Sukses

Kisah Rambut Nabi dan Cerita Cinta yang Tanpa Pamrih

Tidak mencela keturunan nabi, bagian dari cara mencintai Nabi Muhammad.

Liputan6.com, Bangkalan - Kenapa Maulid Nabi Muhammad SAW selalu dirayakan setiap tahun, bahkan masyarakat seolah tak pernah bosan memeringati hari kelahiran sang nabi terakhir?

KH Ghozi Mubarok Idris, Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep, menjabarkan jawaban atas pertanyaan ini ketika menghadiri acara Maulid Nabi yang digelar para Alumni Al-Amien di Desa Dupok, Kecamatan Kokop, Bangkalan, Minggu, 15 November 2020.

Menurut dia, manusia tak akan pernah bisa sampai tamat dalam mempelajari dan meneladani sosok Nabi Muhammad.

Ia pernah menghadiri acara maulid dengan penceramah Habib Ahmat Novel bin Jindan. Selama satu jam lebih berceramah, Habib Ahmat hanya membahas tentang rambut Rasulullah yang saat wafat jumlah ubannya tak lebih 20 lembar.

Juga ketika Rasulullah bercukur, tak sehelai pun rambutnya yang sampai jatuh ke tanah karena diperebutkan para sahabat.

"Membahas satu hal yaitu rambut nabi saja bisa lama. Belum lagi membahas akhlak dan sifatnya. Jadi meneladani nabi adalah pekerjaan seumur hidup," kata dia.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cara Sahabat Menghafal Al-Qur'an

Salah satu buku tertua yang menceritakan sejarah hidup Nabi Muhammad adalah Shirah Nabawi karya Ibnu Hisyam yang ditulis pasca wafatnya Muhammad.

Namun hingga kini zaman kiwari, kata Ghozi, buku-buku tentang sosok Muhammad masih terus beterbitan. Ini membuktikan sosok Nabi Muhammad memang tak akan pernah selesai untuk dituliskan.

Maka, Rektor Institut Dirotsah Islamiyah Al-Amien (IDIA) itu, meminta masyarakat untuk tak bosan menghadiri acara maulid nabi, karena akan selalu ada hikmah yang bisa dicontoh dan diteladani baginda nabi.

"Tapi hikmah itu jangan hanya didengarkan, tapi juga harus diterapkan dalam kehidupan," ujar Ghozi.

Ia juga mengibaratkan meneladani nabi ibarat belajar ilmu tafsir Al-Qur'an. Meski telah banyak ulama terdahulu menulis tafsir atas Al-quran, tapi sampai hari ini masih banyak cendikiawan yang menulis buku tentang ilmu yang mengupas makna dalam tiap bait ayat, dalam kitab suci ummat islam tersebut.

Cara menghafal alquran zaman sekarang, sangat berbeda dengan cara para sahabat. Dalam menghafal, sahabat nabi hanya menghafal 10 ayat, mereka baru melanjutkan hafalan setelah benar-benar paham dan mempraktikkan isinya.

Maka itu, butuh waktu 8 tahun bagi Ibnu Abbas untuk menghafalkan Al-Baqarah, surat terpanjang dalam Al-quran "Meneladani nabi, kita bisa meniru bagaimana para sahabat meneladani nabi sepersis mungkin," terang Ghozi.

3 dari 3 halaman

Cara Sahabat Mencintai Nabi

Cinta para sahabat kepada Nabi Muhammad adalah cinta tanpa pamrih. Sahabat bisa menyukai sayur labu, semata karena Rasulullah pernah menghabiskan sayur labu yang terhidang dalam sebuah jamuan makan.

Bahkan sepeninggal nabi, Sayyidina Umar Bin Khattab, tak berani mengubah posisi benda yang diletakkan nabi. Suatu hari, Umat lewat di depan rumah sahabat dan pakaian menjadi kotor karena kecipratan air dari talangan di rumah itu. Umar lantas meminta pemiliknya, mengubah posisi talangan itu.

Setelah berganti pakaian bersih, sahabat lain memberitahu Umar bahwa talang air itu diletakkan disitu atas perintah Nabi Muhammad. Mendengar hal itu, Umar lantas mengembalikan talangan air itu ke posisi semula.

Dua kisah di akhir tausyiah itu dituturkan Kiai Ghozi sebagai tamsil bahwa jika mencintai Nabi Muhammad wajiblah juga untuk menghormati tidak hanya semua hal yang diwariskan nabi, tapi menghormati keturunannya juga bagian dari cara menunjukkan cintai padanya.

Muawiyah bin Abi Sufyan, kata Ghozi, pernah diprotes para sahabat karena begitu menghormati seorang biasa yang tidak alim bernama Khabis Bin Robiah.

Konon, bila Kabhis lewat di depannya, Muawiyah akan berdiri dengan posisi penuh penghormatan seolah yang lewat adalah baginda nabi.

Rupanya, Muawiyah melakukan itu semata karena raut muka Kabhis begitu mirip dengan Rosulullah. Maka, tiap kali Melihat Kabhis, dia merasa sedang melihat Nabi Muhammad yang sangat ia rindukan.

"Kita boleh berbeda pendapat dengan habaib. berbeda cara dakwah, berbeda cara pengamalan ajaran Islam. Tapi mari tetap menghormati karena mereka dzurriyah nabi, sekalipun tidak cocok dengan pemikiran mereka," ungkap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.