata drg Hanung Wikantono, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga.

Klaster KPPS bukan satu-satunya kasus Covid-19 yang muncul dalam Pilkada Purbalingga 2020 ini. Pada tanggal 4 Oktober 2020, pasangan calon bupati dan wakil bupati Purbalingga Muhammad Zulhan Fauzi-Zaini Makarim Supriyatno (Oji-Zaini) mengumumkan mereka telah melewati masa isolasi akibat terpapar Covid-19.

Oji mulai merasakan gejala Covid-19 pada Kamis (10/9/2020). Ia kemudian menjalani tes usap di sebuah rumah sakit di Jakarta.

Pada tanggal 13 September 2020, Oji mendapat kabar hasil tes usapnya positif Covid-19. Hari itu juga ia mencari rumah sakit yang melayani perawatan pasien Covid-19. Calon Bupati Purbalingga ini memilih Mayapada Hospital Jakarta sebagai tempat isolasi dan perawatan.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Mobilisasi Massa Pendukung

Pada hari kedelapan masa isolasi di RS Mayapada, Oji sempat membagikan video yang berisi kondisinya di ruang perawatan. Pada video berdurasi 4 menit 33 detik itu, Oji tampak mengenakan selang oksigen di hidungnya dan selang infus di salah satu tangannya.

Hingga saat itu, Oji masih merahasiakan penyakitnya. Ia mengaku merahasiakan penyakitnya karena tak ingin penyakitnya menjadi bola salju yang bergerak liar, terutama di lini massa.

“Ada banyak sekali WA, SMS, dan telepon yang masuk, tetapi kondisi demam membuat saya tidak bisa melihat monitor dengan sempurna,” kata Oji pada video itu.

Sementara tim pemenangan Oji-Zaini ketika dikonfirmasi membantah jika Oji terpapar COVID-19. Mereka menyebut Oji hanya kelelahan.

Oji mengatakan ia terpapar setelah kontak dengan almarhum kakaknya yang datang dari Jakarta. Almarhum kakak Oji datang untuk memberikan dukungan menjelang masa pendaftaran pasangan calon di KPU. Kakaknya meninggal pada 21 September 2020. Selang sehari, seorang kakaknya yang lain juga meninggal dunia.

Celakanya, pada saat pendaftaran pasangan calon ini mengerahkan massa pendukung ke KPU. Tak sampai di situ, massa melanjutkan iring-iringan konvoi ke acara deklarasi di Museum Tempat Lahir Jenderal Soedirman di Desa Bantarbarang Kecamatan Rembang.

Pada deklarasi itu, ada suguhan pertunjukkan musik yang spontan mengundang kerumunan. Pada acara itu, pasangan calon juga berinteraksi langsung dengan massa.

 

3 dari 5 halaman

Klaster Internal Partai

Selain Oji, Zaini yang menjadi calon wakilnya juga terpapar Covid-19. Dua hari setelah mengetahui Oji positif Covid-19, tepatnya pada 15 September 2020, Zaini bersama istrinya melakukan tes usap di RSUD Margono Soekarjo Banyumas.

"Hasil swab test saya ternyata positif, alhamdulillah istri saya negatif," ujar Zaini.

Setelah terkonfirmasi positif Covid-19, Zaini diminta menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Ia mengisolasi diri di rumah karena tidak disetai gejala.

Pada tanggal 23 September 2020, Zaini kembali melakukan tes usap sebagai syarat mengikuti tahap pengundian nomor urut pasangan calon bupati dan wakil bupati di KPU. Namun hasil tes menunjukkan Zaini masih positif. Ia kembali menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.

Pada hari ke-14 masa isolasi, Zaini kembali menjalani tes usap. Kali ini hasilnya negatif, sehingga dokter mengizinkannya mengakhiri masa isolasi dan kembali berkumpul dengan keluarga.

Selain menjangkit pasangan calon nomor urut 1, kasus Covid-19 juga muncul di lingkaran tim pemenangan pasangan calon nomor urut 2, Dyah Hayuning Pratiwi-Sudono (Tiwi-Dono). Kasus ini mucul setelah wakil ketua tim pemenagan Tiwi Dono, Sudarno Rachmat (73) meninggal dalam kondisi terkonfirmasi positif Covid-19 pada Kamis (22/10/2020). Sehari kemudian, anggota tim pemengan dari DPD Partai Golkar Purbalingga lainnya juga meninggal.

