Sukses

Eksplorasi Potensi, Menyambut Kebangkitan Literasi di Kabupaten Asahan

Kemampuan literasi bukan sebatas bisa baca-tulis. Literasi adalah kecakapan.

Liputan6.com, Asahan - Program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial bertujuan menjadikan perpustakaan sebagai ruang terbuka bagi masyarakat, untuk saling berbagi pengalaman, belajar kontekstual, dan berlatih keterampilan kerja demi peningkatan kualitas hidup.

Program ini pada 2019 berhasil dipraktikkan pada 21 perpustakaan provinsi, 60 perpustakaan kabupaten/kota, dan 300 perpustakaan desa.

"Lewat program ini Perpustakaan Nasional berharap ada peningkatan kesejahteraan di masyarakat sehingga akan mengerek angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) lima tahun ke depan," terang Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional, Deni Kurniadi dalam perbincangan bertajuk 'Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (ILM) di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara' yang digelar Senin (23/11/2020).

Prioritas pemerintah pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 menitikberatkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Untuk mencapai ke arah tersebut memerlukan pembangunan manusia yang berkarakter lewat penguatan budaya literasi, inovasi, dan kreatifitas.

"Literasi sangat dibutuhkan agar Indonesia tidak sekedar menjadi market dari negara-negara yang maju secara ekonomi, melainkan harus mulai berani mengeksplorasi segala potensi dari kekayaan alam yang dimiliki untuk dijadikan suatu produk barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Deni.

Kemampuan literasi bukan sebatas bisa baca-tulis. Literasi adalah kecakapan. Setidaknya, ada empat tingkatan literasi yang dijadikan parameter kemajuan. Pertama, kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan ataupun informasi yang bermutu. Kedua, kemampuan memaknai yang tersirat dan tersurat. Ketiga, kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, inovasi, ataupun kreativitas baru. Dan keempat, literasi adalah kemampuan menciptakan barang/jasa untuk khalayak.

"Literasi memiliki kontribusi positif dalam rangka membangun kreativitas dan inovasi, serta meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial yang sangat diperlukan pada revolusi industri 4.0," katanya.

Perpusnas menargetkan budaya literasi Indonesia mencapai angka 71,0 pada 2024 mendatang dari base line 55,0 di 2018. Maka dari itu, desain perpustakaan, termasuk koleksi dan sarana prasarana agar mampu dimanfaatkan oleh masyarakat seoptimal mungkin.

Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Djohar Arifin Husin mengakui, saat ini yang terjadi di Indonesia adalah sebuah paradoks. Secara internasional, Indonesia adalah negara dengan perpustakaan terbanyak nomor dua di dunia setelah India. Namun, angka literasi Indonesia tergolong rendah.

Djohar menyambut baik adanya program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk mengejar ketertinggalan literasi. Program transformasi perpustakaan ini menurut Djohar justru membuat peran dan fungsi perpustakaan meluas. Perpustakaan tidak lagi berdiam diri menunggui pemustaka datang melainkan turun langsung, terlibat dalam berbagai aktivitas yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Model transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup. Jika perlu dirikan perpustakaan berkualitas di setiap desa. Dananya bisa berasal dari dana desa, pemerintah desa atau pusat, ataupun melalui swasta," ucap Djohar.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Asahan Misli M Noor menyatakan dukungan terhadap gerakan literasi yang digagas oleh Perpusnas. Noor mengakui perkembangan teknologi akhir-akhir ini malah menjerumuskan semangat masyarakat untuk melestarikan budaya baca.

"Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi membawa percepatan globalisasi. Sebaiknya, perkembangan tersebut juga mampu menambah wawasan dan meningkatkan aspek imajinatif masyarakat," ujar Misli.

Secara khusus, Misli menyoroti kondisi literasi di Kabupaten Asahan yang menurutnya sedang berada dalam tahap kebangkitan. Adanya sejumlah komunitas, forum literasi, dan taman baca memberi ruang bagi kemajuan literasi di kawasan itu.

"Mereka giat melakukan pengabdian literasi dari desa ke desa, berupaya memberikan inovasi yang terbarukan kepada anak-anak agar tetap memiliki semangat literasi," katanya menambahkan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.