Dinas Kesehatan kemudian menggelar tes usap massal terhadap kontak erat pasien di internal DPD Golkar. Tes usap juga dilakukan kepada pasangan calon Tiwi-Dono dan keluarganya. Hasilnya Dono dan beberapa kader Golkar terkonfirmasi positif Covid-19.

 

4 dari 5 halaman

Covid-19 di KPU Purbalingga dan Tim Pemenangan

Kasus Covid-19 juga ditemukan di internal KPU Purbalingga. KPU menggelar tes usap massal bagi seluruh staf dan komisioner tanggal 22 Oktober 2020. Hasil tes yang keluar pada tanggal 28 Oktober menunjukkan satu orang staf bagian keamanan terkonfirmasi positif Covid-19.

Namun ada satu orang komisioner KPU yang tidak mengikuti tes usap massal pada hari itu. Ketika dikonfirmasi, komisioner KPU ini tidak ikut tes usap karena tengah menyemayamkan jenazah ayah mertuanya yang meninggal pada hari itu.

Ayah mertua anggota komisioner itu ternyata Sudarno Rachmat, anggota tim pemenangan yang meninggal setelah terkonfirmasi positif Covid-19.

“Dua hari setelah itu saya swab. Minggu berikutnya saya swab lagi, tracing keluarga. Hasilnya negatif,” ujar komisioner itu.

Bawaslu Kabupaten Purbalingga selaku pengawas tahapan pilkada menyatakan telah bekerja maksimal. Ketua Bawaslu, Imam Nurhakim, mengatakan, Bawaslu selama ini memprioritaskan upaya pencegahan sebelum menindak secara represif.

Bawaslu melalui Kelompok Kerja (Pokja) pencegahan penyebaran Covid-19 telah melayangkan surat teguran kepada tim pemenangan dari kedua pasangan calon yang melanggar protokol kesehatan.“Sudah banyak yang kami peringatkan, kisarannya masih di bawah 10,” kata Imam.

Selain tim pemenangan, Bawaslu juga menegur KPU karena dinilai abai terhadap protokol kesehatan. Yang terbaru, Bawaslu memanggil komisioner KPU atas penyelenggaraan tahapan debat publik, Kamis malam (25/11/2020).

 

5 dari 5 halaman

Penilaian Bawaslu

Bawaslu menilai KPU tidak menerapkan penjagaan ketat di pintu masuk KPU, sehingga pengunjung bebas keluar masuk. Sementara, sesuai regulasi peserta debat yang boleh masuk hanya kedua pasangan calon dan empat orang tim pemenganan. Malam itu, karena lemahnya kontrol, maka ada lebih dari empat tim pemenangan yang masuk.

“Dengan pola yang demikian akhirnya terlihat kerumunan, sehingga protokol kesehatan perlu menjadi perhatian,” ujar dia.

Dari pantauan di lokasi, di luar pintu masuk dijaga sorang anggota Polri. Di dalam gerbang ada dua orang staf KPU yang berjaga. Polisi lebih banyak berjaga di halaman depan kantor KPU yang mengarah ke Aula tempat debat berlangsung.

Andi Supriyanto, Komisioner KPU Purbalingga Divisi Parmas, SDM, dan Kampanye mengatakan, KPU mengeluarkan undangan, stiker mobil, dan ID card sebagai syarat masuk ke kantor KPU dan ke arena debat. Meskipun demikian, kerumunan masih tampak di luar Aula KPU.

Di dalam aula yang menjadi arena debat antara lain dua pasangan calon, tim pemenganan, panelis debat, komisioner KPU, moderator, MC dan cameramen dari media televisi yang menyiarkan debat.

“Itu di luar kendali kami, masa kita harus stand by di depan gerbang, kan tidak mungkin,” kata dia. Dengan kasus Covid-19 yang sedemikian massif, maka sudah semestinya penyelenggara pemilu lebih ketat menerapkan protokol kesehatan. Jika penyelenggara masih abai terhadap protokol kesehatan, maka tidak menutup kemungkinan Pilkada akan memicu ledakkan kasus Covid-19 di Purbalingga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.